Q.

45 3 2
                                    

"Selamat pagi anak tampan." SeokJin membangunkan Ryu yang masih memeluk boneka RJ.

"Appa?" Ryu memanggil sambil masih mengantuk.

"Ayo bersiap ke sekolah."

Tiga puluh menit kemudian, pintu rumah kami diketuk. Supir menjemput Ryu ke sekolah. Aku sudah mewanti-wanti sebelumnya pada SeokJin untuk tidak memperlihatkan dirinya. Diapun setuju dan memilih berada di dapur kecil.

"Bye ma. Bye appa." Seru Ryu sambil menatap SeokJin sebelum kemudian keluar bersama supir.

Aku rasa setelah ini akan makin santer gosip mengenai aku. SeokJin keluar dari persembunyiannya sambil tersenyum malu. Dia mengerti bahwa sang putra tak bisa diajak kerjasama karena tak mengerti tentang keadaan orang tuanya.

"Putramu sungguh sesuatu." Ucapku tertawa geli.

"Sepertinya kita harus segera jujur pada Ryu, bagaimana menurutmu?" SeokJin memelukku.

"Entahlah, aku bingung harus bilang bagaimana." Jawabku.

Kedua tangan SeokJin memegang pipiku, melihat teduh kedua mataku kemudian bibirnya menyesap bibirku. SeokJin menunduk untuk mempermudah ciuman kami. Tangannya turun menyusuri leherku hingga piyama yang kupakai hampir terbuka seutuhnya di bagian atas.

Menyadari jika tangannya menyentuh kulit bahuku yang lembut, SeokJin menghentikan ciumannya. Senyumnya muncul lagi, membuatku tau jika kegiatan semalam ingin dia lakukan lagi. Tangannya menyatu dengan buah dadaku, memberikan pijatan lembut yang dibumbui ciuman lagi.

"Sayang, yang dibawah sana sudah berdiri." Bisiknya malu-malu.

Dengan cepat SeokJin mengurai atasan piyama kimono ku, menyisakan celana panjang saja. Jarinya sedang memainkan ujung dadaku bahkan dia sudah membungkuk untuk menyesap dadaku yang lainnya. Tangan kanannya turun memasuki celana panjang ku. Dia tentu tau jika aku tak memakai dalaman apapun sejak semalam. Bahkan kami tidur tanpa busana hingga pagi ini.

Jemari tangan kanannya bertemu dengan bulu halus di lipatan pahaku. Mengusap-usapnya pelan hingga jari tengahnya menyentuh lipatan dalam pahaku. Tonjolan kecil itu sudah mulai mengeras karena perbuatannya. Mulutnya berganti menikmati buah dadaku yang satunya. Saliva yang ditinggalkannya membuat dadaku dingin karena suhu ruangan.

Tubuhnya ditegakkan supaya melihat gelagat dan meneliti raut wajahku yang menuntut ingin lebih dari sekedar jarinya. Kerinduanku selama ini menyangkut segalanya dari diri SeokJin, terlebih kegiatan intim kami. Selama ini aku tak berani melakukan hal intim dengan dengan siapapun termasuk Song Kang.

"Oppaaaa." Desahku.

Jarinya masuk dalam lubang kenikmatan yang sedang dibuainya. Bibir mungil seksi itu menunjukkan gaya paling estetik sedang menggoda. Tatapannya syahdu namun dalam, seperti mengatakan jika aku tak perlu menahannya, hanya menikmati aksinya dan merengkuh nikmat yang dia sedang usahakan.

SeokJin menghentikan aksinya tiba-tiba membuatku putus nikmat. Secepat kilat dia menurunkan celana piyamaku kemudian membuka kimono juga celana piyamanya. Pria berbahu lebar dengan tubuh kekar berdiri naked dihadapan ku lagi. Menunjukkan tubuhnya tanpa malu dan jantan. Sedangkan aku? SeokJin memegangi kedua tanganku supaya aku tak menutupi aset tubuh yang sedang dipandangnya.

"Apa kau tau? Kau bahkan masih terlihat belum pernah punya anak. Ayo kita buat adiknya Ryu."

SeokJin menggandengku kearah ranjang. Dia yang pertama kali duduk ditepi ranjang. Matanya menatapku menginginkan kelanjutan yang tadi. Aku berdiri dihadapannya, ketika dia menyusu, jari tengahnya kembali masuk dan keluar masuk mengaduk isi dalam vaginaku.

The Secret Story of RJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang