Happy Reading !!!
***
"Sha, ngopi dulu yuk? Udah lama banget kita gak quality time. Sekalian gue mau numpang wi-fi, download ulang kapten Ri. Film gue semuanya ke hapus." Ajak Agni ketika mereka baru saja keluar dari ruang guru, hendak pulang, karena waktu mengajar sudah selesai sejak satu jam yang lalu. Dan tidak ada lagi pekerjaan yang harus mereka selesaikan.
Tidak langsung menjawab, Latisha lebih dulu melirik pada jam di pergelangan tangannya sebelum kemudian mengangguki ajakan temannya itu dengan catatan untuk tidak lama-lama sebab Latisha bukan perempuan lajang yang bisa nongkrong dan pulang sesukanya.
Meskipun Saga tidak pernah melarang, tetap saja, Latisha enggan melakukan hal-hal yang kurang berguna. Tapi sesekali tak masalah karena bagaimanapun Latisha butuh penyegaran, dan memang sudah lama juga mereka tidak main bareng, ngopi sambil ngobrol santai.
"Nabila mana? Gak di ajak?" celingukan, Latisha mencari satu lagi teman seperjuangannya yang beberapa hari lalu baru kembali dari seminarnya di luar kota.
"Dia masih sibuk bikin laporan hasil seminarnya kemarin."
Mengangguk paham, Latisha kemudian berjalan menuju mobilnya begitu pula dengan Agni. Mereka sepakat menggunakan kendaraan masing-masing agar tidak repot-repot kembali ke sekolah, dan janjian di café yang biasa menjadi tempat mereka menikmati waktu santai.
Tidak butuh waktu lama untuk tiba, karena café yang mereka tuju tidak begitu jauh dari sekolah tempatnya mengajar. Menunggu Agni yang belum sampai, Latisha membuka ponsel dan segera mengirim pesan kepada suami brondongnya. Memberitahu Saga mengenai dirinya yang tidak langsung pulang.
Entah kenapa Latisha ingin melakukan itu. Yang jelas, melihat bagaimana khawatirnya Saga ketika telunjuknya teriris pisau hari itu, membuat Latisha terharu. Dan alasan kenapa ia mengabari Saga mengenai kepulangannya yang tidak tepat waktu karena ia tidak lagi ingin membuat laki-laki itu cemas.
Kepulangan Saga memang tidak menentu, kadang awal, dan kadang juga ketika beranjak malam. Tapi untuk menghindari kecemasan Latisha memilih jalur aman. Terserah Saga mau menanggapinya atau tidak, yang penting sebagai istri dirinya sudah berusaha berbakti.
Lima menit berlalu, mobil yang Agni kendarai tiba dan mengambil parkir di samping mobil Latisha yang sudah lebih dulu sampai. Setelahnya mereka sama-sama masuk ke dalam café yang terlihat cukup ramai di jam tiga siang ini.
Melirik sekeliling demi mencari meja kosong, pandangan Latisha malah justru mengamati pengunjung yang lebih banyak di dominasi para remaja yang kebanyakan masih menggunakan seragam sekolahnya, membuat Latisha menggeleng tak habis pikir, namun enggan berkomentar. Toh itu bukan urusannya, bukan anak-anaknya juga.
"Sha, itu laki brondong lo bukan sih?" sikutan tangan Agni terasa di lengan Latisha. Membuat perempuan itu menoleh, mengikuti arah pandang sahabatnya. Dan apa yang didapatinya di depan sana membuat Latisha menajamkan penglihatan. Lalu mengajak Agni mendekat ke arah meja bar. Mengurungkan dulu niatnya mencari tempat duduk karena ada hal lain yang harus dirinya pastikan.
"Sagara!" tegur Latisha pelan, membuat sosok yang Latisha pandangi menoleh dan sontak terkejut. Namun itu tak lama karena setelahnya Saga menarik lebar senyumnya.
"Halo istri," sapanya dengan kedipan genit yang membuat Agni memekik, begitu pula beberapa perempuan yang tak sengaja melihat. Namun hal itu tidak dilakukan Latisha, perempuan dua puluh tujuh tahun itu malah justru mendengus dan menatap tajam suaminya.
"Kamu ngapain di sini?" tanyanya menuntut penjelasan. Pasalnya Saga berada di balik meja bar dengan apron warna cokelat berlogo café coffe. Nama café yang Latisha singgahi saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brondong Husband
General FictionLatisha tidak pernah menyangka bahwa calon suaminya akan melarikan diri di hari pernikahannya, membuat Saga yang seharusnya menjadi adik ipar, mengambil alih tanggung jawab kakaknya. Sejujurnya Latisha lebih memilih batal menikah, sebab menikahi seo...