Kami hanya duduk di atas ranjang, sama-sama memegang ponsel masing-masing tanpa bicara. SeokJin tiba-tiba memelukku, tapi matanya tertarik dengan kesibukan jariku.
"Ohh, dia lagi." Ucapnya datar setelah tau dengan siapa aku sedang sibuk.
"Paman Lee mendatangiku tadi, beliau bertanya tentang kelanjutan hubunganku dan Kang oppa." Ku coba menjelaskan pada pria yang kucintai itu sekalipun sekarang dia malah menunggungiku.
"Aigoo, kau sepopuler itu ternyata atau malah anaknya yang tak laku-laku jadi mendesak ibu anakku?" Ucapnya santai dengan nada kesal.
"Cemburu mu itu tidak berdasar. Kita bahkan baru saja melakukan hal indah. Aku punya calon suami yang tampan, mapan, sekalipun sedikit mengerikan." Ku lirik pria itu.
"Mengerikan? Di bagian mana? Ayo katakan aku mengerikan di bagian apanya? Ahh jinjja, aku bahkan sekarang kepanasan karena ucapannya. Apa kau sudah menurunkan suhu Ac-nya? Aigoo, kau membuatku berkeringat." SeokJin berdiri sibuk mencari remot AC sambil terus nyerocos kesal tak karuan.
"Itu...." Telunjukku menunjuk kearah dia yang kini menatapku dalam diam membeku.
Telunjuknya ikut terarah didepan hidungnya sendiri. Sambil kebingungan SeokJin mencoba mencari mengerti maksudku. Dia menoleh sejenak ke arahku sambil mengangkat dagunya bingung.
Telunjukku letakkan pada bibirku, hanya untuk memberi isyarat padanya. SeokJin sejenak terdiam kemudian malah keluar kamar tanpa bicara apapun. Tentu saja aku terkejut dan merasa bersalah.
Ku intip keluar kamar, terlihat dia duduk membelakangi ku didepan televisi yang menyala tanpa suara. Bahunya yang lebar berbalutkan piyama sutra biru dengan motif bt21 RJ sama seperti yang kupakai, terlihat kokoh dan gagah.
"Marah?" Tanyaku sambil duduk disebelahnya.
Tak ada jawaban maupun perhatian.
"Aku hanya bertanya pada Kang oppa bagaimana kabarnya? Aku juga bercerita tentang kedatangan ayahnya di kantorku. Tapi dia sepertinya sedang sibuk."
Masih tak ada respon.
"Aku salahnya? Maaf oppa."
SeokJin menoleh sejenak. Hanya sedetik itu juga matanya masih tetap menatap televisi. Aku hanya bisa tersenyum dengan ngambeknya. Pria yang telah berusia 30 tahun lebih itu terlihat imut jika kesal.
"Oke! Jika oppa masih ngambek maka aku aka tidur bersama Ryu saja." Aku beranjak menuju kamar Ryu.
Wajah damai putra tampanku itu selalu membuat bersyukur. Anak itu lain dari anak seumurannya. Dia patuh walau sedikit tak terduga kelakuannya. Banyak yang langsung jatuh cinta ketika pertama kali melihatnya. Bibirnya yang mungil dengan hidung mancung sempurna, bermata hazel juga rambut coklat tebal. Belum lagi kulitnya yang bersih.
Dengkuran halus Ryu terdengar dengan makin dekatnya aku. Ruangan yang didesain oleh ayahnya sebagai bentuk balasan karena tak pernah memanjakannya terlihat begitu niat. Ranjang berbentuk mobil sport, wallpaper bertema laut dengan gantungan lampu berhiaskan kerang-kerang.
Buku bacaan anak-anak berjejer rapi didinding, kotak mainan dibawahnya dengan meja belajar tak jauh dari sana. Jendela besar yang menghadap pada pemandangan kota juga sungai Han. Sepertinya SeokJin memang sedang membayar semua yang terlewatkan untuk membahagiakan putranya.
Ku baringkan tubuhku di samping Ryu yang miring menunggungiku. Bau sabun bercampur keringat masuk ke hidungku bagai aromaterapi yang menenangkan jiwa. Aku terlelap di samping putraku yang juga nyenyak.
Mataku begitu berat untuk terbuka ketika terasa lenganku diguncang. Suara SeokJin membangunkan ku. Tubuhnya membungkuk hingga wajahnya berada tepat di hadapanku. Bau wine memenuhi hidungku.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Story of RJ
Fanfictionsekuel kedua dari Sabitah the bright star 5 tahun kemudian.... "Mom. apa aku bisa bertemu dengan BTS?"