Extra Part IV

8.5K 901 23
                                    

~~~

Di jam-jam ini, biasanya Linzy baru saja selesai mandi, setelah sibuk dengan pekerjaan rumahnya. Sekarang Bi Arum hanya akan datang di hari weekend saja, atau apabila Linzy ada kesibukan lain. Itu tentu berasal dari permintaan Linzy, karena ia rasa masih bisa mengerjakan semuanya seorang diri. Apalagi, sekarang ia tidak memiliki anak kecil, jadi waktunya lebih leluasa.

Paling-paling, Linzy ikut memantau anak perusahaan cabang Arka yang di Surabaya. Itu pun dari jauh. Karena ia sendiri ikut ber-koordinasi langsung dengan asisten Arka.

Saat Linzy hendak menutup pintu kamarnya yang menuju balkon, ia dikagetkan dengan sebuah tangan yang memeluk pinggangnya. Namun hal itu tidak berlangsung lama, karena Linzy hafal betul milik siapa aroma parfum ini.

"Loh, boo? Kamu kok udah pulang?"

"Sengaja."

"Huh? Oke, bentar-bentar!" Linzy lalu menuntaskan pergerakannya yang tadi sempat tertahan saat hendak menutup pintu. Lalu tangannya menuntun Arka menuju sofa yang berada disudut kamar mereka.

"Kamu sakit?"

Arka justru tersenyum, saat merasakan tangan Linzy menyentuh wajah tampannya. Niatnya ingin mengecek suhu.

"Aku sengaja pulang jam segini, karena mumpung Elang sama Ele nginep di rumah Mama."

"Maksudnya?"

"Mau berduaan sama kamu." Jelas Arka memelas. Tangannya kini kembali mendekap tubuh Linzy yang masih segar dengan aroma sabun mandi. Membuat Arka semakin senang menghirup aroma tersebut.

"Mumpung mereka ga ada." Lanjutnya pelan.

"Astaga..." Gemas Linzy bukan main. Matanya tertuju pada wajah tampan Arka yang terpejam, sembari tetap setia memeluknya.

Seharusnya Linzy sendiri sudah bisa menebak perihal kebiasaan Arka yang satu ini. Karena biasanya ia selalu pintar dalam mengambil kesempatan, bukan? Nah, ini dia.

"Emang kamu ga sibuk? Kerjaan gimana?" Tanya Linzy. Masalahnya, sekarang masih sore dan ini memang bukan jam pulang Arka biasanya.

"Kerjaan aman, sayang."

"Aku ambilin minum, lepas dulu!"

"Ga usah, gapapa." Tolak Arka menggelengkan kepalanya. Saat ini ia hanya ingin bermanjaan pada Linzy. Toh, sehari-harinya Linzy pasti selalu dimonopoli oleh si bungsu, Elethia.

"Mau ganti baju dulu?"

"Mau peluk aja."

Linzy tidak bisa menyembunyikan kekehannya. "Emang ga berubah, tetep manja kalo ada kesempatan."

"Maka dari itu, aku sengaja loh pulang jam segini biar bisa kaya sekarang."

"Terus, tadi di kampus gimana?"

"Cuma ada satu kelas. Aku langsung ke kantor."

Tangan Linzy kini sudah bertengger mengusapi rambut Arka. Jujur saja, ia masih gemas dengan alasan Arka yang tiba-tiba pulang. Oh, Ya Tuhan, ada-ada saja suami tampannya ini.

"Kamu wangi banget sih, sayang. Jangan salahin aku, ya. Kalo nanti tangan aku ga mau lepasin kamu."

"Aku belum masak, boo!"

"Gampang, bisa delivery!" Jawabnya santai, namun memang masuk akal.

"Berasa punya anak tiga!" Gumam Linzy yang ternyata menghadirkan senyuman geli Arka. Matanya kini mengamati ekspresi Linzy yang entah sedang menahan kesal, atau justru menahan gemas.

Perfect Wedding [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang