Chapter 43

9.2K 1K 46
                                    

~~~

Arka sudah bangun sejak subuh tadi. Sebenarnya, hari ini Arka tidak ada jadwal di kampus. Hanya saja, sayangnya ada rapat dosen dadakan. Jadi, mau tidak mau ia harus hadir.

Sebenarnya, bukan tanpa alasan juga Arka bangun sepagi itu. Karena apa? Tentu karena faktor kehamilan Linzy yang kedua ini. Arka sebisa mungkin berperan menjadi suami siaga. Sekiranya apa yang bisa Arka lakukan, pasti akan ia lakukan sendiri.

Sebelum turun ke bawah, Arka terlihat mencari-cari sesuatu diatas meja. Bahkan, beberapa kali ia mengulang pergerakan yang sama, seperti sedang berharap menemukan sesuatu.

"Sayang?"

Linzy yang baru saja selesai mencuci muka dan gosok gigi langsung menghampiri suaminya. "Yaa, boo?"

"Kamu liat parfum aku ga?"

"Oh ituu," Ucap Linzy yang seketika paham. "Aku simpen di kamar Elang, soalnya tadi tiba-tiba mual pas cium aromanya. Maaf yaa, aku lupa bilang sama kamu." Lanjutnya meringis tak enak.

"Engga, gapapa. Aku cuma nanya aja kok."

"Kamu pake parfum aku aja, mau?"

"Itu parfum perempuan, sayang."

"Loh, ya gapapa. Sama-sama harum, kan? Jadi, ga ada bedanya dong?"

"Lagi pula, kamu juga sering meluk sambil ngendusin parfum aku. Berarti itu tandanya suka, kan?" Lanjut Linzy lagi.

Belum juga Arka menyetujui ucapannya, Linzy sudah lebih dulu bergerak mengambil parfum miliknya.

Yaa, sejujurnya Arka memang menyukai aromanya. Tetapi, dengan catatan Linzy yang memakainya. Biar bagaimana pun, parfum itu bisa menunjukkan kesan seseorang, bukan? Dan, sejak kapan pula dosen idola ini memakai parfum beraroma feminim seperti milik istrinya?

Harus kah, Arka menolak?

Tapi sayangnya, Arka lebih terkesima melihat wajah cantik Linzy yang berbinar. Belum lagi, saat Linzy memeluknya erat, seolah senang bisa menghirup aroma parfum miliknya ditubuh Arka. Jika sudah begini, mana mungkin Arka tega menolaknya. Yang ada, ia dengan senang hati mengiyakannya.

"Perfect," Gumam Linzy tersenyum manis.

"Seriously?"

Anggukan cepat Linzy mengundang kekehan Arka. "Masih kurang perfect,"

"Apanya yang kurang?"

"Menurut kamu?"

Setelah terdiam berpikir selama beberapa detik, akhirnya Linzy peka juga. Kakinya berjinjit, serta tangannya langsung melingkar sempurna dileher Arka, mulai bergerak mencium bibirnya.

Dengan ditemani sebuah senyuman yang menghiasi kedua sudur bibirnya, Arka merengkuh pinggang Linzy, sembari membalas ciuman lembut dan manis tersebut.

Keduanya sama-sama larut dalam kegiatannya. Belum mengingat Elang sama sekali, yang sebenarnya bisa masuk ke dalam kamar mereka kapan saja. Tolong ingatkan pasangan ini, karena jika mereka sudah bermesraan, pasti akan lupa segalanya.

Namun, tidak lama dari situ. Perlahan Linzy melepaskan ciumannya. Membuat Arka sedikit mengeluh tak rela. Tatapannya tak lepas menatap wajah cantik Linzy, yang tiba-tiba mengedipkan matanya. Rasanya semakin membuat Arka enggan untuk pergi ke kampus.

"Nanti kalo ada Elang, bahaya. Dia anaknya ceriwis banget, banyak nanya kalo udah kepo sama sesuatu."

"Pintunya perlu aku kunci dulu?"

Perfect Wedding [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang