Bagian 19

50K 4.3K 39
                                    

Menuju P.O sebentar lagi nih. Kalian udah mulai nabung kah?
Ingat ya guys, tanggal 21 juni! 😁😁

Happy Reading !!!

***

Pada jam istirahat, Saga mengambil bekal yang Latisha siapkan pagi tadi dari dalam tasnya. Tempat bekal dengan warna biru bening itu menarik perhatian teman-teman sekelasnya yang baru saja beranjak dari tempat duduk masing-masing, hendak bubar menuju kantin dan tempat-tempat lain yang biasa mereka kunjungi.

Beberapa orang sudah tertawa dan mengejek Saga anak TK, ada juga yang terkekeh geli melihat Saga yang di kenal sebagai cowok cool dengan segudang mantan dan catatan keributan membawa kotak bekal. Ketiga sahabat Saga bahkan sudah terpikal seraya meraih kotak bekal tersebut demi melihat isi di dalamnya.

"Astaga, Ga, sejak kapan lo hobi bawa bekal?" ejek Devan yang masih membolak-balik kotak bekal milik Saga, di saat si pemilik masih sibuk memasukan peralatan tulisnya ke dalam tas.

"Sejak hari ini," jawab singkat Saga tanpa sama sekali merasa tersinggung atau malu dengan tawa mengejek teman-temannya.

"Sumpah! Lo serius bawa bekal? Dari rumah?" Fauzan menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir.

"Gini ceritanya ke-cool-an kita menurun drastis ini," kata Endra menimpali, dan setelahnya mereka yang masih ada di kelas tertawa. Namun sama sekali Saga tidak peduli, memilih merebut kotak makannya dari tangan Devan lalu bangkit dari duduknya. Melangkah meninggalkan teman-temannya ke luar dari kelas.

"Eh, Ga, lo mau ke mana?" teriak Endra segera menyusul. Begitu pula dua temannya yang lain.

Sama sekali Saga tidak berniat memberi jawaban, terus melangkah melewati koridor yang penuh dengan murid-murid yang juga akan menuju tujuan yang sama. Kantin. Beberapa orang menyapa Saga dengan akrab, ada juga perempuan yang menggoda terang-terangan. Hal itu sudah biasa, karena sejauh ini Saga tidak menampik bahwa pesonanya memang sememukau itu hingga membuat para perempuan jatuh cinta.

Jika biasanya Saga selalu menanggapi godaan para perempuan-perempuan itu, tidak setelah pernikahannya dengan Latisha, terlebih istri cantiknya itu sudah memperingati Saga untuk tidak main belakang.

Saga ingin menghargai Latisha yang sudah berusaha menerima kehadirannya. Lagi pula Saga sudah tidak berminat pada perempuan-perempuan di sekolahnya. Latisha sudah begitu sempurna untuk Saga. Dan sejauh ini tidak ada perempuan yang lebih cantik dari Latisha, menurut Saga.

Begitu tiba di kantin, Saga langsung duduk di meja bagian pojok kanan yang biasa menjadi tempatnya menghabiskan jam istirahat bersama ketiga temannya. Jika hari-hari biasa Saga akan mengantre mie ayam, batagor atau semacamnya lebih dulu, sekarang tidak. Saga sudah membuka kotak makannya, dan matanya langsung berbinar ketika melihat isi di dalamnya.

"Anjir mantap!" seru teman-teman Saga yang baru sampai. "Tadi gue kira tuh nasi bentuknya hello kitty atau panda," tambahnya seraya tertawa. Membuat Saga melayangkan tendangan di tulang kering Devan yang kebetulan mengambil duduk di depannya.

"Sakit anjing!" protesnya kesal, tapi Saga sama sekali tidak peduli. Saga memilih melahap makanan yang Latisha buatkan dari pada menanggapi ocehan teman-temannya. Makanan dari Latisha terlalu sayang untuk di anggurkan. Saga juga enggan mengabaikan kenikmatan yang diberikan dari olahan tangan istrinya.

"Serius lo gak nawarin kita, Ga?" Fauzan terlihat ngiler dengan makanan yang Saga nikmati sekarang. Membuat tangannya refleks terulur hendak mengambil udang yang ada di kotak bekal Saga. Namun dengan cepat Saga menepisnya.

"Gak boleh ada yang minta!" peringat Saga tajam.

"Pelit lo, Ga. Bagi dikit aja elah!"

"Gak! Lebih baik lo beli mie ayam, bakso atau yang lainnya kayak biasa deh, jangan recokin gue," kata Saga sambil berusaha menyembunyikan kotak makannya. Saga benar-benar tidak rela jika sahabatnya menikmati masakan Latisha.

"Bosen, Ga. Makanan lo kayaknya enak deh, bagi dikit dong," melas Devan seraya mencondongkan tubuhnya ke arah Saga, yang cepat-cepat menahan gerakan sahabatnya itu.

"Gue bilang enggak ya enggak! Ini makanan khusus di buat untuk gue. gak boleh ada yang minta."

"Ck, kenapa sih? makanannya gak enak?"

"Sembarangan aja lo, setan. Masakan istri gue gak ada yang gak enak!" ujar Saga cukup lantang. Membuat tiga sahabat Saga melongo begitu pun beberapa orang di kantin yang tidak sengaja mendengar. Setelahnya semua orang di sana tertawa, kecuali Endra yang memang tahu kenyataan sahabatnya sudah menikah.

"Halu lo, Saga!" Fauzan sampai memukul-mukul lengan Saga saking geli dan puasnya dia tertawa. Jarang-jarang mereka bisa menertawakan Saga yang maha sempurna di depan hampir semua orang di sekolah ini.

"Istri yang mana yang masakin lo, Ga? Si Elma yang kukunya cantik itu? Atau Si Tya yang dikit-dikit ngerajuk? Iih Saga, kamu kok gitu sih," Devan mengejek dengan menirukan suara manja salah satu mantan Saga. "Gak yakin gue mereka bisa masak," tambahnya kembali tertawa, diikuti Fauzan dan Endra. Sementara Saga sendiri bergidik geli mengingat dua orang yang disebutkan temannya barusan.

Saga tidak lupa dua mantannya itu. Yang satu enggan kecantikan kukunya rusak, dan yang satu lagi manjanya gak tertolong. Sialnya saat itu Saga memacari keduanya secara langsung. Bayangkan seberapa pusingnya Saga menghadapi dua makhluk itu. Jadi tidak salahkan kalau Saga memilih berhenti jadi playboy setelah menikahi Latisha yang sempurna itu? Oh jelas, mana mau Saga melempar berlian demi batu kerikil.

"Atau lo ada cewek baru ya, Ga?" tebak Fauzan mencondongkan wajahnya dengan raut amat penasaran.

Saga memilih tidak menjawab. Ia melanjutkan makannya dan membiarkan dua temannya menebak-nebak, sedangkan Endra sudah bangkit untuk memesan makanan.

"Eh, Ga, cewek yang kemarin sama lo di café, yang jutek-jutek cantik itu, wali lo waktu kita di panggil BK itu 'kan? Dia siapa Ga?" Devan yang baru teringat kejadian kemarin melontarkan tanya dengan raut yang kembali penasaran. Membuat Saga menghentikan kegiatan makannya, mengangkat kepala demi menatap dua sahabatnya yang terlihat begitu ingin tahu.

"Kenapa memangnya?" Saga balik bertanya, lalu kembali menyuapkan makanannya.

"Dia guru?" anggukan menjadi jawaban Saga kali ini. "Pantesan waktu itu bisa bikin ibunya Si Ezhar diam tak berkutik." Devan mengangguk-anggukan kepalanya pelan.

"Dari sikapnya juga terlihat berwibawa, gak heran emaknya si Ezhar ciut. Meskipun sederhana, aura walinya Si Saga nyeremin, cuy. Tipe-tipe guru killer yang bikin murid-murid malas bikin masalah."

Endra yang baru kembali duduk di mejanya, mengangguk setuju dengan ucapan Fauzan barusan, tak lewat Devan pun ikut menyetujui. Sementara Saga masih anteng dengan makanannya, membiarkan teman-temannya itu membicarakan Latisha.

"Tapi doi cantik, bro," timpal Devan cepat-cepat. "Dia siapa sih, Ga? Sepupu lo? Atau ... ah kakak ipar lo! Iya 'kan? gue masih ingat waktu itu lo gak bisa diajak main karena abang lo mau married. Jadi itu istrinya? Sumpah cantik banget." Puji Devan sungguh-sungguh, karena memang begitulah pada kenyataannya. Latisha memang cantik. Sangat cantik malah. Tapi Saga tidak suka ada yang menyebut Latisha kakak iparnya. Meskipun itu memang nyaris terjadi, nyatanya sekarang Latisha adalah istrinya, bukan istri abangnya.

Mood Saga turun drastis setelah mendengar kalimat sahabatnya itu. Membereskan kotak makan yang syukur isinya sudah selesai dihabiskan, Saga bangkit dari duduknya, menatap satu per satu teman-temannya yang diam, menatap bingung. "Dia bukan sepupu gue, bukan kakak ipar gue. Dia istri gue." Setelah mengatakan itu Saga mengayun langkah pergi meninggalkan kantin, meninggalkan wajah syok Devan dan Fauzan.

Saga tidak peduli teman-temannya tahu perihal pernikahannya dengan Latisha, toh istrinya juga tidak meminta Saga untuk menyembunyikan statusnya. Latisha hanya meminta agar Saga tidak sengaja mengumbar, tapi hal barusan bukan termasuk mengumbar, Saga hanya memberi jawaban pada temannya yang penasaran. Tadinya juga Saga merasa cukup Endra saja yang tahu karena teman satunya itu tidak memiliki mulut bocor. Sayangnya Devan malah memancing kekesalan Saga. Ia tidak suka siapa pun menganggap Latisha istri abangnya.

***

21 juni Buku My Brondong Husband udah bisa di pesan. Jangan sampai ketinggalan ya guys.
Serius kalian harus banget punya bukunya!

See you Next Chap !!!

My Brondong HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang