Seminggu berlalu, kami pulang ke Kondo dan melakukan aktifitas seperti biasanya. Aku tetap di rumah dan sesekali harus ke hotel. SeokJin makin sibuk karena ada kerjasama dengan band luar negri yang memintanya untuk kolaborasi.
"Hyung, kau di panggil ke kantor." NamJoon memberitahu kakaknya.
Hampir 13 tahun menjadi bagian agensi dari sejak menjadi trainee, tetap saja membuat SeokJin gusar jika harus masuk ke kantor. Seperti kepergok melakukan kesalahan jika masuk ruangan itu.
"Jin." Panggil bos mereka.
SeokJin bukan seorang yang suka berselancar di dunia maya. Namun berita yang dia dapatkan hari ini membuatnya tak bisa berpikir. Pria itu keluar kantor dan berjalan kuyu kembali ke lantai khusus Bangtan.
"Hyung, himne!" Teriak JiMin.
"Aku tak bisa berpikir, Ji." SeokJin duduk disalah satu sofa kosong dengan lemas.
"Seberapa parah?" Tanya SeokJin ragu.
Hari-hari ku di rumah, ku isi dengan menonton tv. Siaran tv di Korea kebanyakan adalah berita. Baru saja aku duduk dan menyalakan tv, cuplikan Vidio pendek muncul. Menampilkan wajah SeokJin dan seorang wanita.
Sekalipun di blur, aku tau siapa wanita itu. Setting tempat adalah rumah orang tua SeokJin. SeokJin memeluk pinggang wanita kemudian masuk sebuah kamar. Vidio pendek itu dikirimkan secara anonim ke sebuah stasiun besar. Isi berita juga menyoroti tentang cincin yang dipakai SeokJin.
Aku lemas. Baru saja hidup kami lurus, mulus, tiba-tiba hal seperti ini kembali muncul. Sangkalan apa yang bisa dibuat agensi dengan Vidio yang telah begitu jelas.
"Ark, apa kau baik-baik saja?" Ibu SeokJin menelpon.
Beliau mengabarkan jika wartawan berada di lingkungan rumah mereka. Spontan aku melihat keluar jendela Kondo. Ternyata mereka juga ada di luar pagar.
Ryu pulang dengan bus sekolah. Pria kecil itu kebingungan dengan begitu banyak orang membawa kamera di luar pagar. Seorang penjaga keamanan membantunya melewati kerumunan wartawan yang menatapnya.
"Apa yang terjadi di luar ma?" Tanya putraku bingung.
"Mereka mencari appa dan mama. Apakah Ryu bisa menolong mama?"
Raut wajahnya bingung namun dia tetap mengangguk.
"Tolong jangan katakan pada siapapun jika appa Ryu adalah Kim SeokJin. Appa akan kesulitan jika orang tau tentang kita."
"Mengapa begitu?" Tanyanya karena merasa aneh.
"Appa, harus bekerja dengan sangat tenang untuk semua orang. Jika banyak orang tau appa punya Ryu dan mama maka mereka tak akan pergi dari depan rumah kita, bisa jadi mereka akan datang ke sekolah Ryu dan membuat kegaduhan. Kasihan teman-teman dan guru Ryu."
Anak itu mengangguk-angguk mengerti.
"Aku hanya bilang jika aku punya appa, tapi aku tidak menyebutkan nama appa." Akunya jujur.
Ku cium gemas pipi chubby Ryu. Hatiku begitu bersyukur punya putra sepertinya yang patuh dan peduli.
22:56.
SeokJin pulang diantarkan oleh salah satu managernya. Peraturan untuknya makin ketat mulai hari ini. Agensi pun belum angkat bicara tentang Vidio pendek itu.Ku peluk SeokJin begitu dia menutup pintu dibelakangnya. Wajah tampan suamiku bingung dan kaget tapi dia malah mengeratkan balasan pelukannya. Hembusan nafasnya seperti sedang bersyukur bisa menerobos wartawan di depan.
"Kenapa belum tidur?"
"Karena oppa belum pulang."
"Sengaja menungguku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Story of RJ
Fanfictionsekuel kedua dari Sabitah the bright star 5 tahun kemudian.... "Mom. apa aku bisa bertemu dengan BTS?"