CHAPTER 41-Siapa Al?

1.2K 62 10
                                    

Suasana dalam mobil Arsen menjadi hening ketika Arsen membawa Airell pulang dari basecamp Tristan. Kepala Arsen menengok ke samping, rupanya Airell tengah melamun sambil menatap lalu lalang jalanan dari dalam jendela.

"Rell," panggil Arsen memecah keheningan.

Tak ada sahutan. Airell seolah tenggelam dalam lamunannya. Gadis itu masih memikirkan kejadian tadi, dimana dia melihat secara jelas tatapan Tristan yang dilayangkan kepadanya ketika dia refleks membentak.

"Hei." Sentuhan tangan Arsen di atas punggung tangannya membuat Airell tersentak dari lamunan.

Airell menoleh bingung,"Kenapa?"

"Lagi ngelamunin apa?" tebak Arsen pada intinya.

Airell menatap wajah Arsen dengan pandangan kosong. Namun, sebisa mungkin wajahnya tetap membentuk senyuman di hadapan pria itu.

"Nggak ngelamun. Cuma lagi mikirin barang belanjaan gue yang ketinggalan di markas tadi," kilah Airell. Tidak tau mendapat pikiran dari mana sampai-sampai dia mengumpankan barang belanjaan pemberian Tristan sebagai alasan.

"Nanti gue kirimin driver buat ngambil ke sana."

Airell mengangguk singkat. Tatapan matanya jatuh pada tangan Arsen yang berada di atas tangannya. Kali ini tidak menggenggam ataupun mengaitkan tangan mereka seperti kebiasaan pria itu sebelumnya, hanya menempel.

"Mau mampir makan dulu?" tawar Arsen.

Airell menggeleng,"Gak usah. Gue udah makan tadi di Mall."

"Oke."

Mobil Arsen berhenti tepat di depan halaman Airell seperti biasa. Saat Airell hendak turun, tangan Arsen mencegah pergelangan tangannya. Sehingga mau tidak mau Airell kembali terduduk.

"Ada apa?"

"Kalo ada masalah, jangan sungkan buat cerita sama gue."

Airell mengernyit bingung dengan perkataan Arsen barusan. "Gue lagi ngga ada masalah, Sen."

"Ini bukan cuma buat sekarang aja, tapi untuk kedepannya juga. Jangan sungkan buat berbagi keluh kesah lo sama gue, ngerti?"

Wajah Airell tersipu menerima perlakuan Arsen. Mengapa pria ini begitu mudah membuat hatinya luluh walau hanya dengan kata-kata?

"Iya, gue akan berusaha."

Arsen menarik tangan Airell ke dalam dekapannya. Airell pun tak segan menghambur ke dalam pelukan Arsen. Mencium aroma Arsen yang selalu menjadi favoritnya.

"Gue harap, lo akan selalu seperti ini, Arsen."

***

Airell bolak balik memeriksa ponselnya. Berkali-kali dia menghubungi nomor pria itu, namun tidak diangkat. Ya, Tristan mengabaikan panggilan teleponnya.

"Apa Tristan beneran marah sama gue?"

Ketika dirinya sedang cemas memikirkan Tristan, muncul Meyrose dari arah pintu kamar Airell dengan menenteng beberapa paper bag di tangannya.

"Airell, ini ada paket buat kamu."

Itu paper bag miliknya yang sempat tertinggal di markas Tristan. Airell bertanya-tanya, apakah Arsen yang mengirimnya sesuai perkataan pria itu tadi?

"Taroh aja di atas meja."

Selesai menaruh paper bag milik Airell di atas meja, Meyrose kembali menghadap Airell. "Makan malam dulu, Rell. Mama udah siapin makanan kesukaan kamu di bawah."

"Nanti aja aku turun."

"Ya udah, tapi jangan lupa makan ya?"

Airell menjawabnya dengan gumaman. Setelah itu, Meyrose memilih keluar dari kamar Airell. Selepas kepergian Meyrose, Airell beranjak mendekati tumpukan paper bag di atas mejanya.

HI ANTAGONIST!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang