17. Rumah Sakit

809 112 13
                                    

Disinilah ia duduk, cafetaria milik rumah sakit yang sudah menjadi rumah kedua Felix sejak dulu. Minho memutuskan untuk istirahat dan memiliki beberapa makanan disana. Tentu bersama Chan.

Saat Seungmin bilang membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk hasil pemeriksaan milik Felix, setidaknya itu bisa membuatnya sedikit bernafas lega.

"Soal Felix, gue minta maaf ya. Harusnya gue lebih perhatian lagi tentang ginian." Ucap Chan.

Minho mengangkat kedua alisnya, "Udah kejadian, mau lo minta maaf seribu kali juga keadaan gak akan berubah."

"Well, gue cuma bisa harap sesuatu dipikiran gue gak akan terjadi sama dia." Sambungnya.

Chan mengangguk paham, ia juga sama harapannya untuk Felix. Salahnya yang tak bisa menjaga adik kecilnya itu sejak dulu.

"Lo balik aja, Lix paling bangunnya besok. Gue aja yang jaga." Tawar Minho.

"Serius lo sendiri? Kalo gitu gue cabut ya, sorry gak bisa nemenin. Ada kerjaan juga." Chan bergegas dari tempat duduknya.

Minho mengangguk, "Besok, jangan ceplas-ceplos. Lix belum tau kalo dia sakit."

"Rencana gue kasih tau, kalo hasil pemeriksaan udah keluar." Ia menundukkan kepalanya, berharap kabar baik yang menghampirinya nanti.

Yang lebih tua tersenyum tipis, memberikan tepukan pada pundak Minho, "Chill, lo hebat bisa jaga dia sejauh ini. I'm proud of you."

"Gimana pun hasilnya nanti, gue bakal stay disini. Kita lewatin bareng-bareng, okay? Makasih udah gantiin gue sebagai figur kakak, gantiin mama, papa sebagai figur orang tua."

"Cuma orang hebat yang bisa gantiin semua figur itu. Karena pada normalnya, setiap orang punya figur mereka masing-masing. Tapi lo, bisa mainin semua figur itu jadi satu dalam hidup lo."

"Gue gak tau gimana nasib Lix dulu kalo gak lo pungut waktu itu, gue beneran nangis pas liat Lix lo bawa balik. Tapi gue juga bersyukur, setidaknya dia hidup layak sama lo."

"Thanks ya. Sekarang kalo lo cape, istirahat aja. Gue bisa gantiin lo lagi buat jagain Lix." Sambungnya. Ia mengusak rambut milik Minho, kembali tersenyum sebelum akhirnya pergi.

Minho terkekeh, melihat yang lebih tua melangkah pergi meninggalkannya. Ah, perkataan itu cukup menenangkan.

•••

Kret....

Sudah menunjukkan pukul 2 pagi, Jisung memasuki ruang inap milik Felix, terlihat Minho yang sudah tertidur disofa samping ranjang.

"Tau gini, mending lo balik sama gue tadi siang." Keluhnya.

Mendekati ranjangnya, melihat Felix yang masih tertidur lelap dengan tangan yang di infus. Ia menggenggam tangan mungil itu, sedikit mengeluarkan air mata.

"Gue tau... Nggak pantes gue cemburu di keadaan kayak gini, Fel."

"But, i have to. I'm jealous of you. Kenapa selalu lo yang jadi heather? Kenapa selalu lo yang dapet perhatian kak Minho? Gue juga pengen, gue selalu usaha biar bisa deket sama kak Minho, tapi hasilnya? Nihil."

"Kenapa selalu lo yang seneng, yang bahagia, Fel? Kenapa gak gue..." Sambungnya.

"Karena semuanya gak seindah yang lo liat."

[√] Sunshine. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang