B.

55 8 0
                                    

Supir hotel mengantar kami ke rumah sakit terdekat. IGD terlihat lengang sore itu. Langkah cepat kami diperhatikan oleh tenaga medis. Mereka bergerak cepat mengambil Ryu dari pelukan Song Kang.

"Apa yang terjadi jagoan?" Seorang dokter wanita mendekati bed Ryu. Beberapa perawat membantu Ryu melepaskan jaket yang dipakainya.

"Aku terjatuh saat main ayunan." Jawabnya sambil sesenggukan.

Song Kang mendekapku yang panik mendengar pernyataan Ryu. Dokter itu menoleh sejenak ke arah kami.

"Apa ini putra kalian?"

"Iya dok, dia putra kami. Kami baru sampai dari perjalanan jauh." Jawab Song Kang.

"Ahh, begitu rupanya. Dokter akan memfoto tangan mu, boleh?" Ryu mengangguk. Dokter itu menekan-nekan area pergelangan tangan Ryu sambil memperhatikan raut wajahnya.

"Aku baru datang Korea hari ini. Aku dan mama tinggal di Italia. Hanya papa yang di Korea." Seorang perawat tersenyum mendengar penuturan Ryu yang begitu jujur dan terbuka sembari meringis menahan sakit.

"Ahh.." Dokter itu tersenyum menoleh kearah kami penuh arti. Mungkin saja dia sedang berpikiran macam-macam pada kami.

"Kami akan melakukan X-ray. Aku yakin hanya terkilir, namun kita harus memastikan."

Aku dan Song Kang menuju meja administrasi. Suster-suster yang kami lewati berbisik-bisik menatap Song Kang. Pria itu berjalan cuek seperti tak mau tau jika dia menjadi pusat perhatian sekarang.

"Kau artisnya hari ini." Ucap ku kesal. Song Kang menyodorkan formulir ke petugas di depannya.

Semua memandang kagum ke arah pria di sampingku itu. Terang saja aku merasa jengah dengan tatapan mereka. Kupikir mereka sedang membandingkanku dan pria di sampingku itu.

"Chagia, ayo kita lihat anak kita." Ucapnya sambil menggandeng tanganku kembali ke bed Ryu.

Begitu menyebut kata Chagia dan anak, mereka terbengong. Song Kang tersenyum sepanjang koridor.

"Weo?" tanyaku masih kesal.

"Ani, kau kalau cemburu jadi imut." Jawabnya singkat. Aku hanya tersenyum, tak memungkiri bahwa rasa nyaman yang kuterima selama ini darinya membuatku merasa sedikit memilikinya.

Ryu diperbolehkan menjalani rawat jalan dan mendapat perban elastik untuk tangan kanannya. Pria kecil itu terlihat kagum dengan perban di tangannya. Sedari tadi dia memandangi perban elastik itu.

"Apa tuan muda senang dengan perban karet itu?" Supir menengok melalui spion setelah kami menuju hotel lagi..

"Ini Daebak!" Ucap Ryu yang membuat kami tertawa.

"Pak, terima kasih." Ryu turun dari mobil begitu sampai dipintu utama hotel.

Kami kembali ke resto dan memulai makan siang yang tertunda. Setelahnya kami menuju kamar kami yang selanjutnya akan kami sebut rumah. Kamar yang diperuntukkan khusus untuk nana. Kamar yang ditempati nana ketika beliau menemuiku dulu. Sekarang kamar itu menjadi rumahku dan Ryu.

"Ark, lusa kau bisa langsung bekerja. Kang akan membantumu sebelum dia ke Busan." Mayor Lee memberitahuku sekembalinya aku dari menidurkan Ryu. Aku hanya mengangguk.

"Apa bapak yakin soal ini?"

"Tak perlu gusar. Masih ada Kang disisimu. Dia tentu akan membantumu."

"Iya, aku siap untuk membantumu."

Aku hanya mengangguk kecil, aku sendiri tak begitu yakin. Baru berapa hari ini aku lulus kuliah bisnis, aku juga kehilangan Nana yang adalah satu-satunya keluargaku. Menjalankan hotel bintang 5 sebagai CEO sekaligus owner sendirian seperti sekarang, maksudku tanpa Nana sangat menakutkan.

Di Italia, aku duduk pada jabatan GM. Sepeninggal Nana, semua yang Nana punya menjadi milikku. Aku bukan lagi GM tetapi Owner. Semua keputusan menjadi tanggung jawabku. Menjalankan bisnis tak semudah yang terlihat mengingat jaringan hotel kami sudah tersebar di beberapa negara.

