CHAPTER 8-Peringatan

1.8K 104 2
                                    

Apa yang lebih horor dari liat hantu?Kepergok Papa waktu diem-diem buka pintu pas pulang malem!

Airell menutup pintu rumahnya dengan santai, saat membalikkan badan dia terkejut melihat Haidar di depannya.

"Papa!" pekik Airell sambil memegangi dadanya.

"Darimana kamu, jam segini baru pulang?"

Haidar memicingkan mata menelisir putrinya yang masih terlihat shock.
Airell kembali berusaha menormalkan dirinya,"Habis ke cafe sama temen,"

"Ke Cafe apa ke tempat haram?"

"Papa apa-apaan sih, kok jadi malah nuduh aku?"

"Kamu kira Papa ngga tau, Airell?"

Airell menghela nafasnya,"Oke. Terus kalo Papa udah tau mau ngapain?Lagian aku cuma ketemuan sama temenku doang, ga lebih,"

"Kapan sih kamu berubah Airell!Kerjaannya bikin onar, pergi ke tempat haram kaya gitu, suka ngamuk, terus apa lagi!" bentak Haidar.

Haidar sungguh lelah menghadapi putrinya yang satu ini. Dia sudah berusaha sabar menangani Airell, namun makin lama malah semakin menjadi.

Airell hanya diam mendengarkan keluh kesah Papanya," Apa kamu kira Papa suka lihat kamu bersikap begitu? Enggak Airell! Papa malu setiap kali dapet panggilan karena kamu! Kamu ngga pernah bisa menjaga image yang baik buat keluarga ini."

Airell diam-diam menahan air matanya agar tidak jatuh saat ini. Dia tersenyum, berdecih di hadapan Haidar,"Jadi, Papa malu punya anak kaya aku?"

"Kamu tirulah adik kamu, Alice. Dia nggak pernah neko-neko selama ini. Dia pelajar yang rajin, selalu berbakti kepada orang tuanya bahkan tidak pernah bersikap kurangajar seperti kamu. Kamu belajarlah dari dia,"

Emosi Airell naik seketika mendengar ucapan Papanya. Tapi dia menahan agar tidak meledak saat itu juga.

"Buat apa aku contoh Alice? Aku jelas lebih baik dari dia, aku lebih segalanya dari dia!"

Haidar terkekeh,"Lebih baik dari sisi mana? Sisi buruk kamu maksudnya?"

Menarik nafas sejenak lalu Airell kembali menatap Haidar,"Apa yang bisa Papa harapkan dari aku? Iya kan? Aku emang gak pernah ada harganya di mata Papa. Papa tau, kenapa aku jadi kaya gini?
Enggak kan? Papa nggak tau apa-apa tentang aku! Jadi Papa ngga berhak buat berharap lebih sama aku kalo nyatanya Papa pun ngga pernah berperan di dalam hidup aku!"

Airell meninggalkan Haidar yang masih mematung di ruang tamu. Haidar menekan dadanya yang terasa sakit saat ini.

Pagi harinya, semua berjalan seperti biasa. Hanya saja kali ini Haidar tampak pendiam, tidak seperti biasa yang selalu menanyakan kegiatan anak-anak nya di sela sarapan.

Terdengar suara decitan kursi, Meyrose menatap Airell yang sudah siap pergi.

"Nggak diselesein dulu makannya, Rell?"

"Udah kenyang,"

Selepas Airell pergi, Alice ikut menyudahi sarapannya,"Ma, Pa, Alice berangkat dulu," lalu menyalimi kedua orang tuanya.

"Yah ketinggalan lagi, padahal pengin berangkat bareng kak Airell," ujar Alice lesu. Dia sudah lari untuk mengejar Airell agar berangkat bersama, namun Airell sudah masuk ke dalam taxi.

***
Airell melempar kasar tas nya ke meja hingga sebagian orang yang berada di dalam kelas terlonjak. Dia menduduki tempat duduknya lesu.

Saat Airell hendak menidurkan kepalanya di meja tiba-tiba Freya, Sharon dan Carissa muncul dari balik pintu.

HI ANTAGONIST!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang