U.

30 4 0
                                    

Sesuatu terasa lembut menyentuh kulitku, membuatku membuka mata. Terlihat SeokJin yang menatapku beku. Sinar terang membuatku menoleh kearah jendela.

"Selamat pagi sayang." Ucapnya melepaskan genggaman pada selimut.

"Oppa sudah bangun?" Tanyaku konyol melihatnya berpakaian lengkap.

"Mandilah, lalu kita akan sarapan bersama. Ryu sudah menunggu dimeja makan."

Aku turun dari ranjang begitu saja tanpa menutupi tubuh polosku. SeokJin hanya mengikuti gerakan ku dengan matanya.

"Chagia, apa perlu aku ikut mandi?" Teriaknya keki.

"Jangan membuatku menunggu lama oppa, aku bisa kedinginan didalam kamar mandi sendirian." Pancingku.

"Aigoo, mama Ryu!" Ucapnya geram sambil menggelengkan kepala pasrah.

Tentu saja dia tak bisa meninggalkan Ryu sendirian sarapan. SeokJin memilih kearah ruang makan yang menyatu dengan dapur. Melihat putranya sibuk makan SeokJin menyentuh rambutnya.

"Appa, apakah boleh jika hari ini aku diantarkan ke sekolah oleh appa?"

"Appa ingin sekali mengantarmu, tapi mama tak pernah memberikan ijin." SeokJin benar-benar bersiasat.

"Apakah mama sedang sibuk sekarang?" Senyum kecil penuh arti muncul di wajah Ryu yang dipahami oleh SeokJin.

Keduanya telah berada dalam mobil menuju TK Ryu. Sepanjang perjalanan SeokJin telah mewanti-wanti putranya bahwa dia tak bisa mengantarkannya hingga depan pintu masuk sekolah.

"Ryu-aa, appa hanya bisa mengantar hingga gerbang ya? Appa juga tak bisa keluar dari mobil. Apakah tak apa untuk Ryu?"

"Emm, aku bisa masuk gerbang sendiri. Tapi bisakah appa menungguku hingga aku benar-benar masuk sekolahku?" Pintanya kemudian.

Sekolah Ryu punya lahan yang luas. Halaman depannya termasuk parkiran cukup besar. Jarak dari gerbang masuk hingga pintu masuk sekolah lumayan jauh jika berjalan kaki. Makanya semua mobil diperbolehkan untuk pick up dan drop di depan pintu masuk.

Sekolah Ryu adaah sekolah internasional yang terkenal. Maka SeokJin mengerti akibat yang akan terjadi jika identitasnya terlihat. Masker juga topi telah dia kenakan, bukan hanya untuk kesehatan namun juga alasan klise yang telah diketahui oleh semua orang.

"Ryu-aa, belajar yang tekun ya, bertemanlah dengan baik, mengerti?" Nasehat SeokJin diberi anggukan oleh Ryu.

Anak itu turun setelah mencium pipi ayahnya. Lambaiannya dia berikan pada sang ayah hingga mobilnya berjalan.

"Bye appa." Seru Ryu yang mendapatkan perhatian dari semua orang dewasa disana.

Semua guru di sekolah Ryu pasti tau jika hanya namaku yang tertera dalam formulir pendaftarannya dulu. Tak ada nama ayahnya. Artinya ketika Ryu menyebut seorang pria yang mengantarnya "appa" artinya sebuah gosip baru akan tercipta.

"Ryu, diantarkan oleh appa?" Tanya seorang guru yang piket di depan pintu lobby untuk menyambut murid-murid.

"Emm, Mam. Hari ini aku diantar appa. Kemarin appa memberi ku rumah besar di dekat sungai. Apa Mam tau? Kamarku seperti laut dan tempat tidurku mobil sport berwarna merah." Ryu bercerita dengan begitu ceria.

"Benarkah? Mam, ikut senang. Apakah Mam boleh bertemu appa Ryu suatu saat nanti?" Pancingnya.

"Appa sibuk syuting, mungkin jika appa tidak sibuk Mam boleh bertemu dengannya. Good morning, Sir." Sapa Ryu pada sorang guru pria yang berpapasan disela-sela dia bercerita.

"Baiklah, masuklah ke kelas, jangan lupa memberi salam. Anak pintar." Ucap guru perempuan itu.

Senyumnya mengembang mantap, dia punya berita hangat yang sudah tak sabar ingin dia sebarkan. Tangannya mengetik di atas papan keyboard ponselnya. Dia menekan tanda panah untuk mengirimkan pesan yang tadi di ketiknya.

The Secret Story of RJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang