Chapter 20

13K 1.2K 102
                                    

~~~

"Ya ampun, jangan nangis, Bunda. Aku gapapa." Ucap Arka tersenyum lembut. Tangannya dengan telaten menghapus air mata Linzy.

"Kalo gapapa, kamu ga bakal mimisan sampe pucet kaya gini!"

Linzy baru saja mendengar hasil pemeriksaan dokter. Arka dinyatakan kelelahan, sehingga harus istirahat total selama beberapa hari ke depan. Dan, untuk perihal mimisan, tidak ada yang perlu di khawatirkan. Mimisan juga bisa terjadi karena kelelahan. Hal ini karena saat kita melakukan aktivitas berlebihan, sehingga kelelahan, maka pembuluh darah dalam hidung yang lemah mudah menjadi tegang lalu akhirnya pecah. Akibatnya, mimisan pun terjadi.

Sebelum itu, bagaimana bisa Linzy tidak panik? Tadi pagi, begitu selesai sarapan Arka tiba-tiba mimisan dan hampir terjatuh jika saja tidak ditahan oleh Linzy. Untungnya ada Bi Arum dan juga Alin yang sigap membantu dan turut menjaga Elang.

Dengan dilingkupi keadaan panik bercampur khawatir, Linzy langsung membawa Arka menuju rumah sakit. Meskipun awalnya Arka sempat menolak dengan berdalih baik-baik saja, namun pada akhirnya, Arka kalah begitu melihat air mata istrinya. Tangan Linzy yang setia berada dalam genggaman hangatnya, Arka usapi berulang kali berupaya meberikan ketenangan. Tidak banyak yang Linzy lakukan, ia hanya fokus menatap wajah tampan Arka yang memang terlihat pucat.

"Maaf, udah bikin kamu nangis sama khawatir. I'm okay, sayang. Kamu tadi denger sendiri, kan? Aku cuma kecapean, dan perlu istirahat total."

"Tetep aja, yang namanya sakit itu tetep sakit. Jangan di sepelein, aku ga suka!"

Arka mengangguk patuh. Karena apabila posisinya Linzy yang sakit, pasti Arka akan melakukan hal yang sama. Bahkan mungkin, dosen yang satu ini akan lebih overprotective.

"Kamu udah ngerasa ga enak badan dari semalem, kan? Kenapa ga langsung bilang sama aku?" Lanjut Linzy seraya menghela napas beratnya. Jari-jemarinya bergerak mememainkan helaian rambut Arka.

"Semalem Elang rewel, aku tau kamu pasti cape, ditambah kamu begadang hampir semalaman. Mana mungkin aku tega bikin kamu kerepotan karena ngurusin kita berdua, hmm?"

"Justru itu gunanya istri. Kamu punya istri, bukan cuma semata-mata buat nyenengin kamu aja, boo. Udah jadi kewajiban aku buat ngelayanin kamu, ngerawat kamu, entah dalam keadaan apapun itu." Ucap Linzy penuh kelembutan. "Lain kali, jangan di ulangin, yaa? Apapun itu, kamu tetep harus bilang sama aku."

Tatapan Linzy mendadak berubah menjadi sendu. "Aku bener-bener ngerasa bersalah karena ga tau kamu sakit."

Arka meraih tangan Linzy yang sedang memainkan rambutnya untuk ia kecup. Tidak, ucapan istrinya sama sekali tidak benar. Lagi pula, semalam Arka memang sengaja untuk memutuskan tidur saat merasa pusing menyerang kepalanya. Mungkin rasanya akan lebih baik, ketika Arka terbangun nanti. Namun sayangnya, ketika pagi Arka justru merasakan sebaliknya.

"Jangan kaya gitu ah, kan aku udah bilang, aku gapapa."

Linzy tampak menidurkan kepalanya diranjang, sementara tangannya melingkari tubuh Arka yang sedang berbaring. Meskipun semalam Linzy memang hanya tidur sebentar, tapi entah kenapa saat ini ia bahkan tidak mengantuk sama sekali. Padahal jika ingin, Linzy bisa mengistirahatkan tubuhnya, meski hanya sebentar.

"Sayang?"

"Hmm?" Gumam Linzy membalas panggilan Arka. Masih dengan posisi yang sama, ia masih bertahan menidurkan kepalanya.

"Aku kayanya bukan kecapean gara-gara kerjaan deh,"

"Terus?"

Tanpa Linzy sadari, Arka sedang tersenyum geli. "Feeling aku justru gara-gara ronde kita kemarin lusa."

Perfect Wedding [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang