Semuanya telah berakhir. Tentang Hyunjin dan Jeongin yang menyesal karena tak ada disaat terakhir Felix, tentang Yeji dan kedua temannya yang juga bersedih karena tak menghabiskan waktu banyak dengan adik angkatnya itu.
Tentang Jisung yang sedih karena tak ada lagi teman sebaik Felix, ia menyesal karena telah menghindar dari Felix, menyesal atas perasaan salah yang tumbuh pada kakak temannya itu, Minho.
Tentang mentari yang seringkali hujan deras membasahi kota Seoul, bahkan langit masih bersedih atas kepergian seorang Lee Felix.
Minho, siapa kira kecelakaan terakhir membuatnya tak sadar selama 1 bulan lebih. Saat sadar, Changbin, bunda dan ayah sangat bersyukur.
Tentang ayah dan bunda yang mendapatkan kembali anak tunggal mereka, tentang Changbin yang senang karena teman yang ia cintai kembali dari mimpi panjangnya.
Sampai pada hari ini, Minho sudah kembali sehat. Kecelakaan yang bertepatan 1 tahun lalu itu sudah benar-benar ia lupakan.
Tentang Minho yang juga sudah mulai mengikhlaskan kepergian adiknya. Walau beberapa bulan awal setelah kepergian Felix, dirinya sempat stress berat.
Untungnya, Changbin selalu merawatnya hingga Minho tak melakukan hal aneh seperti konsumsi obat-obatan dan hal semacamnya.
Ah iya, mereka bukan lagi 2 insan yang dipertemukan sebagai teman. Tuhan mentakdirkan mereka untuk hidup bersama sebagai sepasang kekasih yang saling mencintai. Mereka telah menikah sekitar 2 bulan lalu.
Siapa sangka juga, kalau Minho akan menjadi submissive dihadapan Changbin.
"Sayang, lama banget siap-siap doang. Aku nunggu daritadi." Panggil Changbin.
"Sirik aja lo! Diem ah." Celetuk Minho.
Changbin sedikit kaget mendengar jawaban itu, "Apaan pake gue-lo segala. Dihukum tau rasa."
"Ngga takut, bacot ah. Tunggu bentar lagi aja susah bener."
Minho kembali fokus pada kaca didepannya ini, membenarkan baju yang padahal sedaritadi juga sudah terlihat rapi. Changbin lantas mendekati kekasihnya itu, merangkul pinggang ramping milik Minho mendekat ke arahnya.
"Aish! Apa?!" Seru Minho dengan nada yang tidak santai.
Changbin menatap manik mata itu dalam, "Kita udah nikah, mau gue lakuin sekarang juga bisa. Ngga usah ngelawan lo."
"Iyaiya maaf, aku lagi kesel. Ngga pede, jelek banget pake baju ini."
"Apa, cantik begini. Udahlah, mau gimanapun tetep cantik. Mau dilirik siapa juga sih, sampe segitunya."
Changbin mengubah tatapannya menjadi tatapan sinis pada Minho, dibalas dengan decihan pelan.
"Nanti aku gembel, kamu malu lagi." Ucap Minho.
"Ngga sayang. Udah gini aja, kasian nanti Jiji nunggu lama disana. Ayo berangkat." Ajak Changbin.
Minho menolak, ia berniat mengganti bajunya dengan yang lain. Namun tangannya dengan cepat ditahan, kedua pipinya ditangkup oleh sang kekasih.
Bibirnya dikecup lama, sebelum akhirnya dilumat singkat oleh Changbin.
Ciuman itu Minho lepas, "Aku udah make up, bibirnya udah cantik tadi! Malah dicium." Protesnya.
Yang lebih muda hanya terkekeh, "Tetep cantik, lucu, gemes. Mau dibilang apalagi sama aku? Kamu udah se perfect ini. Ngga usah ganti baju lagi."
Ucapan itu membuat pipi sang submissive bersemu merah, Minho akhirnya tertawa dan mengiyakan permintaan kekasihnya untuk segera berangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] Sunshine.
Fanfiction{Revisi} • Beberapa part di unpub sementara untuk perbaikan. "Dan untuk kesekian kalinya kakak bilang, dedek berhasil jadi mentari kakak yang paling cerah sekalipun dengan cara yang berbeda. Rest In Peace, dedek." - Lee Minho. - siblings, brothersh...