X.

29 3 0
                                    

"Oppa jawab pertanyaanku." Aku mendesaknya.

"Haruskah ku jawab? Bukankah semuanya sudah jelas?"

"Jelas? Jelas bahwa kau dan ketenaran mu mulai melukai Ryu?" Aku masih mendebat.

"Kita semua tau apa resikonya, bukan?" SeokJin terlihat mulai kesal.

"Karena aku tau resikonya, aku bertanya sekali lagi pada oppa. Apakah oppa yakin? Bahkan menjawab pertanyaan sederhana Ryu tadi, oppa tak bisa." Ku dekap tangan didepan dada.

SeokJin duduk diam penuh pikiran. Bahunya yang lebar, kaos putih yang over size dengan celana kain hitam terlihat manly namun itu membuatku tersenyum kecut.

Pertanyaan besar dalam otakku adalah apa yang aka dia lakukan setelah ini semua terjadi? Haruskah aku bertahan atau pergi lagi? Aku tak bisa egois untuk bertahan karena cinta sementara putraku menderita karena cintaku pada ayahnya.

Aku masuk kamar kami dan mandi. Hanya melepaskan lelah dan penat. Ketika aku keluar, sosok SeokJin sudah tak terlihat di ruang santai. Ku Hela nafas kesal, bisa-bisanya dia pergi begitu saja.

Kakiku berhenti di depan kamar Ryu, suara SeokJin terdengar dari tempatku berdiri karena pintu kamar Ryu tak tertutup rapat. Suara SeokJin tenang dan lirih. Ku intip dia didalam sana dan terlihat sedang memandang Ryu yang tertidur pulas sambil merapikan rambut Ryu yang penuh keringat.

"Appa pernah mengambil keputusan yang salah pada mu dan mama dulu. Waktu itu Appa masih tak punya apapun untuk dibanggakan selain cinta pada kalian. Dengan terpaksa Appa mengantarkan kalian pergi." SeokJin menatap teduh Ryu.

"Ryu-aa, Appa tak ingin melakukan kesalahan lagi. Kalian kembali adalah sebuah mukjizat dan kesempatan itu tak datang dua kali, bukan? Tapi tolong, beri waktu untuk Appa membuat jalan yang nyaman bagi kalian." SeokJin masih bicara.

"Mungkin saja, kau akan segera menjadi kakak. Itu sebuah bonus dan Appa harap kau akan senang. Jika kau ingin bilang bahwa Appa mu adalah Jin BTS tolong tunggu sebentar lagi, eoh? Appa sayang pada Ryu, sangat sayang."

Mendengarnya berkata-kata saat Ryu tertidur, bukannya membuatku luluh. Aku makin kesal, buat apa dia bilang pasa Ryu saat anak itu tak mendengar. Pria yang aneh! Umpat ku dalam hati.

Aku duduk di meja dapur dengan gelas wine terisi. SeokJin keluar kamar Ryu dan terkejut mendapati ku sedang menutup botol. Seketika dia bergegas mendekatiku.

"No..no..no..jangan minum itu. Tak bisa! Tak akan ku ijinkan. Bagaimana jika kau sudah hamil?" SeokJin menyambar gelas berkaki kemudian meneguk habis isi didalamnya.

"Aku belum hamil! Berikan gelasnya!" Ku ulurkan tanganku meminta gelas ku dikembalikan.

"Tidak-tidak, ayo tidur. Aku akan membuat mu hamil, supaya kau tak akan pergi lagi." SeokJin mengangkat botol wine.

"Jika aku hamil, kau akan mengantarkan kami ke bandara lagi." Ucapku datar sambil meninggalkannya dengan kesal.

SeokJin menatap punggungku yang berlalu menuju kamar utama. Dia masuk kamar sambil membawa sebatang coklat.

"Apa kau sedang menstruasi? Kau mengerikan jika marah. Aigoo!" Pria yang kucintai itu membukakan pembungkus coklat lalu menyodorkan padaku.

"Kau menyebalkan! Tak bisakah kau beri kami kepastian? Aku dan Ryu bingung dengan sikap mu." Ku kunyah coklat yang disuapkannya pada ku.

"Aku mencintaimu, dulu sekarang juga nanti."

"Gombal troooos!!" Ucapku sambil berbaring.

SeokJin masuk kamar mandi. Pria yang anti tidur belum mandi itu keluar dengan handuk melilit pinggangnya. Tawa khasnya muncul sambil memelukku setelah memakai piyama. Hidungnya menggelitik leherku makin lama makin intens, ditambah tangannya telah menyusup didalam piyamaku.

The Secret Story of RJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang