R.

40 4 2
                                    

Aku duduk tegang karena pertanyaan pak Lee senior. Mengapa beliau sampai datang dengan tergesa hanya karena menanyakan hal itu? Bahkan hingga menemui ku di kantor. Badanku tiba-tiba terasa panas padahal AC di kantorku lumayan sejuk.

"Paman, maksudnya bagaimana?" Tanyaku konyol menyembunyikan kegugupanku.

"Aku tau jika aku membuatmu tak nyaman dengan hal yang tiba-tiba ini. Namun Ark, sudah sangat lama kalian bersama. Bahkan Ryu juga memanggilnya dengan sebutan yang sudah begitu dekat." Pak Lee menatapku.

"Maafkan aku paman, aku sungguh terkejut. Paman benar, bahwa Kang oppa memang sangat dekat dengan putraku. Tapi bukankah seharusnya Kang oppa yang bertanya padaku?" Aku bertanya dengan begitu lirih dan hati-hati.

Hanya tak ingin membuat pria paruh baya itu kecewa dengan kegamanganku, terlebih jika akhirnya nanti beliau tau jika aku telah kembali pada SeokJin. Helaan nafas terdengar begitu pasrah di telingaku. Tebakanku, pak Lee sudah menyimpulkan jika aku akan menolak putra semata wayangnya.

"Paman, aku..." Hatiku benar-benar gundah sekarang.

"Baiklah, maafkan paman. Paman hanya ingin kita benar-benar jadi sebuah keluarga. Melihat Ryu tak bisa lepas dari Kang, membuatku sangat bahagia. Kau adalah calon menantu paling sempurna untukku dan calon istri terbaik bagi Kang. Aku harap kau tak akan mengecewakan aku."

Aku berdiri didekat jendela sekarang. Kalimat pujian pak Lee membuat beban baru dipundak ku. Masalah nenek SeokJin selangkah lagi akan menuju kearah yang baik, bahkan SeokJin juga telah memutuskan untuk jujur pada Ryu. Tapi sekarang? Malah muncul masalah baru dari orang paling ku hormati.

Paman Lee sudah ku anggap sebagai keluarga, nyatanya hanya beliau yang selalu ada untukku. Sahabat ayah juga perwakilan orang tuaku, bukankah itu cukup untuk dianggap keluarga? Ku tatap berkas-berkas yang masih teronggok di atas meja kerjaku. Rasanya dadaku terhimpit, sesak sekali.

Disebuah taman kanak-kanak, Hyeoni juga sedang memikirkan permintaan Song Kang semalam. Lamarannya itu membawa pikiran tersendiri bagi Hyeoni. Pertemuan mereka memang begitu mengesankan tapi tak membanggakan. Perlakuan kecil nan manis yang diterima cukup membuat hatinya luluh.

Baru saja dia hendak berdiri membuat kopi hanya untuk menenangkan pikirannya, seorang temannya berteriak girang.

"Hyeoni eonni! Eonni!" Wanita itu bahkan melupakan dirinya juga seorang guru di sekolah itu.

Dia berlari mendahului seorang kurir dengan bouquet bunga ditangannya. Bunga dengan ukuran besar itu membuat semua orang yang terganggu dengan teriakan berisik tadi menjadi melotot. Semua orang menatap kurir itu mendekati Hyeoni atas arahan wanita yang berteriak tadi.

"Nyonya, silahkan ditandatangani." Ucapnya menyodorkan kertas resi setelah meletakkan bouquet itu di atas meja.

Hyeoni juga tertegun bingung melihat betapa bagus dan besar bunga mawar merah dihadapannya. Dia taksir isinya mungkin bisa seratus tangkai. Kasak-kusuk terdengar di ruangan itu. Beberapa kagum ada juga yang iri.

"Aku sanggup menunggu selama kau inginkan. Tolong ambillah waktu, kemudian ikutilah kata hatimu."

Tak perlu pengecekan dua kali, Hyeoni sudah yakin siapa pengirim bouquet itu. Kalimatnya yang tertulis rapi itu mampu membuatnya merasa menjadi begitu spesial. Hyeoni tanpa sadar tersenyum bahagia.

"Apa kau punya pacar eonni?"

Hyeoni seketika menyembunyikan kartu berwarna pink itu dibalik punggungnya. Matanya menoleh ke asal suara yang ternyata mengintip ketika dia membaca kartu mungil membahagiakan itu.

"Ahh, bukan dari siapa-siapa hanya dari seorang kenalan." Hyeoni mencoba menjelaskan.

"Tapi kenalan mu begitu romantis, mawar merah dan jumlahnya banyak. Dia seperti bilang jika sedang sangat jatuh cinta. Ku harap dia ganteng, kaya dan baik padamu. Kau sudah seharusnya move on dari Seo Joon oppa. Sudah tiga tahun eonni." Wanita itu malah menasehatinya.

The Secret Story of RJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang