02. Sakit

1.3K 187 21
                                    

Sudah sekitar setengah jam mereka berdiam di mobil, pikirnya Minho tak akan bisa fokus menyetir jika terus melajukan mobilnya dengan kondisi Felix yang membuat khawatir.

Setelah merasa sakit di dada Felix reda, barulah Minho melanjutkan laju mobilnya ke tempat Minho dan Felix bertemu. Iya, di semak-semak kemarin.

"Dedek Lix duduk disini aja, ya? Kakak aja yang keluar, tunggu sebentar." Ucap Minho.

Felix hanya mengangguk paham, melanjutkan pandangan nya keluar kaca jendela mobil.

Sedangkan Minho berjalan keluar, mencari tanda-tanda keberadaan seseorang. Mungkin saja keluarga Felix kembali mencarinya disini.

Namun nihil. Minho tak menemukan siapapun, sunyi disana.

"Ck, masa lupa sama anaknya sendiri sih? Gue yang gelisah tau gak." Keluh Minho diluar sana.

Felix sendiri yang merasa bosan di dalam mobil kembali melemparkan pandangannya pada Minho yang tengah sibuk mondar-mandir. Tak hanya Minho, Felix jelas ada satu laki-laki lagi di sana. Terlihat sedang mengintip apa yang dilakukan Minho. Tak pikir lama, Felix bergegas keluar mobil dan mengejar laki-laki itu. Kalau saja bisa.

"KAKAK! DEDEK DISINI!" Teriaknya sambil berlari.

Laki-laki itu tersentak kaget, saat mengetahui bahwa Felix melihat keberadaannya. Ia berlari kencang dan bersembunyi sampai Felix tak dapat melihatnya lagi. Kaki mungil Felix yang berumur 3 tahun mana bisa mengimbangi seorang pemuda berumur 19 tahun.

Terlalu memaksakan diri untuk mengejar pemuda itu berlari, pandangan Felix dibuat kabur dengan kepalanya yang tiba-tiba pusing saat tetap berusaha berlari, Felix juga sudah tak melihat keberadaan laki-laki yang ia kejar sejak tadi.

Minho yang juga kaget melihat Felix melarikan dirinya entah kemana lantas ikut mengejar Felix agar tak hilang diambil setan. Eh salah, penculik.

"Lix jangan lari." Minho mengejar Felix dan dengan sigap menggenggam tangannya.

Minho memendekkan tubuhnya agar sejajar, "Kakak bilang kan jangan keluar mobil!" Bentaknya.

"T-tapi itu kakak Chan.." Felix hanya bisa menundukkan kepalanya, tak berani memandang wajah Minho.

"Kakak siapa? Kakak kandung kamu? Keluarga kamu, bukan? Mana, kakak gak liat siapa-siapa dari tadi disini, dek. Cuma ada kita, dedek." Jawab Minho lagi, pandangannya terus mengedar ke sekitar, takut bahwa dirinya lah yang keliru.

Felix hanya diam, terus menundukkan kepalanya. Tangan kirinya lagi-lagi dibuat meremas dada. Rasa nyerinya kambuh lagi. Minho kembali memendekkan tubuhnya, berusaha sekuat mungkin untuk tidak kasar dan bersikap lembut pada Felix.

"Kakak nanya, dimana? Biar kakak yang kejar."

"Sakit, kak." Ucapnya.

"Apa? Apanya yang sakit? Kamu alihin pembicaraan biar kakak gak marah, gitu?" Tanya Minho.

Felix menggelengkan kepala, "Dada dedek sakit, huh..." Kakinya mendadak lemas, tak kuat untuk berdiri.

"Dedek?" Minho yang melihat itu masih tak percaya. Anak kecil suka sekali berbohong, tapi sepertinya Felix tak main-main kali ini.

Tangan Minho dengan sigap menahan punggung Felix agar tak jatuh ke tanah. Felix tak kuat untuk duduk maupun berdiri, tubuhnya sangat lemas.

"Dedek dadanya sakit lagi? Kamu kenapa?" Minho masih tak paham dengan situasinya.

"Sakit.." Hanya itu yang bisa Felix katakan hingga akhirnya ia kehilangan kesadarannya.

•••

[√] Sunshine. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang