Chapter 38

9.7K 1K 48
                                    

~~~


Setelah cukup lama mengantri di mcd, Linzy dan Elang berjalan beriringan menuju tempat bermain khusus anak-anak. Hitung-hitung memberikan sedikit hiburan juga untuk Elang, karena kebetulan acara ke taman bermain masih belum terlaksana.

Saat ini mereka sedang berada di Story Land, Plaza Mall. Hanya berdua, karena sayangnya Arka ada jadwal di kampus. Terbilang sedang sibuk-sibuknya memang, karena tahun ajaran baru sudah didepan mata. Pihak kampus, tentu ingin mengupayakan adanya kemajuan dari tahun ke tahun. Beberapa hari kemarin pun, Arka pulang terlambat hingga sore karena adanya rapat membahas kinerja dan kurikulum pelajaran di tahun depan.

Linzy duduk mengawasi, begitu Elang masuk ke dalam jaring yang didalamnya terdapat ribuan bola. Elang sempat melambaikan tangannya ke arah Linzy. Senyumnya, tawanya, benar-benar sukses menular pada Bundanya.

Ah yaa, tak lupa, Linzy memotret momen tersebut untuk ia bagikan pada suaminya. Rencananya, nanti pun Arka yang akan menjemput mereka di sini.

"Perasaan baru kemarin belajar jalan, sekarang udah mau masuk sekolah aja." Gumam Linzy dengan tatapan keibuannya.

Suasana yang tadinya normal-normal saja, mendadak ramai tak karuan. Linzy mengerutkan keningnya, meneliti area food court yang tak jauh dari posisinya. Di sana, tampak dua orang perempuan yang sedang bertengkar, cukup hebat. Ohh, tetapi sepertinya bukan bertengkar. Karena apa yang Linzy tangkap, lebih tepatnya salah satu perempuan itu memarahi perempuan didepannya. Bahkan sampai menunjuk-nunjuk wajahnya dengan meledak-ledak.

Orang ketiga, mungkin? Pikir Linzy. Karena di sana, tampak juga seorang lelaki yang mencoba melerai. Kesannya sih, lebih membela perempuan yang sedang dimaki-maki itu. Linzy jadi tak habis pikir melihatnya.

Suasana sedikit terkendali, begitu lelaki tersebut membawa perempuan yang Linzy duga istrinya pergi. Meninggalkan orang ketiga itu yang hanya duduk terdiam tak berkutik.

Entah apa yang membawa Linzy untuk berjalan mendekatinya, yang jelas ia hanya ingin.

"Selain mau rusak rumah tangga saya, ternyata kamu udah jauh lebih dulu rusak rumah tangga orang lain, yaa?"

Linzy tersenyum kecil, menilai ekspresi kaget itu. "Saya kira emang bener-bener ngebet sama suami saya. Ternyata, emang udah jadi kebiasaan toh."

Tebakan kalian benar. Perempuan yang saat ia dihampiri Linzy adalah Dinar.

"Kenapa, hmm? Kenapa harus suami orang?" Tanya Linzy heran. "Saya ga munafik. Kamu itu cantik, bahkan sebelumnya karir kamu oke. Tapi, kenapa harus ngelakuin hal itu?"

"Ini sama sekali bukan urusan kamu!" Tekannnya.

"Yaa, yang barusan memang bukan urusan saya. Tapi, itu ga menutup kemungkinan kalo setelah ini kamu ga bertingkah macam-macam sama keluarga saya, kan?" Sarkas Linzy. "Saya cuma mau ngasih tau. Saya ga sebaik keliatannya loh. So, kalo kamu masih mau maju buat berusaha jadi orang ketiga di keluarga saya, kali ini akan saya katakan silahkan. Tapi, segala konsekuensinya kamu tanggung sendiri, ya? Karena kalo saya udah turun tangan, ga bakal setengah-setengah."

Diposisinya saat ini, mata Linzy tetap mengawasi Elang yang masih asik bermain.

"Kamu bisa nekat, begitu juga saya."

Linzy tersenyum tipis, menaikkan sebelah alisnya saat tak mendapat respon apa-apa dari Dinar.

And the last, sama halnya dengan apa yang dilakukan Dinar tempo hari. Kali ini berganti Linzy yang menyiramkan air tepat pada wajah angkuh Dinar.

"Jangan marah. Saya cuma ngewakilin perempuan tadi aja. Saya rasa, dia terlalu baik karena cuma sekedar maki-maki kamu. Kamu tau? Ini belum setimpal. Bahkan, ga ada apa-apanya, buat perempuan kurang belaian seperti kamu."

Perfect Wedding [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang