Bagian 7

57.7K 3.9K 79
                                    

Selamat membaca !!!

***

Memulai hari dengan aktivitasnya seperti biasa, Latisha menghela pelan begitu mobil yang dikendarainya tiba di parkiran sekolah yang menjadi tempatnya mengajar tiga tahun belakangan ini.

Langkah Latisha berayun pelan, meninggalkan parkiran. Beberapa murid menyapa dengan ramah, namun Latisha tanggapi dengan anggukan kecil, tanpa senyum. Hal yang menjadi ciri khas seorang Latisha sepanjang dirinya mengajar. Namun meskipun begitu, tidak sedikit murid laki-laki yang mengidolakan sosok cantik gurunya itu. Tak terkecuali guru-guru.

Sayangnya, sejak awal masuk status Latisha tidak sendiri. Ia sudah memiliki Gyan dan Latisha begitu mencintai kekasihnya itu. Hingga sekarang ... setelah kekecewaan Gyan berikan, Latisha masih tetap mencintai pria itu.

“Sha!” panggilan dari salah satu teman seprofesinya membuat Latisha menoleh dan menghela pelan. Sudah dapat menebak mengenai apa yang akan ditanyakan.

Jujur ia enggan membahas masalah pernikahan lagi, tapi sepertinya ia tidak akan bisa menghindar. Agni tidak akan berhenti sebelum mendapatkan kejelasan.

“Calon suami gue kabur, dan adiknya yang menggantikan,” ucap Latisha langsung tanpa menunggu di layangkan pertanyaan. Toh Latisha sudah tahu tujuan temannya itu.

“Kok, berengsek sih!” geram Agni menatap prihatin Latisha yang baru saja mengambil duduk di kursinya. “Lo tahu alasan dia pergi? Selingkuh atau—”

“Gue gak tahu dan gak sempat nyari tahu. Dia pergi tanpa diketahui, cuma kirim pesan kata maaf sama keluarganya termasuk gue, setelahnya nomor dia gak bisa dihubungi sampai sekarang,” helaan napas berat Latisha keluarkan. Masih tetap merasa sesak membahas Gyan yang pergi tanpa jejak.

Tepukan tanda simpati Agni berikan, membuat Latisha menoleh dan memberikan senyum tipis tanda bahwa dia baik-baik saja.

Beruntung sebelumnya ia tidak mempublikasikan kekasihnya, dan Gyan pun tidak pernah penampakan diri di hadapan rekan kerja dan murid-murid Latisha, selain teman dekatnya, seperti Agni dan satu lagi teman Latisha yang kini belum menampakkan diri. Jadi tidak ada yang tahu bagaimana wujud asli Gyan, karena jika di lirik sekilas Saga cukup mirip dengan kakaknya.

Bedanya Gyan memiliki jambang tipis yang membuat pria itu terlihat lebih matang. Dari bentuk tubuhnya pun berbeda memang, tapi orang-orang tidak akan banyak yang menyadari itu. Tapi tentu Agni tidak termasuk, karena sahabat Latisha itu cukup mengenal Gyan. Dan satu lagi mungkin yang menjadi pertanyaan, nama pria di kartu undangan dan ketika ijab kabul. Tapi beruntungnya rekannya tidak datang ketika itu karena ijab kabul terselenggara hanya di hadapan kerabat, sahabat tedekat dan keluarga.

“Tapi gak masalah, sih, Sha, lo beruntung dapat berondong,” ujarnya seraya mengedip jahil. “Cerita dong, Sha, malam pertama lo sama dia gimana?” bisik Agni dengan raut penasaran yang begitu kuat. “Staminanya pasti luar biasa. Secara dia masih muda,” kedipan menggoda lagi-lagi Agni layangkan, membuat Latisha memutar bola mata. Ia benar-benar tidak tahu mengapa bisa berteman dengan Agni yang memiliki tingkat kewarasan di bawah rata-rata. Dan entah kenapa juga ia betah, padahal pribadi mereka benar-benar berbanding kebalik.

“Lo masih perawan tapi kok kalimatnya nyeremin, ya, Ni? Nikah gih, khawatir gue,” ucapnya seraya bergidik, sementara Agni sudah terpikal di tempatnya.

“Gue juga pengennya gitu, Sha, nikah secepatnya. Tapi sayang aja calonnya gue belum ada. Cariin dong, Sha. Gak masalah deh berondong kayak laki lo juga,” ujarnya mengedip genit.

“Lo gak masalah, tapi brondongnya kira-kira mau gak sama lo! Lagian bukannya lo udah punya pacar ya, Ni?” Latisha ingat bahwa beberapa waktu lalu temannya itu bercerita mengenai seorang laki-laki yang tengah dekat, dan Agni bilang bahwa itu akan menjadi gandengannya di pernikahan Latisha empat hari lalu. Tapi jika tidak salah ingat, Latisha yakin bahwa Agni datang bersama guru-guru lain. Tidak ada tanda-tanda pria yang digandengnya.

“Udah bubaran padahal belum sempat jadian,” keluhnya lesu, membuat Latisha refleks menepuk pelan punggung temannya itu sebagai tanda prihatin.

Latisha tidak pernah merasakan apa yang Agni alami karena selama ini hanya Gyan pria satu-satunya yang ia miliki, mengingat dirinya yang memang tidak mudah dekat dengan orang lain terlebih berjenis kelamin laki-laki. Tapi ia tahu bahwa itu cukup meresahkan untuk hati dan juga perasaan.

“Makanya lain kali jangan mudah baper, Ni. Terkadang jual mahal itu perlu untuk jaga hati sendiri,”

“Ya gimana dong, Sha, Tama terlalu ganteng untuk gue abaikan,” ujarnya seraya melempar cengiran. Membuat Latisha memutar bola mata. Tidak begitu mengerti kenapa harus memiliki sahabat seperti Agni.

“Usia lo sekarang udah gak jamannya mencari pasangan dengan menomor satukan tampang. Yang penting tulus, bertanggung jawab dan mau membahagiakan lahir batin.”

Itu terdengar menggurui, tapi nyatanya apa yang Latisha katakan benar bukan? Calon pedamping itu cari yang bertanggung jawab, tidak ketika nyaris nikah tiba-tiba meninggalkan. Berjanji memberi kebahagiaan nyatanya malah mengecewakan.

“Susah tau, Sha yang kayak gitu,” desah Agni pelan. Ia sendiri sudah tidak tahu harus ke mana lagi mencari sosok yang bisa menerima dirinya apa adanya. Rasa-rasanya begitu sulit.

Latisha mengangguki itu. Susah. Nyatanya ia yang sedari awal percaya Gyan yang terbaik berakhir dengan begitu mengenaskan. Di tinggal di hari pernikahan lebih menyakitkan dari pada diselingkuhi. Entah sih, Latisha sendiri belum pernah merasakan hal itu. Hubungannya dengan Gyan tidak pernah bermasalah, apalagi gara-gara kehadiran orang lain. Entah Gyan memang benar-benar baik atau Latisha yang kecolongan karena terlalu mempercayai kekasihnya.

“Bukan sulit sebenarnya, Ni, tapi karena memang belum waktunya aja. Tapi sebisa mungkin jangan menjerumuskan hati pada seseorang yang berpotensi menyakiti. Lebih baik sendiri sambil menunggu yang pasti.”

Setelah bermalam-malam berpikir dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai sosok Gyan dan alasan kepergian pria itu, kini Latisha paham, mungkin inilah yang dinamakan takdir. Jodohnya bukan Gyan, itu mengapa ia tidak sampai ke pelaminan padahal nyaris berjabat tangan.

Jodoh itu kadang lucu, pacaran dengan siapa nikahnya sama siapa. Jalannya sama si A, eh jadiannya sama di D. Sama hal seperti Latisha, pacaran lama dengan Gyan, eh berakhir nikah dengan adik dari kekasihnya.

Namun percayalah bahwa semua yang terjadi tidak akan pernah lewat dari campur tangan Tuhan. Latisha percaya itu. Maka dari itu, meski belum bisa menerima statusnya dengan Saga, Latisha tidak berusaha menolak meski di awal begitu tidak terima.

Ia sudah sepakat untuk menjalani pernikahan dengan Saga meskipun laki-laki itu belum dewasa usianya. Tapi semoga saja Saga mau di ajak bekerja sama dalam membangun rumah tangga.

Menghela napasnya pelan, Latisha menatap jam di pergelangan tangannya, lalu kembali fokus pada laptop menyala di depannya dan melanjutkan pekerjaannya membuat soal latihan untuk murid-muridnya, hingga bel tanda mulainya jam pembelajaran membuat Latisha bergegas menuju kelas yang menjadi jatahnya mengajar di jam pertama ini.

***

Tbc ...

My Brondong HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang