Chapter 23

10.6K 1.2K 102
                                    

~~~

Dalam perjalanan, Elang tak henti-hentinya bersuara, menanyakan berbagai hal mengenai apa yang ia lihat pada Linzy. Saat ini, mereka sedang menuju kantor Arka, hendak mengantarkan makan siang. Tentunya dengan diantar oleh supir pribadi, karena kini Arka melarang Linzy untuk menyetir sendiri. Bukannya berlebihan, tapi di jaman sekarang bentuk kejahatan apapun bisa dibilang marak, hingga kita sendiri patut waspada.

"Bunda, itu tayo, yaa?" Tunjuk Elang pada sebuah bus yang sedang melaju, beriringan dengan mobil mereka.

"Iyaa, itu bus umum."

"Kita bisa naik itu?"

"Bisa dong, sayang." Balas Linzy tersenyum, seraya mengusap rambut hitam legam putranya.

"Ayoo naik, Elang pengen naik tayo." Ajaknya bersemangat.

"Nanti coba minta ijin dulu sama Ayah. Oke?"

Elang mengangguk, dengan dihiasi wajah berbinarnya. Tampaknya, setiap harinya list keinginan anak itu semakin bertambah. Setelah dari taman bermain, minggu kemarin Elang mengutarakan keinginannya yang ingin ke kebun binatang, ingin melihat gajah dan jerapah. Berselang beberapa hari, Elang kembali laporan ingin bermain pasir di pantai, karena sebelumnya Elang melihat foto Marcell; putra Nadine, yang sedang study tour ke pantai, yang di adakan oleh pihak sekolahnya. Arka yang memang sesekali sibuk, pada akhirnya selalu di teror oleh Elang. Bahkan dengan polosnya, Elang pernah menyuruh Arka untuk berhenti bekerja saja, agar Ayahnya itu bisa selalu menemaninya bermain mobil dan robot.

"Bunda, emang di sini ga bisa beli ikan lumba-lumba, ya?"

Sontak saja, pertanyaan tersebut mengundang kerutan dikening Linzy. Namun, belum sempat Linzy menanyakan maksudnya, Elang sudah lebih dulu kembali bersuara.

"Kata Ayah, dulu Bunda pernah marah sama Ayah, gara-gara Ayah ga beliin Bunda ikan lumba-lumba." Cerita Elang.

"Ehh? Kapan Ayah bilang gitu sama kamu?"

"Kapan yaa? Elang lupa."

Linzy menggerutu dalam hati. Pada dasarnya, Arka memang seterbuka itu. Ia sering bercerita banyak hal pada Elang. Ya, contohnya seperti saat ini. Kartu-kartu AS Linzy dibongkar hingga ke akar-akarnya untuk Arka ceritakan. Sebenarnya kesal sih tidak, toh itu memang kenangan semasa Linzy ngidam. Tapi, terkadang kejahilan Arka yang tidak ada obatnya lah, yang sering kali mengundang kekesalan Linzy. Apalagi jika Arka senior dan Arka junior ini sudah bekerjasama. Kalah sudah Bunda mungil yang satu ini.

"Iyaa, tapi itu dulu. Pas kamu masih di dalem perut Bunda."

"Katanya, itu kemauan Elang, ya? Tapi kok Elang ga inget pernah mau beli ikan lumba-lumba?"

"Elang memang pasti ga akan inget. Itu kan pas masa-masa Bunda ngidam." Jelas Linzy.

"Ngidam?"

"Iyaa, ngidam itu gejala yang di alami ibu hamil. Kemauan si baby di dalam perut."

"Pas Elang di dalem perut Bunda, banyak maunya ga?"

Linzy tertawa kecil, senantiasa mendengarkan kebawelan putranya. "Banyak banget. Dan, untungnya ada Ayah. Ayah yang selalu beliin ini-itu buat Bunda. Nanti pas sampe di kantor, Ayahnya langsung di peluk, ya?"

"Iyaa, Bunda."

Senyuman keduanya mendadak hilang, saat merasakan benturan cukup keras dari arah belakang.

BRUK!!!

Linzy yang tersentak kaget, tentu mengutamakan keadaan Elang. Ia langsung memindahkan Elang untuk duduk di pangkuannya, sembari memeluknya.

Perfect Wedding [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang