M.

35 5 2
                                    

Kami berdua menoleh kearah suara yang memanggil dengan suara lirih. Ryu berdiri memeluk boneka RJ dengan  wajah bangun tidur. Masih sangat malam untuk bisa membuat Ryu terjaga. Aku bangun meninggalkan SeokJin yang ikut duduk.

"Appa akan tidur disini?" Tanyanya masuk dalam pelukanku.

"Kelihatannya begitu. Apa boleh?" Tanyaku meminta ijinnya padahal sudah ketahuan.

"Emm. Aku boleh tidur disini?"

"Tentu saja. Kemarilah." Jawabku cepat.

Ryu merebahkan dirinya miring ke arahku sambil tetap mendekap boneka RJ. Wajah SeokJin tak rela melihatku mendekap Ryu. Aku bertanya tanpa suara padanya.

"Ryu, tidur ya nak. Appa senang kau tidur bersama appa dan mom sekalipun appa tak bisa bermain squishy mom lagi." Tangan seokjin menepuk-nepuk paha Ryu.

Ku gigit bibirku menahan gelak tawa. Pria itu membuatku kehilangan tawa. Kalimatnya tanpa filter seperti memakai fake subtitle. Untung saja Ryu sudah hampir tertidur maka dia tak merespons.

"Mainan ku disitu sayang." Bisiknya gemas sambil menggerakkan jemarinya meremas-remas udara kosong.

Pagi ini terasa berbeda, kami bertiga bangun seperti sebuah keluarga. Bapak SeokJin membantu mempersiapkan Ryu untuk ke sekolah sementara aku juga bersiap ke kantor. Ketikan pintu staf room service membawakan sarapan dibukakan oleh Ryu.

Keterkejutan nampak jelas diwajahnya ketika melihat SeokJin duduk sibuk dengan ponselnya di sofa. Tak ku gubris, SeokJin juga tak melihatnya jadi aku juga tak mau memberitahukan kepadanya.

Kami berpisah di lift dengan janji SeokJin akan kembali nanti malam. Ryu bersemangat lebih dari biasanya karena janji itu bahkan SeokJin berjanji akan membawa serta paman-pamannya.

"Selamat pagi Bu."

"Pagi nona Kwon, jadwalku?"

Nona Kwon membacakan jadwalku hari ini yang ternyata padat termasuk ada meeting dengan manager umum Bangtan tentang kerjasama kami di hotel Busan.

Pagi ini seperti biasa morning breafing, kemudian aku harus keliling hotel untuk pengecekan. Beberapa staf kupergoki sedang berbisik-bisik. Aku tau yang mereka bicarakan, pasti tentang berita kehamilanku, kepulangan tiba-tiba Song Kang dan beberapa hal lain tentang Bangtan. Mungkin juga peristiwa pagi ini sudah menjadi konsumsi intern karyawan.

"Bu Howard, apa yang kami dengar itu benar?"

"Yang pak Yo maksud apa? Aku tak mengerti."

"Aku juga tak enak bertanya seperti ini tapi semua sudah membicarakannya." Pak Yo nampak kebingungan mempertimbangkan.

"Apa benar ibu hamil? Ahh jangan berprasangka buruk dengan pertanyaan kami hanya saja anda adalah citra hotel." Pak Shim memperjelas.

"Sebagai informasi saja jika Ryu bukan anakku dan Pak Lee. Aku juga tidak sedang hamil. Jadi aku mohon lain kali jika ada yang mengganjal tentang urusan pribadiku langsung saja bertanya jangan sungkan."

Semua orang tertunduk tak enak hati padaku.

Di Busan....
Song Kang mengerjakan pekerjaannya dengan pikiran bercabang. Kejadian di Seoul mengganjal pikirannya membuat fokus sulit dia dapatkan. Dia membanting pena hingga menimbulkan suara keras dalam ruangan besar itu.

Wajahnya merah menahan marah karena jawabanku yang ambigu. Perasaan dibuang dan dikhianati terus menggerogoti hati dan pikirannya. Bukan salahnya, hanya saja segalanya terjadi begitu cepat dan tiba-tiba.

Di sisi SeokJin dia pasti berterima kasih dengan pertemuan kami tapi berbeda dengan yang dirasakan oleh Song Kang. Posisiku lebih tak enak, sejak awal aku memang benci pada keputusan SeokJin tapi aku juga masih sangat mencintainya. Pada Song Kang aku yakin jika aku membutuhkannya untuk tetap waras bertahan dan membesarkan Ryu, aku butuh sandarannya. Dia pun tau sejak awal jika aku belum bisa membuka hati untuk siappun bahkan aku sering menolak pernyataan cintanya.

Semua keegoisan malah menjadi karma bagiku. Aku tak ingin memiliki keduanya, tak bisa dan aku tau itu. Awalnya aku berharap mereka mengerti bahwa aku punya keterbatasan sebagai wanita dan ibu. Awalnya aku berharap mereka akan mengertiku.

Pria tinggi nan tampan itu memilih roof top untuk menenangkan dirinya. Kopi hangat didalam mug sudah hampir dingin tanpa dia nikmati. Masih kelas dalam ingatannya suatu kali di Inggris, untuk pertama kalinya dirinya dan wanita yang dia cintai berada dalam kamar tidur yang sama untuk sama yang lumayan akan lama.

Song Kang mengajak Ryu dan aku liburan musim dingin di Inggris sambil tetap bekerja seperti biasanya. The Ark Luxury Hotels salah satu cabang hotel ku yang cukup terkenal di negara itu. Malam salju seperti biasanya di bulan Desember tambah semarak dengan dekorasi natal yang indah.

Ryu tanpa sengaja terpeleset hingga jatuh dan terkilir kakinya. Malam yang sedianya menjadi indah dengan jalan-jalan menikmati pemandangan kota, berakhir di sebuah IGD rumah sakit. Perban elastis sudah terpasang pada kaki Ryu yang akhirnya membuat dia berhenti menangis.

Seperti biasanya siapapun akan mengira jika Song Kang adalah ayah Ryu. Dokter juga begitu, dia menjelaskan semuanya pada Song Kang alih-alih padaku ibu kandungnya. Aku tak keberatan kala itu. Malam itu berakhir dengan makan malam di hotel seperti keinginan Ryu.

Kala itu, Song Kang kembali menyatakan cintanya sambil mempertanyakan alasanku selalu menolaknya. Wajahnya lebih kecewa dari pada beberapa kali sebelumnya.

"Oppa, mengapa masih menungguku? Aku tak pantas untukmu." Aku yang sudah jengah selalu dan selalu menjelaskan posisiku.

"Penilaian ku pada mu malah sebaliknya." Jawaban singkat padat dan jelas itu malah membuatku terdiam.

Malam selanjutnya, Ryu rewel karena sakitnya. Aku dan Song Kang tak tidur hingga dini hari dan mendapati kami bertiga bangun di ranjang yang sama. Kali pertama kami tidur bersama. Wajahnya lucu menatapku antara kaget, bingung juga malu.

Sebelumnya ketika Ryu masih berumur setahun, Song Kang mengunjungi kami di Italia. Dia mencuri kecup di pipiku. Kali pertamanya mengaku jika dia jatuh cinta padaku. Beberapa kali seperti itu dan aku terus menolaknya terang-terangan.

Bodohnya, dia adalah orang pertama yang selalu ku cari jika aku butuh sesuatu. Selain dia dan pak Lee ayahnya, aku tak punya orang lain untuk dimintai tolong. Aku menolaknya tapi membutuhkannya diwaktu yang sama.

SeokJin tiba-tiba kembali dan masa lalu itu terulang. Pria yang sama yang ku tinggalkan hadir dan memintaku lagi. Satu-satunya pria yang tak bisa ku lupakan dalam 5 tahun ini. Dia juga orang yang sama yang ingin ku tuntut pertanggungjawaban atas anaknya. Tapi itu hanya sebuah alasan karena aku masih mencintainya.

Song Kang meninggalkan kantornya tanpa pesan siang itu. Dia duduk di sebuah bar sendirian hanya ditemani gelas alkohol dihadapannya. Hatinya sakit dan pikirannya pendek. Kecewanya besar dengan marah tak terucap.

Waktu yang dia tunggu tak akan pernah datang. Entah berapa gelas yang telah dia konsumsi hingga kepalanya pening. Song Kang bangun sambil memegangi kepalanya sakit dan berat. Beberapa kali dia menggelengkan kepala berusaha meringankan rasa sakit itu.

"Kau sudah bangun?" Suara seorang wanita membuatnya terperanggah.

"Kau siapa?" Tanyanya sadar dia tak sendirian.

Keduanya duduk berhadapan dengan meja makan menjadi pemisah. Song Kang mengerti jika dia tidak berada di hotel sejak kemari. Dia hanya ingat yang terakhir kali dia lakukan adalah pergi ke bar untuk minum-minum.

"Jadi bagaimana?" Tanya wanita dihadapannya yang sekarang sudah memakai bajunya.

"Kita lupakan saja. Kau juga setuju bukan? Kau dan aku melakukan kesalahan." Song Kang memberi jawaban.

"Baiklah. Kita berdua mabuk dan berakhir di ranjang itu hal yang biasa bukan?" Wanita itu tertunduk.

"Benar, kau benar. Ini hal yang biasa dan sering terjadi." Song Kang pun mengiyakan walau setengah terkejut.

"Aku tau kau punya istri dan putra bukan?" Mata Song Kang menatap dalam pupil wanita itu.

"Ponselmu berisik."

Song Kang mencari ponselnya, dia berjalan kesana dan kemari sampai mengangkat selimut yang teronggok di atas ranjang. Ponselnya dia temukan tapi sesuatu yang lain membuatnya membeku.

"Kau---"

Song Kang berlari keluar karena bunyi pintu tertutup. Dia mencari keberadaan wanita yang terlihat menghilang berbelok dengan begitu cepat diujung gang. Sebuah tamparan keras seperti dia terima atas penyataan wanita itu. Wanita itu berbohong!

The Secret Story of RJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang