Happy Reading !!!
***
"Ngelamun, heh?" tegur Saga di depan wajah Latisha, mengejutkan perempuan itu yang benar-benar tidak menyadari kedatangan suaminya. Menoleh ke sekeliling, Latisha meringis kecil ketika mendapati hampir semua mata tertuju ke arah mejanya. Membuat Latisha beralih menatap Saga yang malah mengambil duduk di sampingnya.
"Kamu ngapain ke sini sih, Ga!" protes Latisha dengan nada pelan.
"Kamu kenapa melamun? Lagi mikirin aku, ya?" mengabaikan kalimat Latisha, Saga melayangkan kedipannya, lagi-lagi menggoda Latisha yang kini semakin menampilkan wajah judesnya karena laki-laki itu berhasil menjadikan dirinya perhatian banyak orang. Latisha tidak nyaman dengan ini. Terlebih bisikan-bisikan terdengar dari beberapa remaja yang tadi fokus memperhatikan Saga yang berdiri di depan mesin kopi.
"Gak usah ge'er!" delik Latisha memutar bola mata. "Pergi sana, ngapain di sini. Bukannya kamu lagi kerja?" lanjutnya mengusir, Latisha enggan lama-lama menjadi perhatian orang-orang. Meskipun mereka para remaja, tetap saja Latisha merasa risi.
"Barusan udah izin, kok, sama Bang Jay," kata Saga tak berbohong, seraya melirik sosok yang berdiri di depan meja kasih, lalu mengacungkan jempolnya begitu teriakan dari arah depan sana terdengar dan Saga kembali menolehkan pandangan pada sosok di sampingnya, menatap gemas Latisha yang terlihat terganggu dengan keberadaannya. Tapi Saga tidak ingin menghiraukan, selanjutnya ia melirik teman istrinya yang sibuk membuka laptop, setelah beberapa detik lamanya menatap cengo kedatangan Saga.
"Temannya Latisha 'kan?" tanya Saga pada sosok di depannya, mengalihkan Agni yang kemudian segera memberi anggukan.
"Kenapa? Mau ngajak kenalan?" to the poin. Agni memang selalu seperti itu, dan hal tersebut kadang membuat Latisha malu jika sedang nongkrong dengan sahabat satunya itu. "Agni," ucapnya menyebutkan nama, setelah itu kembali fokus pada laptopnya.
Mendapat respons cepat seperti itu membuat Saga menarik kedua sudut bibirnya, merasa senang dengan sosok di depannya. Namun berbeda dengan Latisha yang justru melayangkan tatapan tajam pada suaminya itu.
Saga yang seakan paham, langsung mengedipkan mata dan memiringkan kepalanya sedikit menuju sang istri. "Cie cemburu," ujarnya menggoda, lalu tertawa begitu mendapati wajah merah Latisha yang menatapnya dengan kesal.
Sudah pernah Saga bilang belum jika Latisha begitu cantik dengan ekspresi kesal dan wajah merahnya? Serius. Saga suka raut wajah istrinya yang seperti itu.
"Tenang, Sha, bukan aku kok yang mau ngajak kenalan,"
"Terus siapa dong?" Agni yang mendengar kalimat Saga langsung melontarkan tanya tersebut. Pasalnya Agni memang selalu suka jika ada yang mengajak kenalan. Ya, hitung-hitung koleksi pria tampan. Untung-untung kalau sekarang dapat brondong seperti suami temannya. Agni lihat sosok-sosok remaja yang ada di café ini bermuka lumayan. Agni yakin sebagian besar dari mereka adalah teman Saga.
"Pemilik café," kata Saga menunjuk sosok tampan di depan meja kasir dengan dagunya, membuat Agni menoleh, mengikuti pandangan Saga.
Tak hanya Agni, Latisha pun nyatanya melakukan hal yang sama. Tapi hanya sebentar Latisha mengamati sosok itu, sebab Saga cepat-cepat menutup matanya menggunakan telapak tangan pria itu. Membuat Latisha memprotes dan berusaha melepaskan tangan suaminya.
"Jangan liat-liat cowok lain, Sha. Kamu punya aku," bisiknya, refleks menghentikan berontakan Latisha.
Mendengar kalimat tersebut lagi-lagi membuat hati Latisha menghangat. Ia sendiri tidak mengerti kenapa dirinya semudah ini tersanjung dengan kalimat-kalimat yang Saga ucapkan. Padahal tidak begitu istimewa. Bukan puisi yang memiliki diksi indah menyentuh hati, bukan syair yang begitu lembut dan menyentuh jiwa, bukan pula bait manis yang romantis, tapi entah kenapa Latisha selalu saja merasa berdebar. Saga selalu sukses membuatnya merona.
"Cukup ganteng. Namanya siapa, Ga?" tanya Agni pada Saga yang baru saja menurunkan tangannya dari depan mata Latisha.
"Jaiz Darmawangsa, pemilik cafe yang sudah punya lima cabang, usia dua puluh delapan tahun." Saga menerangkan singkat sosok yang tadi memang sempat bertanya mengenai dua sosok yang mengobrol dengan Saga, lebih tepatnya Saga yang menggoda istrinya.
Awalnya Jay -nama panggilan Jaiz- bertanya sosok Latisha, tapi dengan cepat dan tegas Saga mengatakan bahwa sosok itu adalah istrinya. Jay tidak percaya tentu saja, tapi Saga kemudian mengatakan bahwa dia siap memperlihatkan buku nikahnya. Akhirnya Jay, bertanya sosok satunya, yang tak lain teman Latisha dan meminta untuk dikenalkan. Sayangnya Saga tidak tahu nama dari teman istrinya. Sampai akhirnya alasan itu di jadikan Saga untuk izin menghampiri kedua perempuan berseragam guru itu.
"Yah, bukan brondong," keluhnya pelan, membuat alis Saga terangkat. Sedangkan Latisha mendengus
Sejak tahu Latisha menikah dengan seorang remaja, Agni jadi ikut-ikutan ingin menyamainya.
"Kenapa memangnya?"
"Gak apa-apa sih, tapi liat Latisha sama lo, kayaknya gemesin aja gitu. 'kan gue juga pengen!" terangnya tanpa malu-malu, membuat Saga terbahak karenanya, sedangkan Latisha mengeram karena kesal. Agni benar-benar membuatnya malu!
"Sumpah, teman kamu unik. Calon tante-tante girang!" tawa Saga semakin mengudara, dan itu membuat Agni sontak melayangkan tatapan tajamnya, tak terima dengan apa yang Saga ucapkan.
"Dasar bocah sialan!"
Bukannya tersinggung, Saga malah justru semakin meledakkan tawanya, hingga membuat beberapa orang yang sejak tadi penasaran pada kedekatan Saga dengan kedua perempuan berpakaian guru itu semakin dilanda rasa penasaran.
Namun, tidak ada yang berani menegur, bahkan teman Saga sekalipun yang duduk tak jauh dari meja yang Saga, Latisha dan Agni tempati. Karena berpakaian guru dan melihat salah satunya berwajah dingin, mereka menjadi segan.
"Tapi dia juga gak apa-apa deh," lanjut Agni, setelah kembali melirik sosok yang di depan sana. "Lumayan, gak malu-maluin saat di ajak jalan atau kondangan," tambahnya. Dan lagi-lagi Saga di buat tertawa, sementara Latisha menggeleng tak habis pikir pada temannya itu.
"Jadi mau nih?" tanya Saga memastikan.
"Eum ..." memainkan telunjuknya di dagu, Agni terlihat seperti tengah berpikir. Tak berapa lama, ia melirik kembali sosok laki-laki berkulit kecokelatan itu, lalu menoleh pada Saga, dan menopang dagu dengan kedua tangannya yang ditautkan. "Dia berengsek gak?" Agni bertanya lebih dulu. Ia tidak ingin kembali mendapatkan laki-laki berengsek seperti yang sudah-sudah.
Seperti yang Latisha katakan, sudah saatnya ia mencari yang serius dan membawanya ke pelaminan. Lagi pula Agni iri dengan Latisha yang sudah bersuami.
"Kepribadiannya sendiri gue gak tahu. Tapi selama kenal, Bang Jay cukup baik. Dia laki-laki yang kalem tapi menyenangkan. Dia juga orangnya santai."
"Kayak Gyan?"
Mendengar nama itu kembali di sebutkan membuat Latisha cepat-cepat memalingkan wajahnya, tidak ingin lagi menyimak obrolan Agni dan Saga.
Mendengar nama Gyan, masih terasa sesak untuknya, dan hari ini di waktu yang belum genap satu jam nama Gyan sudah tersebut dua kali oleh sahabatnya.
Latisha tidak tahu apa maksud Agni, tapi ia yakin bahwa sahabatnya tidak sengaja. Hanya saja sosok yang Saga jelaskan barusan memang hampir mirip seperti Gyan. Santai tapi menyenangkan. Gyan sosok yang tak begitu banyak bicara, tapi pandai menghangatkan suasana. Mengingat itu, Latisha tiba-tiba di landa rindu yang bercampur dengan pilu.
"Kamu di mana Gy? Kenapa pergi?" lirih Latisha bergumam dalam hati.
***
Btw guys, aku mau infoin nih, My Brondong Husband akan dibuku kan. PO nya akan di buka tanggal 21 bulan ini. Kalian bisa nabung dulu deh 🥰
Jangan sampai nyesel gak punya bukunya loh ya 🤭
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brondong Husband
Algemene fictieLatisha tidak pernah menyangka bahwa calon suaminya akan melarikan diri di hari pernikahannya, membuat Saga yang seharusnya menjadi adik ipar, mengambil alih tanggung jawab kakaknya. Sejujurnya Latisha lebih memilih batal menikah, sebab menikahi seo...