Chapter 26

10.6K 1.1K 46
                                    

~~~


Arka yang tadinya sedang fokus menatap layar laptop, mendadak teralihkan saat Linzy datang membawakan satu gelas coklat panas untuknya. Setelah menemani Elang bermain, maka di jam-jam ini lah, waktunya Arka menuntaskan pekerjaannya. Entah itu urusan kampus, maupun perusahaan. Tapi, setidaknya untuk urusan kampus masih bisa Arka handle sendiri. Berbeda dengan urusan perusahaan, yang di mana memerlukan seorang asisten.

Namun, pada akhirnya tetap kembali pada diri kita sendiri. Karena sesibuk apapun itu, selagi kita bisa membagi waktu dengan baik sesuai porsinya. Maka, fine-fine saja.

"Makasih, sayang."

Linzy tersenyum, sembari memberi kecupan singkat di bibir Arka. "Masih banyak, boo?" Mata Linzy tidak lepas menatap ceceran map di meja kerja Arka.

Hanya dengan melihatnya saja sudah membuat Linzy angkat tangan duluan. Mungkin, karena dari segi kesibukan dan kegiatan Linzy yang sekarang sudah berubah menjadi seorang ibu rumah tangga. Membuatnya merasa demikian. Maklum saja, selama beberapa tahun ke belakang Linzy tidak pernah lagi beraktivitas seperti hal nya yang dilakukan Arka sekarang. Aktivitas yang di mana, menjadikan laptop sebagai sahabat karibnya sendiri, karena perintilan tugas kampusnya dulu. Namun sekarang? Adapun laptop miliknya, yang paling-paling hanya Linzy gunakan untuk menonton film, drama korea, atau serial lainnya. Singkatnya, untuk mengisi keseharian Linzy di rumah saat ia merasa bosan.

"Aku tinggal ngerevisi proposal perusahaan. Kenapa?"

"Jangan sampe kecapean."

"Iyaa, sayang." Balas Arka dengan senyumannya.
"Elang udah tidur?"

"Belum, lagi nonton tv, masih mainin ultraman kesayangannya."

Ya, begitulah Elang. Saat mendapatkan mainan baru, maka ia bisa asik bermain sampai seharian. Dan terkadang, itu memang taktik dari Arka sendiri, apabila ia sedang ingin berduaan dengan istrinya. Mulia sekali, bukan? Bapak dosen yang satu ini.

"Oh iyaa, tadi kata Bi Arum ada kiriman. Dari siapa?"

"Dari Jayden." Jawab Linzy tanpa ragu.

"Apa, sayang? Jayden?"

Linzy terkekeh geli, menyadari gelagat lain yang ditunjukkan suaminya. "Iyaa. Dia ngirim oleh-oleh, baru pulang dari Canada."

"Harus banget emang?"

"Ga harus, sih. Cuma sebelumnya aku yang minta oleh-oleh, ehh ga taunya beneran dikirimin sama Jayden, hehehe."

Arka melongo dibuatnya. Dia tentu tidak tahu-menahu mengenai istrinya yang meminta oleh-oleh pada Jayden. Kapan? Dan, ayolah, apa-apaan itu?! Seperti yang kalian tahu, Arka memang selalu sensitif jika menyangkut bocah tengil itu. Tapi tidak-tidak, jangan terlalu tidak suka sampai berlebihan. Karena jangan sampai, kelak nanti Elang tumbuh seperti Jayden. Batin Arka meringis sendiri, membayangkan hal tersebut.

Aishh, tapi tetap saja. Arka merasa kesal karena kiriman oleh-oleh itu. Mungkin, lebih tepatnya bukan kesal. Tapi, dosen yang satu ini kepanasan.

"Seneng banget kayanya," Sindir Arka.

"Iyaa, emang! Official, dapet oleh-oleh dari Canada. Aku kan belum pernah ke sana."

"Tanggung banget. Kenapa ga sekalian aja, pergi ke sana sama dia?!" Sindiran Arka kali ini terdengar lebih sewot.

"Boleh?" Tanya Linzy dengan wajah berbinarnya.

"Kamu berani?"

"Kenapa engga?"

Perfect Wedding [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang