Happy Reading !!!
***
"Sumpah, Saga, malu-maluin!" gerutu Latisha ketika mereka keluar dari ruang BK. "Kamu benar-benar kayak anak kecil tahu gak sih, berantem hanya karena hal sepele seperti itu."
Latisha masih saja merasa tak habis pikir. Ia akui dirinya memang tersentuh dengan alasan yang Saga berikan, tapi tetap saja ini memalukan. Latisha merasa menjadi wali dari murid taman kanak-kanak yang terlibat perkelahian karena berebut mainan kesayangan. Bedanya Saga dan lawannya tidak ada yang menangis.
"Tapi kan itu kotak makan kamu, Sha,"
"Iya, tapi kan bisa beli lagi, Saga. Gak harus buat kamu hajar anak orang juga. Lagi pula di rumah masih ada kalau memang kamu mau bawa bekal lagi besok."
"Tetap aja ak-"
"Ga, Saga, lo gak apa-apa 'kan?" ketiga teman Saga berlari menghampiri dengan raut khawatir. Namun bukannya senang, Saga malah justru mendengus karena kalimatnya terpotong.
"Lo kenapa lawan mereka sendiri sih! Kenapa gak ajak kita sekalian, biar makin rame? Lo juga gak akan sebonyok ini kalau gak maju sendirian."
Mendengar perkataan tiga remaja itu membuat Latisha sadar akan luka-luka di wajah Saga, sontak Latisha menoleh dan meraih wajah Saga yang memang cukup hancur, bahkan Saga sampai meringis karena ulah Latisha barusan.
"Obatin dulu yuk. Dimana UKS-nya?"
"Cuma lebam doang, Sha. Dua hari juga sem-aw!" kalimat Saga terhenti oleh ringisannya ketika dengan sengaja Latisha menekan lebam di pipinya.
"Gak usah ngebantah!" delik Latisha tajam, lalu menarik tangan Saga pergi seraya bertanya mengenai letak UKS. Sementara ketiga teman Saga terbengong bodoh di tempatnya dengan mata terus mengikuti langkah Saga dan Latisha yang mulai menjauh. Tapi setelah beberapa saat, ketiganya tersadar dan menyusul Saga ke UKS. Penasaran dengan sosok perempuan yang bersama Saga sekarang. Sekaligus mereka ingin memastikan bahwa perempuan itu memang istri Saga. Mereka tidak ingin dikibuli oleh temannya satu itu.
"Kalau kejadian seperti ini terulang lagi, aku gak mau datang!" kata Latisha begitu berhasil meminta Saga duduk di ranjang UKS dan meminjam P3K kepada petugas yang berjaga di ruang kesehatan. "Bodo amat pihak sekolah mau datang ke rumah sekali pun, biar Mama sama Papa tahu bagaimana tingkah anak bungsunya."
"Jangan gitu dong, Sha. Mama bisa kejang-kejang kalau sampai tahu. Janji deh ini yang terakhir, aku gak akan berantem-berantem lagi," Saga mengacungkan dua jarinya sebagai tanda sumpah. Tapi Latisha malah justru menanggapi dengan memutar bola mata jengah.
"Kamu kasih janji itu juga beberapa minggu lalu. Dan kenyataannya ...." Latisha mengedikkan bahunya singkat masih dengan tangan yang sibuk mengobati lebam di wajah Saga.
"Maaf," cicit Saga benar-benar merasa bersalah.
"Maaf kamu basi!"
"Aku serius minta maaf, Sha, aku gak akan ulangi hal ini lagi. Lagi pula kamu sudah tahu jelas alasan aku berkelahi."
"Tapi itu benar-benar kekanakan, Sagara!" geram Latisha seraya melemparkan delikan tajam. "Alasan berantem kamu gak banget tahu, gak, sih. Bikin malu!"
"Ya aku minta maaf, Sha. Mood-ku sedang gak baik tadi. Aku gak suka temanku menganggap kamu istrinya Bang Gyan, karena pada kenyataannya kamu istri aku. Kamu nikahnya sama aku, bukan Bang Gyan."
"Gara-gara itu kamu terpancing emosi?" Saga mengangguk membenarkan, dan Latisha hanya mampu menghela seraya menggeleng tak habis pikir. "Wajar teman kamu menganggap begitu, Saga. Kamu masih SMA, gak akan ada yang percaya kalau aku istri kamu. Lagi pula kenyataannya memang benar 'kan, aku seharusnya jadi kakak ipar kamu," lanjut Latisha dengan lirih di akhir kalimatnya.
"Kamu masih berharap Bang Gy-"
"Kita bahas itu di rumah. Ini sekolah," selanya dengan cepat membungkam bibir Saga dengan telapak tangannya. Tidak ingin sampai status Saga terbongkar begitu saja karena obrolan mereka ini.
Latisha bukan malu memiliki suami brondong seperti Saga, hanya saja ia tidak mau membuat Saga di keluarkan dari sekolah. Bagaimanapun seorang murid tidak boleh dulu menikah. Meskipun Saga laki-laki, tapi begitulah peraturan di sekolah. Beda lagi jika nanti Saga sudah kuliah.
Ya, meskipun Latisha tetap tidak berniat membahas masalah rumah tangganya dengan Saga di khalayak umum. Untuk apa, pamer? Ck, yang benar saja! Tidak ada yang patut di banggakan dari sebuah pertengkaran, terlebih masalah pernikahan dan rumah tangga.
Setelahnya, tidak lagi ada obrolan diantara mereka, Saga sibuk dengan pikirannya, sementara Latisha sibuk pada luka di wajah Saga. Sampai akhirnya Latisha selesai mengobati suaminya dan mereka sama-sama keluar dari UKS dengan di sambut tiga sahabat Saga.
"Kalian bertiga temannya Saga 'kan?" tanya Latisha pada tiga sosok di depannya. Dan anggukan kompak ketiga remaja itu berikan. "Titip Saga. Jangan sampai dia berkelahi lagi. Awasi juga sepulang sekolah nanti, pastikan dia tidak mangkir dari hukumannya," ucapnya dengan tatapan tajam sarat akan sebuah ancaman.
Tatapan Latisha di mata tiga remaja laki-laki itu bagai peringatan yang tidak boleh mereka langgar. Benar-benar mengerikan. Devan bahkan sempat bergidik karenanya.
"Aku bukan anak kecil, Sha!" protes Saga tidak terima, tapi sama sekali Latisha tidak menghiraukannya.
"Belajar yang benar, Saga. Jangan buat Mama, Papa dan aku kecewa. Ingat aku gak mau punya suami yang gak lulus sekolah. Minggu depan aku daftarkan kamu les untuk persiapan ujian," kata Latisha yang kemudian berlalu pergi tanpa menunggu bantahan dari suami brondongnya itu. Sampai kemudian ...
"Saga!"
Teriakan seorang perempuan Latisha dengar dari arah belakang, membuat langkahnya berhenti sejenak. Entah apa alasannya, yang jelas tiba-tiba saja Latisha melakukan itu.
"Aku dengar kamu berantem sama Ezhar dan teman-temannya. Kenapa sih, Ga, gak nurut banget aku bilangin. Tuh wajah ganteng kamu jadi lebam-lebam gini. Ish, sebel tahu gak sih, Ga ...."
Untuk kalimat selanjutnya Latisha tidak berniat mendengarkan, tidak juga ia mau menoleh demi melihat seperti apa perempuan yang mendatangi Saga barusan. Untuk apa? Itu bukan urusannya.
Membuka pintu mobilnya, Latisha lebih dulu melirik ke arah tangga yang baru saja dirinya lewati, berharap sosok Saga ada mengikutinya. Namun sayang itu hanyalah harapan Latisha saja, karena kenyataannya tidak ada sosok Saga terlihat menyusul. Membuat setitik kecewa mampir, tanpa tahu apa penyebabnya.
Menarik dan membuang napasnya perlahan, Latisha kemudian masuk ke dalam mobil dan melajukan kendaraannya meninggalkan sekolah Saga.
Latisha memilih langsung pulang tanpa pergi ke sekolah lagi karena jam mengajar pun sebentar lagi akan usai. Jadi, lebih baik ia langsung pulang ke rumah. Lagi pula suasana hatinya sedang tidak baik, pikirannya sedang rumit dan perasaannya sedang kacau. Latisha hanya ingin istirahat, menenangkan diri untuk sejenak.
***
Wah, Saga harus mulai di awasi nih.
Tim Saga-Latisha ikut pantau. Jangan sampe lengah dan berakhir kebobolan.
Dan aku mau mengingatkan kalau P.O My Brondong Husband akan segera di mulai.
Buku tersedia hanya selama P.O berlangsung aja ya guys.
Gimana, udah pada nabung belum nih?See you next part!!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brondong Husband
General FictionLatisha tidak pernah menyangka bahwa calon suaminya akan melarikan diri di hari pernikahannya, membuat Saga yang seharusnya menjadi adik ipar, mengambil alih tanggung jawab kakaknya. Sejujurnya Latisha lebih memilih batal menikah, sebab menikahi seo...