J.

42 5 0
                                    

Lima tahun ini, tak pernah sedikitpun aku mau membuka hati pada lelaki manapun. Bukan tak ada yang mendekat, namun aku bahkan gamang pada Song Kang sekalipun. Pria itu juga pernah mengutarakan cinta padaku, namun aku menolaknya.

Terlalu ceroboh bagiku untuk mengantikan tempat SeokJin dihati. Pria itu telah nyata menyakitiku namun aku enggan disakiti oleh yang lainnya selain dia. Aku memilih untuk tetap seperti itu sekalipun kadang ada sedikit cemburu pada Song Kang ketika dia bersama wanita lain.

Rasa nyaman yang kudapatkan dari Song Kang berbeda dari yang SeokJin berikan. Keduanya sama-sama punya tempat dalam hidupku dan Ryu. Sejak awal aku tau jika SeokJin akan lebih banyak memberikan luka dan Song Kang sebaliknya. Namun untuk membalikkan suasana nyaman pada org lain tidak semudah yang dipikirkan.

"Ternyata aku tak berhasil membuatmu bangga. Selama ini aku salah mengira-ngira." Gumam SeokJin sambil mengelus punggungku yang bergetar karena menangis sakit hati.

"Pergilah, Oppa harus kembali syuting bukan?" Aku mengusirnya keki.

Kuseka air mataku yang membuat luntur maskara tak tahan air. Seketika aku berdiri menuju kamar tidur, berdiri didepan cermin merapikan make up. SeokJin berdiri diambang pintu memperhatikan. Seluruh gerakanku dia kunci sambil tersenyum.

"Apa kau tau jika kau makin cantik? Tak ada jejak jika kau sudah punya Ryu." Kalimat SeokJin menghentikan aktifitasku.

Mata kami bertemu melalui cermin. Senyumnya malu-malu terlihat grogi.

"Terima kasih. Tapi tolong simpan pujian itu, aku sedang tak tidak mood."

"Ahh baiklah. Asal kau tau saja jika kami menginap di The Ark Luxury Hotels ketika konser di Wembley stadium." Kakinya masuk ruang tidurku dan Ryu.

Aku berhenti, masih melihatnya melalui cermin tertegun mendengar pengakuannya. Tanpa ijin, SeokJin masuk lalu duduk di ranjang seperti dia pemiliknya. Mataku mengikuti gerakan tubuhnya bingung. Pria ini sepertinya lupa jika dia akan marah kalau ada orang duduk atau tidur dengan baju kotor di ranjangnya. Sekarang dia sedang melakukannya di ranjangku.

"Kami juga membooking 3 lantai seperti sekarang."

"Oh! Terimakasih. Aku tak tau."

"Tak apa." Jawabnya irit.

"Apa Oppa tau jika kami juga nonton korser Oppa di Wembley? Kami khusus terbang dari Itali ke Inggris." Jika dia bisa menyombong aku juga bisa membalas.

"Jinjja? Daebak!"

"Pulangnya Ryu terpeleset untuk kedua kalinya di Inggris. Dia menangis sepanjang malam dihari kedua setelah jatuh."

"Kedua? Ryu pernah jatuh sebelumnya?" SeokJin memasang wajah serius.

"Terpeleset salju di London ketika Natal. Untung saja ada Song Kang, aku tak akan tau apa jadinya tanpa dia." Senyumku muncul tapi aku menyadari jika aku telah melakukan kesalahan.

Wajah SeokJin berusaha keras menerima kalimatku mengenai Song Kang. Hati getirnya tersembunyi sarat usaha dengan tetap tersenyum. Aku keterlaluan dan kusesali itu.

"Maaf, aku tak bermaksud..." Urung yang kulakukan sudah terlambat.

"Tak apa, aku mengerti. Aku sudah kehilangan banyak waktu dan tempat di hidup kalian. Tak apa, kau memang berhak bahagia. Aku sudah sangat terlambat." SeokJin berdiri canggung lalu berjalan meninggalkanku sendiri dalam sesal.

Kalimatku berlebihan aku tau, tapi aku hanya bermaksud bercerita tak lebih.

"Emm, Ark aku harus kembali, kami akan bersiap untuk shooting lagi. Terimakasih kau mau mengijinkan Ryu bermain dengan saudara-saudaraku." Pria yang tak menjalani wamil karena keputusan negara itu berjalan menuju pintu.

The Secret Story of RJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang