Happy Reading !!!
***
Melihat kesungguhan Saga hari itu, membuat Latisha akhirnya belajar untuk menerima apa yang suaminya mau. Ia tidak menutup hati. Sejak awal ia tidak melakukan itu, tapi tidak juga berusaha menerima. Namun setelah hari itu Latisha coba belajar untuk menerima kehadiran saga sebagai suaminya. Tidak mudah, tapi juga tidak begitu sulit.
Saga sosok yang menyenangkan, laki-laki yang banyak bicara, dan pandai mencairkan suasana. Membuat Latisha yang kaku, sedikit demi sedikit mulai membuka diri dan berekspresi.
Setelah di jalani, menikah dengan Saga tidak begitu buruk meskipun kadang mengesalkan karena kejahilan dan tingkah menyebalkannya. Tapi selebihnya, Saga adalah teman yang baik.
Laki-laki itu tidak memaksa Latisha banyak bicara, tidak memaksa Latisha untuk bersikap sebagaimana perempuan pada umumnya. Saga tau, Latisha bukan remaja yang manja dan labil seperti mantan-mantannya. Latisha adalah perempuan dewasa, bersikap sebagaimana usianya. Dan Saga tidak keberatan.
Lagi pula Saga tahu Latisha tidak akan mungkin mengimbangi Saga yang masih berusia belasan, jadi Saga lah yang mengimbangi Latisha yang dewasa. Terlebih ia suami, sudah sepatutnya mengayomi. Saga hanya meminta satu hal dari diri Latisha, tidak terlalu cuek terhadapnya.
Dan Latisha berusaha mengabulkan itu.
Ini adalah minggu kedua untuk Latisha dan Saga menjadi sepasang suami istri. Minggu pertama Latisha lewati cukup berat dengan bayang menyesakkan tentang Gyan yang gagal menjadi suaminya. Namun di minggu kedua ini Latisha sudah merasa lebih ringan.
Kejahilan Saga membuat rumah yang mereka tinggali berdua terasa lebih hidup. Kehidupan Latisha yang kaku pun mulai terasa lebih berwarna.
Malam yang biasanya dihabiskan dengan mengoreksi nilai murid-murid atau membaca, kini di gunakan untuk bersantai. Menikmati tayangan di televisi bersama Saga dengan canda yang mengiringi.
Sebenarnya hanya Saga yang melakukan itu karena Latisha belum sepenuhnya terbuka. Tapi Latisha tetap berusaha menimpali candaan Saga yang lebih banyak diisi dengan godaannya. Dan tak jarang laki-laki itu membuat Latisha merona juga salah tingkah. Hal yang begitu Saga sukai, sebab di matanya Latisha amat cantik.
"Saga, udah siap belum?" tanya Latisha seraya mengetuk pintu kamarnya yang tidak terlihat tanda-tanda akan terbuka.
Sudah hampir setengah jam ia menunggu Saga bersiap untuk pergi ke supermarket. Namun laki-laki itu tidak juga menampakan diri. Membuat Latisha kesal dan bertanya-tanya apa yang dilakukan suaminya selama ini, padahal Saga hanya perlu mengganti baju saja. Dan menurutnya itu tidak akan memakan waktu selama ini.
"Bentar, Sha, aku masih bingung," sahutnya dari dalam kamar.
Latisha yang mendengar itu menautkan kening, tidak paham dengan maksud Saga. Hingga akhirnya Latisha memilih membuka pintu kamar demi memastikan. Dan betapa terkejutnya Latisha saat mendapati kamar yang berantakan, dengan Saga yang berdiri di depan cermin bersama dua pakaian di tangannya. Tengah membanding-bandingkan mengenai mana yang sekiranya cocok untuk dikenakan.
Latisha sebenarnya enggan menghampiri sebab kini Saga hanya memakai celana chinos panjang hitam tanpa atasan. Ia masih cukup merasa risi dengan tubuh polos Saga meskipun setiap malam tidur dengan keadaan Saga seperti itu.
Seminggu yang lalu, Saga meminta izin untuk tidur tanpa atasan karena dia merasa tak nyaman. Saga terbiasa tidur bertelanjang dada karena selalu merasa kepanasan. Tapi ketika menikahi Latisha, Saga berusaha menyamankan diri tidur dengan kaus tipis karena tidak ingin membuat Latisha risi. Dan ketika di rasa hubungan mereka mulai membaik dan Latisha terlihat membuka diri, Saga berusaha menyampaikan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brondong Husband
General FictionLatisha tidak pernah menyangka bahwa calon suaminya akan melarikan diri di hari pernikahannya, membuat Saga yang seharusnya menjadi adik ipar, mengambil alih tanggung jawab kakaknya. Sejujurnya Latisha lebih memilih batal menikah, sebab menikahi seo...