Terdengar suara tangis Ryu dari lorong tempatku berjalan cepat. Tangisnya makin jelas ketika aku mendekati klinik sekolah. Pikiranku kacau, apakah Ryu sakit? Tadi pagi ketika ku antar dia nampak baik-baik saja. Mungkinkah dia terjatuh? Khawatir membuatku menebak-nebak.
"Selamat pagi." Seru salam ku sambil membuka pintu klinik.
Tampak Ryu sembab dengan wajah merah karena menangis. Guru kelas Ryu langsung menyongsong ku. Melihatku datang, tangisan Ryu malah makin keras dan menyayat hati. Terakhir kali dia menangis seperti itu ketika ditinggal Song Kang tanpa pamit ke Busan. Aku yakin dia sedang sakit hati.
"Mam, apa yang terjadi?" Tanyaku pada wali kelasnya.
"Maafkan saya Bu. Sepertinya Ryu bertengkar dengan teman-temannya. Maafkan saya Bu." Guru wanita itu nampak gusar.
"Ryu-aa, aigoo. Mau mama gendong?" Ryu merenggangkan tangannya.
Ku tepuk-tepuk punggung Ryu yang akhirnya mereda. Anak itu tau jika ada mama segalanya akan baik-baik saja. Aku masih berdiri menenangkan putraku ketika kepala sekolah masuk ke klinik.
Wanita paruh baya itu membungkuk. Beliau mengusap punggung Ryu kemudian meminta Ryu ikut wali kelasnya kembali ke kelas. Ryu menatapku tak yakin. Sepertinya dia masih sedikit takut untuk kembali. Namun anggukan ku membuat Ryu meninggalkan klinik.
"Bu Howard, bisakah kita bicara di kantor saya?"
Tak ada pilihan lain, aku juga ingin tau apa yang terjadi dengan putraku. Teh panas masih mengepul uapnya tersaji didepan masing-masing kami.
"Kami meminta maaf untuk insiden hari ini Bu Howard. Kami pastikan tidak akan terulang kembali kejadian hari ini."
"Apa yang terjadi pada putraku?"
"Saya tidak tau pasti bagaimana anak-anak lain mengetahui tentang berita yang sedang beredar. Sepertinya mereka mengolok-olok Ryu karena itu."
"What? Ibu ingin bilang Ryu di buli teman-temannya? Aku pikir sekolah ini sekolah terkenal dan taraf internasional. Hal seperti ini masih bisa terjadi?"
"Kami sungguh-sungguh minta maaf Bu Howard. Kami akan pastikan Ryu tidak dan yang lainnya tidak akan mendapatkan hal buruk di lain waktu selama bersekolah disini."
"Entahlah, jika ayahnya tau aku tak yakin jika dia masih akan melanjutkan sekolah disini. Sekolah internasional lain masih banyak." Aku meradang.
"Sekali lagi maafkan kecerobohan kami Bu Howard. Hanya saja, selama ini Ryu tidak pernah...." Kepala sekolah tak meneruskan kalimatnya karena kebingungan.
"Bukan berarti dia tidak punya ayah bukan? Kehidupan pribadi kami seharusnya bukan urusan sekolah juga anak-anak kecil seperti murid-murid. Atau mungkin standar kalian memang begitu buruk?" Tantangku.
"Bukan begitu Bu Howard. Saya pastikan akan menegur anak-anak yang melakukan hal tidak benar hari ini."
"Anak-anak seperti itu karena orang tuanya juga usil mengurusi kehidupan orang lain. Pastikan aku tak pernah datang lagi untuk hal seperti ini."
"Baik Bu Howard."
Aku berdiri hendak meninggalkan ruangan kepala sekolah. Namun aku masih ingin menekankan satu hal sekali lagi.
"Gosip itu benar. Pria yang mengantar Ryu adalah ayah kandungnya. Aku harap ibu kepala sekolah mengerti siapa yang ku maksudkan. Ryu Jin bermarga Kim." Ucapku sambil meninggalkan ruang kepala sekolah begitu saja.
Seseorang di balik pintu ternyata mendengar seluruh pembicaraan kami. Informasi yang ku berikan ternyata menghentak kepala sekolah juga orang yang berdiri dibalik pintu diluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Story of RJ
Fanfictionsekuel kedua dari Sabitah the bright star 5 tahun kemudian.... "Mom. apa aku bisa bertemu dengan BTS?"