Chapter 8

561 104 33
                                    

"Aku gak ngerti Bu kenapa Yoshi bisa sebenci itu sama aku?" Lelaki tampan berlesung pipi itu makin tenggelam di pelukan kekasihnya, kepalanya serasa mau pecah jika memikirkan sikap Yoshi yang tidak juga membaik

"Kamu emangnya udah pernah bicara sama dia? Bicara serius cuma berdua?" Kekasihnya bertanya, meski begitu masih mengelus lembut Surai lebat Jaehyun di pelukannya

Jaehyun menegakkan tubuh, menatap kekasihnya lalu menggeleng dengan bahu turun lemas "Aku takut di makin benci aku."

"Dicoba dulu oke?" Senyum hangat Kekasihnya sedikit menenangkan hati Jaehyun yang kalut

Cepat cepat dia menarik kepala sang kekasih untuk menyatukan bibir mereka "Jae sayang Bubu."

Berbekal petuah berharga kekasihnya, Jaehyun sekarang sedang berdiri di depan kamar Yoshi yang nampak suram. Musik metal sayup terdengar dari dalam diiringi seruan ketiga temannya

Pria tampan itu mengepalkan tangannya erat, Kendati memegang Predikat Idol Global dengan penggemar menumpuk disana sini. Jaehyun masih terlalu ragu mengajak Adik Tirinya berbicara Lebih intens

Namun ia juga tak mungkin terus terusan membiarkan keadaan semakin memburuk, benar kata Bubu—nya yang terpenting mencoba

"Yoshi?" Jaehyun mengetuk pelan, musik di dalam mereda begitupun riuh obrolan ketiga teman Yoshi

Kepala adiknya menyembul dari dalam, menampakkan jelas wajah tidak suka melihat Si Kakak Tiri berdiri disana "Apa?!"

"Ayo bicara Sebentar."

Yoshi berdecih, ingin menutup pintu namun tangan Jaehyun lebih dulu menahannya "Kakak mohon sekali ini saja."

Meski dengan wajah malas dan langkah tak bersemangat pada akhirnya Yoshi mengikuti langkah Jaehyun menuju taman belakang

Yoshi hanya diam, membiarkan yang lebih tua berbicara terlebih dahulu "Jujur Kakak gak pernah mau kita jauh begini, kakak cuma berharap kita bisa mulai saling terbuka. Apa Yoshi yang sebenarnya bikin kamu marah sama kakak?"

Sesaat Yoshi terdiam, Pikirannya menyelam semakin dalam mencari jawaban Jaehyun "Lo kebanggaan Mama, Lo pinter, Lo segalanya di mata Mama, Lo punya semua yang bikin Mama makin merhatiin Lo. Lah gue apa? Cuma seonggok daging bernyawa yang bahkan gak pernah dianggap sama Ibunya sendiri."

Kakak tirinya menghela nafas dalam, menarik tangan Yoshi. Menepuknya pelan lalu tersenyum hangat "Kamu masih punya kakak, biarin kakak yang jadi tameng buat kamu tiap kali Ibu atau yang lain mau nyakitin kamu, biarin kakak jadi tempat keluh kesah kamu tiap kali kamu ada masalah, kita bisa mulai saling memahami selayaknya Saudara."

Yoshi terhenyak, sedetik hatinya hangat, Mungkinkah ini kehangatan Saudara yang selalu Jeno ceritakan padanya? "Gue gak tahu, kita bahkan bukan sodara kandung."

Jaehyun maklum, dia menepuk bahu Yoshi beberapa kali "Kapanun kamu mau kakak masih di tempat yang sama."

Lantas Jaehyun pergi meninggalkan Yoshi dalam kebimbangan

Kadang Yoshi iri pada Jeno, temannya itu memiliki keluarga yang utuh, kakak yang penyayang dan baik hati belum lagi Ibu yang mengerti luar dalam dirinya. Yoshi juga ingin

Haruskah ia mulai merubah pandangan terhadap Jung Jaehyun?

__________________

"Yaelah Yosh pelan pelan! Lo kalo mau Ngeprank malaikat jangan ngajak ngajak Anjing!" Pekikan Putus asa juga cekalan kencang dibahu sama sekali tak membuat Yoshi memelankan kecepatan Sepeda Motornya

Justru malah semakin gila gilaan melewati padatnya Jalanan Kota Bandung yang cukup sibuk di pagi Hari "Percaya aja dah sama gue."

Sumpah walaupun Hyunsuk mencoba percaya dia akan selamat sampai tujuan tanpa Lecet tapi dia tidak percaya kakinya baik baik saja

Ini gara gara motor Hyunsuk masuk bengkel, tadi bangun siang gara gara tamatin Drama Dulu, kebetulan Yoshi lewat depan rumah. Ibunya bawa bawa Pisau dapur sambil mohon mohon ke Yoshi buat nampung Hyunsuk. Dan Hyunsuk menyesal sekarang

Sial Yoshi! Anak gadis orang itu.

"Yosh pelan pelan kek. Gue lemes." Perkataan Ambigu Hyunsuk mengundang desisan tajam Yoshi, melirik sejenak lewat Kaca spion. Senyum miring tersemat apik

Dengan sengaja Membelokan Motor Seperti pembalap Profesional saat masuk Tempat Parkir sekolah, kegiatan di sekitar sempat berhenti. Ada yang kaget hampir ditabrak

Tapi keadaan Hyunsuk lebih parah, dia meluk Yoshi dari belakang dengan wajah pucat pasi, tubuh bergetar dan mata memerah menahan tangis "Turun Woyy sampe."

Bahkan tepukan pelan Yoshi di lengannya yang melingkari perut pemuda itu tak bisa menggerakkan Hyunsuk Barang sedikit "Bi, lo gak papa?"

Hyunsuk sedikit tersentak ketika Yoshi berbalik badan, melepas Helm Full face yang dia pakai lalu tertawa penuh kemenangan "Sadar Bi, yaelah gitu aja Lemes gimana kalo gue sodok pake—"

"Bacot Lo ah! Lo kalo mau pdktan sama Malaikat Pencabut nyawa jangan ajak gue anjing." Hyunsuk berteriak kesal, turun dari motor Yoshi setelah berhasil menarik kembali jiwanya yang hampir melayang pergi

Lagi lagi tertawaan Yoshi terdengar di telinganya, tangan kasar Remaja itu menyingkirkan helai rambut lepek Hyunsuk Karena keringat "Jelek banget Lo, pagi pagi udah keringetan."

Entah Baper atau Marah, pipi Hyunsuk malah memerah sekarang "Gara Gara Lo setan!" Dia lalu meninggalkan Yoshi yang menatap penuh arti pada punggung Hyunsuk yang makin mengecil

"Nglamun aja sih?! Awas kesambet Mba Kunti penunggu beringin depan." Yoshi bergidik, Jeno terlihat sudah terjerumus Sekte Bucin Nana. Sebab pasangan Uwu itu selalu berpegangan tangan kemana kemana, udah gak bisa pisah kaya Tai ayam dibawah Sendal

Yoshi menepuk pundak Jeno "Gws." Lalu melanjutkan langkahnya tanpa melihat raut bingung Jeno dan Nana

"Dia kenapa No?"

Jeno berbalik, mengeratkan pegangan pada tangan Nana "Dia gila, kesurupan setan Sa**e."

Nana hanya mengangguk antara paham dan tidak, pasangan itu melanjutkan Aksi Bucin pagi hari sampai depan kelas Nana.

"Lo ngapain disitu?! Turun, woy turun." Entah sudah yang keberapa kalinya Hyunsuk ingin membunuh seseorang pagi ini, kesal karena Yoshi yang sudah mulai menguap memanas lagi Karena entah bagaimana Karina malah duduk di samping Yedam. Heyy itu tempat duduknya

"Lo duduk di bangku gue dulu Gih. Males gue Deket Deket Si Salju." Hyunsuk mengusap wajahnya kasar, melirik Winter yang kini duduk bersama Haruto "Lo juga ngapain disitu?"

"Gue? Mau pdkt sama Si ganteng ya gak? Ganteng Review Saldonya dung." Najis! Amit amit jabang bayi, kenapa Hyunsuk punya temen kaya mereka?

Haruto hanya diam, enggan ikut andil dalam permainan. Lagipula Dialognya cuma dudukdi samping Winter sembari mengangguk Beberapa kali

Hyunsuk sudah ingin menarik Karina dari bangkunya, Namun kedatangan Yoshi membuat pergerakannya terhenti. Masih kesal dan Tersipu atas kejadian barusan

"Lo ngapain? Sono pindah." Sama halnya dengan Hyunsuk, Yoshi mengusir Winter di sebelah Haruto

"G."

Balasan singkat Winter membuat Yoshi geram, sabar sabar untung cewek "Pindah anj—"

"Ogah duduk dulu di tempat gue lah sehari aja." Kedua Remaja itu masih berusaha negosiasi

Berakhir Hyunsuk yang memilih mengalah dengan duduk di bangku Karina, belum menyadari Renacana laknat teman temannya

"Dahlah Lo duduk sama Hyunsuk sana."

"Ehh Najis—"

Baru juga ingin membalas perkataan Winter, bel tanda jam pertama berbunyi, Yoshi mengumpat mau tak mau duduk di bangku yang sebelumnya sudah di tempati Hyunsuk lebih dulu

Sial! Ini akan menjadi Hari paling suram di sejarah Hidup Hyunsuk.

















To Be Continue.....

Bad GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang