"Masuk ke kamar." Ucap Minho.
Perkataan Felix berhasil membuat Minho sangat marah hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengunci Felix di kamar. Kebetulan itu sudah waktu jam tidur malam jadi ia tak perlu mengantarkan makanan ataupun obat-obatan Felix ke dalam.
Yang lebih muda pun tak kehabisan akal, ia mengingat pernah diberi kunci cadangan sehingga Felix berhasil kabur dari rumah saat Minho sudah tertidur.
•••
Felix pergi dengan tangan kosong, hanya membawa ponsel dan juga dompet dengan isi yang mungkin hanya cukup untuk sarapan besok. Sekarang ia tak tahu harus berjalan kemana.
Sungai Han adalah tujuan pertama nya untuk malam ini. Mungkin tidur disana tak akan menjadi masalah. Felix menduduki salah satu kursi panjang di sana, sedikit menikmati angin malam yang berangsur menjadi sangat dingin.
"Duh, mana pake baju tipis lagi." Keluh Felix.
Menyesal tak mengenakan sesuatu yang tebal, si manis hanya bisa menunjukkan wajah cemberut di sana. Sangat gelap dan juga sepi tentunya. Sudah menunjukkan pukul 1 malam sekarang.
"Eum, permisi?" Ucap seorang pemuda pada Felix.
Cukup membuatnya kaget hingga mengelus dada, "Gue kaget, anjir. Lain kali kalo mau ngomong nampakin diri, jangan dibelakang. Dikira setan kali ya." Omel Felix.
Pemuda itu terkekeh pelan, "Iya sorry. Angin malem emang dingin banget, pake hoodie gue aja gih. Ntar sakit." Lanjut pemuda itu sembari memberikan sebuah hoodie berwarna abu-abu miliknya.
Felix sedikit menatapnya heran, "Gak saling kenal loh, lo gak takut ngasih barang ke orang asing?" Tanya nya.
Pemuda itu hanya menggedikkan bahunya, "Kalo lo sih... Nggak ya. Lagian modelan bocil kayak lo bisa apa coba? Paling anak mami."
Felix sedikit menggeserkan tubuhnya dan memberi isyarat agar pemuda itu duduk disampingnya.
"Agak kurang ajar ya kalo ngomong, belum rasain ditendang anu nya." Jawab Felix sesudahnya.
"Bisa? Haha, Well, sekalipun lo orang jahat juga gak masalah sih. Gue cuma ngasih hoodie bukan ngasih hati. Bisa beli lagi nanti."
Jawaban itu sukses membuat Felix tertawa lepas, "Aneh lo."
"Kita kayaknya seumuran deh, sekolah dimana?" Tanya pemuda itu lagi.
Felix menggedikkan bahunya, "Baru mau masuk SMA."
"Udah lulus SMP?"
Yang lebih muda hanya menganggukkan kepalanya, "Udah, udah ospek juga. Tinggal nunggu pembagian kelas."
"Dimana kalo boleh tau?"
"SMA Gyeonggi."
Pemuda itu mengubah posisinya menghadap Felix, "Loh, sama dong, gue kakak kelas lo ternyata." Ucapnya.
Felix sedikit membelalakkan matanya, ia sedikit melirik ke arah pemuda itu sebelum akhirnya berdiri dan membungkukkan diri. "Aduh sorry kak, gue yang gak sopan. Pamit dulu ya." Ucap Felix, rasanya ingin cepat-cepat menghilang karena malu.
Felix segera melangkah pergi dari tempat itu, menahan malu. Namun pemuda itu dengan sigap menahan lengan mungil milik Felix.
"Gausah lebay, gue bukan guru. Duduk lagi sini."
Felix juga tak punya pilihan lain selain duduk kembali disamping pemuda itu. Ia hanya menundukkan kepalanya, tak ingin melihat ke arah manapun. Berusaha menutupi wajahnya yang memerah.

KAMU SEDANG MEMBACA
[√] Sunshine.
Fanfiction{Revisi} • Beberapa part di unpub sementara untuk perbaikan. "Dan untuk kesekian kalinya kakak bilang, dedek berhasil jadi mentari kakak yang paling cerah sekalipun dengan cara yang berbeda. Rest In Peace, dedek." - Lee Minho. - siblings, brothersh...