K.

47 6 4
                                    

"Hamil? Kabar dari mana?" Tanyaku terhenyak.

"Kabar itu bahkan sudah menyebar. Aku juga mendengarnya dari karyawan baru saja." Sekertarisku kikuk karena merasa bersalah.

"Wuah, siapa yang mendengarnya? Bahkan baru berapa menit yang lalu dia mengucap untuk bercanda. Sekarang sudah jadi gosip hangat?" Aku sendiri dibuat keheranan dengan gosip VVIP cepatnya ini.

"Maafkan saya Bu, jika itu ternyata hanya gosip. Padahal kami sudah sangat bahagia mendengar kabar itu. Pak Lee pasti juga akan bahagia mendengarnya." Lanjut sekretarisku.

"Kami tak ada hubungan apapun, semua hanya karena Ryu. Apa sebaiknya aku segera memberitahunya? Bahkan kalian semua menganggapnya ayah Ryu."

"Jadi Bu, pria yang bersama ibu tadi ayah kandung Ryu?"

"Seberapa banyak yang kalian dengar dan ketahui?" Aku terperangah.

"Maaf Bu, soal pria yang keluar dari kamar ibu tadi hanya aku dan petugas keamanan CCTV yang tau. Juga anggota Bangtan yang menjemput Ryu. Jangan khawatir Bu, kami tak akan membocorkan apapun." Sekretarisku memberi jaminan.

Aku hanya tersenyum. Hari ini udah pasti akan terjadi dan itu karena aku. Mungkin sudah saatnya aku meluruskan yang bengkok sekalipun aku harus bersusah payah.

"Jadi Kim SeokJin adalah ayah kandung Ryu?" Gumam sekretarisku ditempat duduknya.

Wajahnya memerah karena bersemangat dan merasa mendapatkan hadiah utama sebuah undian. Segalanya dia ketahui tanpa kesukaran mendapatkannya. Wajahnya sesekali tersenyum bahkan dia terkekeh-kekeh begitu gembira.

Di lantai 5 tempat Bangtan berada, Ryu menjadi pusat perhatian. Berbeda dengan anggota Bangtan yang mengetahui jika anak itu adalah keponakan mereka, para staf menghormati Ryu sebagai putra mahkota pemilik hotel.

Kemauannya dipenuhi oleh semua orang, tak ada yang berani bilang tidak. Tapi Ryu agaknya belum mengerti jika dia diperlakukan istimewa. Bangtan sedang menunggu shooting dan mereka kecuali SeokJin sedang bermain bersama anak kecil itu.

"Apa aku boleh tidur bersama paman disini?" Ryu sejak tadi terpesona dengan Taehyung.

"Jika mommy mu mengijinkan mungkin aku bisa meminta ijin managerku untuk itu." Ryu merasa jika Taehyung sayang padanya.

"Aku baru sekali tidur dengan papa dan mama selam di Korea. Di Itali bahkan tidak pernah." Keluhnya spontan.

"Ryu-aa, kau begitu tampan. Aku juga tampan, bagaimana jika mulai sekarang kau memanggil aku Hyung karena kau seperti adikku, bagaimana?" Tae yang memangku Ryu sedang membujuknya.

"Hyung? Terdengar aneh." Ryu menatap Tae tak yakin.

"Ternyata sangat susah membujuknya." Tae menatap kearah Jungkook dan JiMin sambil meringis gemas.

"Kalau aku, Jimin Hyung, ini Jungkook Hyung. Itu Jhope Hyung, yang berdiri di sana RM Hyung. Itu yang berbaring paman Suga dan kau harus memanggil appa pada SeokJin Hyung."

Kali ini Ryu melongo kalimat panjang JiMin membuatnya berpikir keras tentang perbedaan pada dua orang terakhir yang disebutkan JiMin.

"Mengapa untuk mereka berbeda? Apa mereka lebih tua dari Hyung?"

JiMin tertawa lepas, mata monolit ya bahkan melengkung seperti bukan sabit. Rasa puas menggoda kedua Hyung tertuanya juga Ryu membuat Jimin cekikikan. Pria itu sangat menikmati saat mengusili saudara-saudaranya.

"Paman Suga itu seperti kakek-kakek. SeokJin appa yang tertua dan cocok jadi ayahmu. Bukan begitu Taehyung-ie Hyung?" JiMin mencari dukungan.

"Semoga SeokJin Hyung tak marah kita menggoda Ryu." Jungkook menimpali.

The Secret Story of RJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang