C

65 8 0
                                    

Kamar kami di lantai 4 dengan city view. Pagi ini telah muncul matahari yang sinarnya masuk melalui ventilasi kamar kami. Ryu masih tidur dengan merajai ranjang. Kepalanya berada di perutku dan kakinya melintang. Bunyi pintu di buka membuatku mendongakkan kepala, walau pun aku tau siapa yang datang tetap saja aku harus memastikan.

"Selamat pagi putri tidur." Song Kang masuk dengan baju olah raganya.

"Dari mana?" Aku bangun sembari menyesuaikan mataku yang pedih karena sinar matahari masuk setelah Song Kang membuka lebar tirai.

"Jogging. Masih mengantuk?" tangannya kemudian sibuk mengusap kepala Ryu yang masih tidur.

Aku tak menjawabnya, kakiku melangkah menuju kamar mandi. Bagaimana pun juga aku masih punya rasa sungkan jika penampilanku amburadul di depan lawan jenis. Jaga image? Tentu saja. Siapa yang mau terlihat amburadul didepan lawan jenis.

"Mama." Panggilan suara Ryu yang mengerjapkan mata memandang ke arahku. Song Kang menuju dapur kecil, entahlah dia sepertinya sedang mencari sesuatu.

"Ayo bangun, kita sarapan di bawah." Tak perlu di perintah dua kali, Ryu bergegas masuk kamar mandi dan keluar sudah dengan handuk melilit tubuhnya.

Kami bertiga turun menuju restoran. Sepanjang jalan Ryu bicara soal makanan kesukaannya. Ryu jarang makan makanan Korea. Setelah tinggal di hotel, barulah dia makan masakan Korea. Pagi ini, dia mengatakan rindu makanannya dulu.

"Selamat pagi." Sapaan dari semua karyawan yang berpapasan dengan kami mengiringi kami hingga resto. sarapan prasmanan yang tersaji di resto begitu lengkap. Kami mendapat perhatian ekstra dari semua karyawan. Manager F&B bahkan muncul di resto pagi ini.

"Pak Shim, mari bergabung." Manager F&B ikut duduk dan meminta secangkir kopi seperti permintaan Song Kang.

"Apa tidur Ryu nyenyak? Jika tidak maka Pak Yo yang harus bertanggung jawab." Yang dimaksud adalah kepala house keeping, pak Yo.

"Aku bahkan tak mimpi, paman. Tidurku pasti nyenyak ya kan ma?" Ryu menggigit croisant kegemarannya. Aku mengangguk.

"Ha..ha..ha.. baguslah jika begitu. Paman Shim tak akan mengadu pada paman Yo." Candanya kemudian.

"Paman, apa boleh jika nanti aku minta makan malam spesial?" Kami semua menanti maksud Ryu.

"Ayam panggang, tapi hanya sayapnya saja. Dua potong dan harus kiri dan kanan." Lanjutnya.

Pak Shim terbahak-bahak. "Hanya itu? Tak ingin request minumannya juga?" Imbuhnya kemudian. Ryu nampak berpikir sejenak.

"Jika boleh, aku hanya ingin es krim." Ryu menoleh ke arahku memohon untuk diperbolehkan.

"Tidak jika malam Ryu." Ujarku. Ryu tak merengek karena dia tau kesepakatan kami.

"Ternyata Ryu punya jadwal makan es krim ya?" Pak Shim memutus mata kecewa Ryu.

"Iya paman Shim, aku punya amandel jadi aku tak boleh lelah dan dingin."

"Oke, paman Shim akan membawa mu ke kitchen supaya kau bisa meminta sendiri pada Chef Min untuk makan malam." Ryu meringis gembira.

Sementara di front office, berdiri disana orang yang tengah menatap kearah kami. Pria yang meyakinkan dirinya telah melihat sosok yang pernah di temui nya 5 tahun lalu. Matanya mengunci kearah kami dengan jantung berdegup begitu kencang.

"Pak, maaf pak." Dia menoleh setelah disadarkan oleh suara petugas FO untuk sebuah formulir.

Pria itu bergegas pergi meninggalkan lobby. Kekacauan dan khawatir muncul dalam pikirannya. Namun dia berjanji akan menelan sendiri kenyataan yang dia lihat pagi ini.

The Secret Story of RJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang