CHAPTER 3-Muak

2.8K 183 4
                                    

Saat Airell memasuki rumah, Haidar sudah berada di ruang keluarga bersama Meyrose disebelahnya. Haidar menatap tajam ke anak kandungnya itu.

"Duduk Airell."

Airell yang baru menyadari keberadaan Haidar langsung menghentikan langkahnya. Dia menuruti untuk duduk menghadap Haidar.

"Kalo Papa mau marah sama aku marah aja," ujar Airell santai.

"Mulai hari ini semua fasilitas kamu akan Papa sita selama satu Minggu penuh,"

Airell yang kaget dengan perintah Papanya mendelik,"Papa!"

"Papa apa-apaan sih! Tinggal marahin aku aja sepuasnya, tapi jangan sentuh barang berharga aku!"

"Fasilitas kamu itu masih punya Papa, jadi Papa berhak atas itu. Selama satu Minggu kamu juga berangkat bareng supir sama Alice,"

"What the hell?Pa? Come on, Papa ngga usah kejam sama aku kaya gini!Papa tuh pilih kasih tau ngga!"

"Selama ini Papa udah sabar sama kelakuan kamu Airell! Tapi kamu ngga pernah mau berubah, jangan bantah keputusan Papa lagi atau fasilitas kamu Papa sita lebih lama,"

"Airell sayang, dengerin Papa kamu ya sayang? Ini yang terbaik buat kamu,"

"Tante mending diem deh!"

"Airell!" Bentakan Haidar terdengar keras di ruang tamu. Meyrose yang melihat suaminya semakin emosi mencoba menenangkan dengan menyentuh bahunya.

"Turuti Papa, Papa ngga akan kasih kamu keringanan kali ini. Ini peringatan buat kamu Airell, jangan coba-coba berani pergi ke tempat haram itu lagi setelah ini."

Airell yang keburu emosi dengan Papa nya meninggalkan ruang tamu lalu menuju kamarnya. Seperti biasa, saat sedang emosi dia membanting pintu kamarnya dengan keras.

Airell berteriak sambil melempar selimut, bantal, guling, dan semua barang yang berada di sekitarnya. Dia sangat marah saat ini hingga tidak bisa mengendalikan emosinya.

Setelah kamarnya berantakan seperti kapal pecah, Airell jatuh terduduk dilantai kamarnya.

Dia menangis sambil menjerit,"Sialan!"

"PAPA JAHAT!" Airell terus berteriak sambil menangis meraung-raung.

Bi Ina yang berniat menawarkan makanan ke kamar Airell terlonjak saat mendengar teriakannya.

"Non, non Airell. Non kenapa," panggil Bi Ina berusaha mengetuk pintu kamar Airell.

Meyrose yang mendengar suara keributan dari bawah akhirnya menghampiri ke atas. Dia kaget saat melihat Bi Ina yang berusaha membuka kamar Airell.

"Ada apa Bi?"

"Aaaaah sialan!" Jeritan Airell terdengar ditelinga Meyrose.

"Airell sayang, kamu kenapa!"

Meyrose pun dibuat panik dengan teriakan dan tangisan Airell. Dia mencoba membuka pintu namun terkunci dari dalam.

"Bi, Airell kenapa?"

"Saya juga kaget nyonya, waktu saya mau nawarin Non Airell makan malah pintunya dikunci. Terus dari tadi non Airell teriak-teriak terus sambil nangis,"

"Ada apa ini?" Haidar datang setelah ikut mendengar keributan dari kamar anaknya.

"Airell Pah,"

Meyrose sudah menangis sambil terus berusaha membuka kamar Airell. Haidar mendekat, mencoba membuka kamar Airell. Karena tak berhasil dia mencoba mendobrak kamar putrinya.

Karena tak kunjung berhasil akhirnya Haidar berusaha mengetuk pintu sambil membujuk Airell dari luar.

"Airell, buka pintunya!"

"PERGI KALIAN SEMUA!" pekik Airell.

"Airell sayang buka pintunya nak.Ini Mama,"

"PERGI AKU BILANG!"

Karena terus mendapat penolakan dari Airell akhirnya mereka mencoba pergi dari sana, membiarkan Airell menenangkan dirinya. Haidar takut semakin dipaksa, Airell malah berbuat nekat nantinya.

"Pa kenapa Papa malah biarin Airell sendiri si!" Saat ini mereka kembali ke ruang tamu, Bi Ina juga kembali ke dapur.

"Mama tau kan gimana Airell saat emosi, dia jadi tidak terkendali. Lebih baik kita biarkan dia tenang dulu baru kita bujuk dia untuk keluar,"

"Tapi Mama khawatir Pa,"

"Ada apa ini Ma, Pa?" Alice yang baru pulang terlambat dari sekolah karena disuruh membersihkan kelas langsung menghampiri orang tuanya.

"Kakak kamu Lice,"

"Kak Airell kenapa Ma?"

"Dia lagi ngga mau diganggu. Mending kamu jangan dekati kakakmu dulu,"

"Tapi kenapa Pa?"

"Nanti dia malah sakitin kamu sayang,"

Alice tidak mendengarkan ucapan Papa nya, dia naik ke atas menuju kamar Airell. Saat hendak membuka kamarnya ternyata kakaknya sudah duluan membuka kamarnya.

"Kak Airell,kakak kenapa?"

"Minggir." Airell dengan penampilan acak-acakan keluar dari kamar. Hanya mengenakan jaket kulit hitam kesukaannya, celana jins sepaha dan hanya membawa ponsel dia mencoba keluar dari rumah ini.

"Kakak mau kemana?" Alice mencoba menahan pergelangan tangan Airell.

"Bukan urusan lo!" Airell menyentak tangan Alice lalu pergi menuruni tangga. Dia melangkah melewati kedua orang tuanya yang masih duduk di sofa ruang tamu.

"Airell mau kemana kamu!"
Airell terus berjalan tanpa menghiraukan panggilan Haidar. Meyrose yang melihat Alice turun dari tangga terburu buru mencoba meminta jawaban.

"Kakakmu mau kemana Lice?"

"Aku juga ngga tau Ma,"

***
Airell sudah berada di Apartemen milik Kakaknya sekarang. Dia kesini memang meminta jemputan dari Kakaknya tadi.

"Lo kenapa si Rell? Ada masalah lagi sama Papa?"

Liam mendekati adiknya yang sedang melamun di sofa miliknya."Cerita sama gue, lo kenapa?"

Dia tau, adiknya masuk ke ruang konseling hari ini. Selalu ada orang yang melaporkan kegiatan Airell padanya. Namun dia tidak membahas masalah itu melihat kondisi Airell sekarang.

"Gue muak sama Papa. Gue muak tinggal disana Kak, gue mau pindah dari sana,"

Liam tau keluh kesah adiknya. Dia tau adiknya merasa tertekan berada disana, tapi dia tidak bisa membantu apapun. Liam mencoba menjadi ketua OSIS pun hanya demi Airell agar dia tidak diganggu lagi.

"Papa ngga bakal ngebolehin lo pindah kesini kan?"

"Pokoknya gue mau tidur disini Kak!"

Liam yang melihat Airell mulai emosi mendekat membawa Airell kedalam pelukannya. Dia mengelus kepala adiknya dengan sayang.

"Lo boleh tinggal disini kapanpun lo mau,"

Airell membalas pelukan kakaknya dengan erat. Hanya Liam yang selalu mengerti dia selama ini, hanya Liam.



 Hanya Liam yang selalu mengerti dia selama ini, hanya Liam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Liam Peter Sanjaya

HI ANTAGONIST!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang