29. Mimpi

788 117 19
                                        

*twt beberapa hari sebelum koma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*twt beberapa hari sebelum koma.

•••

Changbin datang, lagi-lagi mendapati temannya tertidur sambil menggenggam tangan Felix disana. Changbin tak sendiri, ia bersama Chan disana.

Tak ingin mengganggu, mereka memutuskan untuk kembali keluar dan mencari udara segar untuk malam ini. Terhenti pada cafeteria rumah sakit, mereka akhirnya duduk disana untuk bersantai.

"Jarang-jarang ketemu lo, gimana kabarnya?" Tanya Chan.

Changbin hanya mengangguk sebagai jawaban, "Gue kesini kalo jadwal studio lagi kosong, sama kalo ino lagi kumat."

"Ino?"

"Minho. Gue dulu sering panggil dia begitu, tapi ngga lagi. Ada kenangan buruk aja gitu." Jelas Changbin.

"Tapi tadi lo panggil ino lagi."

"Kangen, gue kangen Minho kecil yang selalu senyum depan gue. Ngga kayak sekarang yang senyumnya kayak seminggu sekali."

Chan terkekeh pelan, "Sorry, gara-gara keluarga gue jadi repot begini. Harusnya kita sekarang orang asing, kan?"

Changbin mendongakkan kepalanya, menatap Chan lawan bicaranya, "Ngga, udahlah. Udah lalu, jangan ngerasa bersalah."

"Gue juga cape, bin. Berjuang buat hidup kayak susah banget. Tapi waktu gue coba buat istirahat juga ngga bisa, Felix selalu butuh gue."

"Di sisi lain juga gue ngga mungkin nyalahin Felix, ngga ada yang minta dilahirin dengan penyakit." Sambung Chan.

"Udah, salah kita yang kurang jagain adek lo. Bisa-bisanya kelepasan konsumsi obat antidepresan." Changbin berusaha menghentikan perkataan itu.

Bagaimanapun, apa yang dikatakan Chan sedikit tak bisa Changbin terima. Kesannya, seperti menyalahkan Felix secara tidak langsung.

Hening disana, keduanya tenggelam pada pikiran mereka masing-masing. Terpuruk dengan kejadian beberapa hari lalu saat Felix dinyatakan koma.

Tak ada lagi yang tersenyum cerah disetiap pagi, tak ada yang memanggilnya dengan sebutan

'Kak Abin! Kak Chan!'

Terkadang suara itu bergema dalam gendang telinga keduanya. Walau suaranya yang berat sedikit tak sinkron dengan wajah dan sikap manisnya, tetap saja terkesan lucu.

Felix is the real sunshine.

Tak ada yang membatah pernyataan itu. Semuanya senang ketika Felix senang, begitu pula sebaliknya.

Sudah selarut ini, sekitar pukul 10 malam. Changbin melihat masih ada beberapa anak kecil yang bermain disekitar cafeteria. Bukannya sudah waktunya beristirahat?

[√] Sunshine. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang