"Christopher Bang, atau lo kenal dengan Chan. Nice to meet you, udah lama gak ketemu."
Minho masih berusaha mencerna apa yang sedang terjadi, "Lo tau darimana gue kerja disini?"
Chan menggedikkan bahunya, "Instagram punya Lix? Gak penting sih gue tau darimana."
"Nguntitin adek gue ya?! Gak sopan banget sih lo."
Chan terkekeh pelan mendengarnya, "Ralat, adek gue juga, Minho."
Yang lebih muda menarik lengan Chan keluar dari cafe, "Adek-adek, pala lo peyang. Pergi lo, jangan sampe Lix tau lo ada disini." Ucap Minho.
"Gue mau ketemu adek kandung sendiri, masa gak boleh? Punya hak dong." Tolak Chan.
"Gak ada buat gue, belasan tahun lo ngilang dateng-dateng mau nemuin adek gue. Enak bener idup lo. Lo kira mudah ngasuhnya, hah? Lo liat dedek sekarang udah idup enak makanya di datengin? Gitu, Chan?" Sambung Minho lagi.
"Oke, perlu lo tau gue 1 tahun lebih tua dari lo dan cara lo ngomong gak sopan. Kedua, gue punya alasan ngelakuinnya, dulu gue gak bisa ngurus Lix. Sekarang gue udah mampu, balikin Lix ya?" Bujuk Chan lagi.
Minho tertawa renyah mendengar itu, "Gue sopan ke orang yang pantas diperlakukan sopan, gak cocok buat orang sampah kayak lo."
"Dan? Gak bisa terus lo buang? Sampah, Lo sampah, cara lo sampah, pengecut lo. Mampu apa? Ngancurin idup dedek lagi? Balikin-balikin, lo kira barang apa? Lo gak tau seberapa keras usaha gue buat bikin dedek seneng tanpa harus mikir keluarga sampah kayak lo lagi. Sana pergi." Minho segera mendorong tubuh kekar itu agar bisa segera pergi dari cafe nya.
Tenaga Chan terlalu kuat untuk Minho lawan sendiri, "Gue gak akan pergi sebelum ketemu Lix."
Minho pun mulai kehabisan kesabarannya, lawan bicaranya itu terlalu mengesalkan untuk dihadapi, apalagi dengan cara menjawabnya yang terlampau tenang.
"Denger gak sih, Setan? SEKALI GUE BILANG NGGAK, YA NGGAK BANGSAT." Teriaknya.
Teriakan itu sukses membuat Chan kaget mendengarnya, masalahnya mereka sedang berada di luar cafe yang keadaannya ramai akan orang-orang yang lewat. Banyak pasang mata yang tertuju pada Chan, membuatnya tak punya pilihan lain selain segera pergi dari tempat itu.
"Gak usah balik lagi, Chan. Gue gak nyambut tamu sampah kayak lo disini. Kalo sampe gue liat lo diem-diem nemuin dedek, air fryer gue tersedia buat lo."
•••
Setelah kejadian tak mengenakkan tentang Minho dan Chan, Minho segera mengajak Changbin untuk pergi menyegarkan pikirannya.
"Nih, eskrim lo." Changbin menyodorkan eskrim strawberry yang sudah ia janjikan tadi.
Minho mengambil eskrim itu dengan senyum manisnya, "Baik banget Abin." Ucapnya.
"Emang baik kali, ini aja rela gue nemenin lo ke sungai Han. Jalan kaki lagi." Jawab Changbin.
Yang lebih tua mengernyitkan dahinya, "Oh jadi lo gak ikhlas? Yaudah sana balik, gak minta ditemenin juga gue." Minho membuang pandangannya, melahap eskrim itu dengan kesal.
Changbin terkekeh pelan, "Sensi banget lo, kenapa?"
Minho hanya menggelengkan kepalanya, "Nggak."
"Sumpah, lo ngambek beneran? Bercanda gue." Ucap Changbin lagi.
Yang lebih tua tak menggubrisnya, memilih untuk tetap melahap makanannya. Changbin yang melihat itu langsung menarik eskrim itu dari tangan Minho.
"Gak jawab, gak ada eskrim." Ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] Sunshine.
Fanfiction{Revisi} • Beberapa part di unpub sementara untuk perbaikan. "Dan untuk kesekian kalinya kakak bilang, dedek berhasil jadi mentari kakak yang paling cerah sekalipun dengan cara yang berbeda. Rest In Peace, dedek." - Lee Minho. - siblings, brothersh...