"GM Seoul sekarang juga akan membantumu, tenang saja." Imbuh Song Kang.

"Emm, apa kau sudah memberi tahu ayah Ryu jika kalian pulang?"

Mata kami bertemu sesaat, maksud Song Kang adalah tuan idol itu. Tuan Kim "worldwide handsome" SeokJin. Aku selama ini juga mendengar dari berita. Sepak terjang boy grup itu sudah mendunia. Ternyata keputusanku memutuskan hubungan kami sudah tepat.

Orang tua dan neneknya pasti bangga dengan pencapaiannya. Aku juga tau bahwa dia minim gosip dating, bahkan beberapa berita dan Vidio YouTube pernah menayangkan bagaimana dia menolak ajakan kencan dan menikah dari penggemarnya. Aku tentu tau itu hanya sekedar ajakan guyonan. Tapi aku pun ikut terkejut dengan jawabannya yang spontan.

Pria itu seperti sedang menghindari urusan berkencan. Aku bahkan pernah besar kepala ketika tanpa sengaja aku menonton vidio Youtube mengenai itu. Kupikir dia begitu karena masih menyimpan rasa padaku, setidaknya dia tau diri bahwa sudah punya putra. Kegilaan sesaatku itu tentu saja sirna begitu saja karena aku yang memutus pikiran kotor ku itu. Aku dan Ryu pernah mengunjungi Inggris ketika BTS akan menggelar konser di Wembley Stadium. Hebatnya mereka menginap di salah satu hotel milikku, mereka membooking penuh lantai 3.

"Untuk apa?" Tanyaku balik pada Song Kang. Song Kang merasa bahwa sudah mengusikku hanya dengan melihat raut wajahku.

"Aku datang kesini untuk bekerja bukan untuk yang lainnya." Kami semua diam dalam atmosfir yang canggung.

Mayor Lee tau persis bahwa putranya menaruh hati padaku. Tentu saja aku juga tau dan merasakannya. Tapi hal lainnya tidak untuk sekarang. Ryu yakin bahwa Song Kang adalah papanya dan untuk sementara biarlah begitu hingga aku yakin Ryu sanggup untuk mengerti situasi ibunya.

"Ark, aku senang kau mau pulang lagi. Kuharap kau benar-benar betah selama berada di sini. Kita banyak pekerjaan yang punya target. Kau tau kan dimana akan meminta pertolongan?" Mayor Lee menepuk bahuku kemudian keluar.

Pria sahabat ayahku yang tahun depan sudah masuk masa pensiun itu telah kuanggap sebagai ayah sendiri. Pertolongan dan perlindungannya telah membuatku begitu bersyukur selama ini.

"Aku pulang, sampai besok." Song Kang mengelus lenganku lembut. Aku hanya mengangguk. Kupandang punggungnya yang menghilang dibalik pintu. Pertanyaannya sangat mengusikku. Rasa rindu berbunga-bunga bercampur dengan ingat lama yang begitu menyakitkan. Minggu-minggu terakhir ketika kami packing, Ryu sempat bertanya apakah dia bisa bertemu dengan grup idol idolanya? Saat itu aku tak pernah tau bahwa yang dia maksud adalah BTS. Ketika di pesawat aku baru mengetahui bahwa dia mengidolakan BTS. Bagaimana jika dia akhirnya tau bahwa salah satu dari member BTS adalah ayahnya?

Wajah tenang Ryu ketika tidur mengingatkanku pada SeokJin. Senyum mereka sama, bentuk bibirnya juga, melihat Ryu sekarang sama seperti melihat SeokJin ketika masih kecil. Aku sangat berharap mereka tak akan pernah bertemu. Jika dipikirkan lagi, bertemu dengan sengaja dan tanpa sengaja dengan BTS sangat mustahil terjadi bukan? Lebih gampang bertemu dan membuat janji dengan presiden. Senyum kecilku muncul, menertawakan kebodohan yang berlebihan. Kuselipkan tubuh lelah dalam selimut disamping Ryu. Mendekap tubuh kecil itu membuatku tau bahwa aku begitu diberkati dengan kehadirannya.

"Haruskah aku memberitahunya? Haruskah mama meberitahu papa kandung mu RJ?" gumamku.

The Secret Story of RJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang