30. End

1.1K 124 40
                                        

"Saya ngga pernah anjurin ini, karena kondisi Felix yang terlanjur begini. Keputusan kamu bahaya, karena kalau operasi donor jantung ini gagal, keduanya ngga bisa diselamatkan."

Dokter Kim masih terus meyakinkan pemuda dihadapannya ini, mengingat bahwa keputusan yang diambil akan mempengaruhi nyawa dua orang sekaligus.

"Gapapa, saya bersedia." Kalimat itu mutlak Minho ucapkan.

Menandatangani surat perjanjian dan banyak hal lainnya, sebagai bukti bahwa operasi dilakukan dengan persetujuan.

"Gue aja, Ho."

"Hah?" Minho tampak kebingungan dengan ucapan yang tiba-tiba dilontarkan.

"Lo terlalu banyak berkorban, kali ini biar gue. Biarin gue kasih persembahan terakhir buat dia, ya?"

"Biarin gue kasih kehidupan baru, yang bisa Felix nikmatin di sisa hidupnya."

"Setelah ini, hak asuh bakal sepenuhnya milik lo. Dia bakal jadi adek lo sepenuhnya, bukan adek kita lagi. Dan gue percaya kalo lo bisa jaga dia dengan baik."

"Nanti lanjutin hidup bareng-bareng ya. Lo, dan gue sama Felix. Gue bakal berdetak di jantungnya, di setiap detiknya. Sampai Tuhan nentuin kapan akhir dari semuanya."

•••

Dokter Kim, Minho, Changbin, Jisung, Yeji, Yuna, Ryujin. Semuanya hadir hari ini. Meramaikan sebuah acara yang diselenggarakan dadakan oleh Lee Minho.

Banyak rangkaian bunga, yang seharusnya menjadi pertanda baik kan? Bahwa seseorang sedang berbahagia saat ini. Namun, dengan pakaian serba hitam yang dikenakan para pengunjung akan membuat semuanya berputar sebaliknya.

Pemakaman yang sedang dilaksanakan, menuai banyak air mata dari para kerabat terdekat dan para pengunjung lainnya. Makam bertuliskan Felix Lee terpampang jelas disana.

Begitupula dengan makam Christopher Bang yang terletak berdampingan disebelahnya.

Semalam, mengingat bahwa Minho mengambil keputusan besar untuk mendonorkan jantungnya.

Sejak dinyatakan bahwa operasi gagal dilakukan, sejak itu pula Minho sudah banyak mengeluarkan air mata.

'Harusnya gue, gue yang donorin jantungnya. Sekalipun gagal, gue masih tetap bisa sama Felix, kan?'

Gumaman itu terus bergema di telinga milik Minho, ia rela mati agar adiknya mendapatkan kembali kehidupan barunya. Dan ia juga rela mati, walau keduanya tak ditakdirkan lagi untuk terus hidup.

'Saya udah lakuin yang terbaik, maaf kamu harus kehilangan keduanya.'

Seberapa banyak Minho mencoba untuk tidak menangis, tapi tak bisa. Ucapan demi ucapan yang terdengar begitu menyakitkan masih saja bergema di telinganya.

"Minho..." Panggilan itu terdengar lirih dari Changbin.

Pemakaman sudah hampir selesai, Changbin sudah berniat untuk mengajak Minho pulang. Namun temannya itu tak kunjung menyahut kala Changbin memanggilnya 3 kali lebih.

"Ino, mau sampai kapan lo nangis disini?" Panggilnya lagi, berharap Minho tak mengabaikannya.

Minho menoleh, tak mengucapkan sepatah katapun. Pandangannya kembali melihat pada batu nisan bertuliskan nama Felix.

"Dunia lagi bercanda ya sama gue? Tapi kok ngga lucu, Bin?" Minho mulai bersuara.

Changbin yang mendengar itu lantas mulai merangkul Minho, menenangkan temannya yang sedang sesegukan.

[√] Sunshine. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang