Setelah di depan kasir saling tatap cengo, Minho mengajak Felix dan Jisung untuk duduk bersama, tentunya sangat kaget saat melihat adik kesayangannya bersama orang aneh itu. Bagaimana Felix bisa kenal?
"Dedek masa lupa tempat kakak kerja sih?" Ucap Minho pada Felix.
Felix menggaruk kepalanya yang tidak gatal, nyengir, "Orang emang jarang mampir kok. Akhir-akhir ini aja kakak rajin ke cafe."
"Kamu sekolah, kakak bosen dirumah terus jadi mending kesini." Jawab Minho lagi.
Jisung yang melihat keadaan itu juga tak kalah kaget dengan Minho. Jadi beberapa hari terakhir ini kagum pada kakak temannya?
"Tunggu, jadi ini kakak lo Lix?" Tanya nya.
Felix menganggukkan kepalanya, "Ini yang kata lo ganteng? Tuh kak, katanya mau deket sama kakak."
Jisung membelalakkan matanya, tangannya segera menutup bibir milik Felix, "Kalo ngomong suka gak di filter!"
Terlanjur tahu, Jisung hanya bisa menampilkan senyum canggung pada yang paling tua, Minho juga hanya terkekeh pelan melihatnya.
"Gapapa, emang ganteng sih. Yaudah kenalan sini, gue Minho." Minho mengulurkan tangannya pada Jisung.
Jisung menjabat tangan itu, tak ingin membuang waktu. Kapan lagi diberi kesempatan menjabat tangan orang ganteng.
"Ji-"
"Jisung, sering pesen milkshake coklat sepaket sama strawberry cheesecake nya, selalu duduk dipojok kanan cafe sambil ngerjain tugas kalo gak ya drakoran. Gak lupa suka curi pandang sama orang ganteng." Potong Minho.
Jisung tertawa lepas mendegarnya, itu persis sama dengan apa yang ia lakukan setiap hari dicafe, "Kok bisa hafal?"
Minho ikut tertawa dan menggedikkan bahunya, "Tiap hari kesini, gimana gak hafal? Tapi gue seneng sih, punya pelanggan setia gini. Cafe gue gak seburuk itu ternyata."
"Waduh, Ji. Tiap hari mau liatin kakak gue, apa gak bosen? Gue aja enek." Celetuk Felix sambil tertawa.
Jisung memukul lengan mungil milik Felix pelan, "Enak aja lo! Dari jaman gak kenal kakak lo juga gue sering kesini tau. Emang tempatnya enak aja daripada di rumah."
Felix mengangguk paham, "Iya deh yang seneng abis kenalan sama orang ganteng." Tak lupa menekankan kata ‘orang ganteng’ dengan tanda kutip.
"Kak, pulang jam berapa?" Sambung Felix lagi.
"Ada janji sama kak Abin habis ini, pulang sendiri bisa?" Tanya Minho.
"Tadi nyuruh kabarin kalo mau pulang, sekarang malah nyuruh pulang sendiri. Ngapain sama kak Abin? Mau nyempil ajalah." Protes Felix.
"Anak kecil gak usah kepo, yaudah kakak pergi ya." Minho segera beranjak dari tempat duduknya.
Ia sudah mendapat pesan dari kontak bernama "Dwaekki", ternyata temannya sudah menunggu didepan cafe untuk menjemput Minho.
Jisung teringat sesuatu, ia belum membayar pesanannya, "Kak, gue belum bayar ini-"
Minho hanya menggelengkan kepalanya, "Gak usah, gue yang traktir." Minho melanjutkan langkahnya sambil tersenyum manis pada Jisung.
"Lix gue mleyot dulu kali ya. Senyum nya manis banget anjing. Gila nih gue begini gara-gara cowok, mana attitude nya bagus banget anjir. Dapet dimana lo?" Jisung berkata dengan suara yang sedikit bergetar.
"Ya, jangan di jadiin pacar aja sih, beda umurnya 13 tahunan. Pikiran lo jelas jauh lebih bocil dibanding dia." Ucap Felix santai.
Jisung menatap temannya kaget, "Pingsan beneran gue." Ucapnya sebelum akhirnya menjatuhkan tubuh ke lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] Sunshine.
Fiksi Penggemar{Revisi} • Beberapa part di unpub sementara untuk perbaikan. "Dan untuk kesekian kalinya kakak bilang, dedek berhasil jadi mentari kakak yang paling cerah sekalipun dengan cara yang berbeda. Rest In Peace, dedek." - Lee Minho. - siblings, brothersh...