CHAPTER 39-Efek Kasmaran

947 63 16
                                    

Tepat pukul enam pagi, jam weker kucingnya berbunyi. Tangan Airell bergerak mematikan bunyi alarm tersebut. Hari ini, Airell bersemangat untuk pergi ke sekolah pada hari pertamanya menjadi kekasih Arsen. Ya, kekasih Arsen.

Senyum bahagia terbit di wajah bantalnya ketika mengingat-ingat sang pujaan hati. Efek kasmaran memang sangat ampuh membuat kebanyakan orang cenderung bersikap aneh, termasuk Airell.

Selepas mandi dan memakai pakaian seragam sekolahnya, Airell berdiri di depan cermin. Menyisir rambut sebahunya lalu tak lupa merapikan tatanan poni. Selesai memoleskan bedak tipis dengan tambahan lip balm di bibirnya, Airell tersenyum tipis.

"Are you ready, Airell?" ucap Airell pada pantulan dirinya di cermin seraya tersenyum lebar.

Ya, awal yang bagus untuk perubahan gadis ini. Menuruni tangga, Airell menunjukkan senyum yang sedaritadi tak pernah absen dari wajahnya kepada orang rumah. Haidar menatap kedatangan anakanya sedikit aneh dari meja makan.

"Pagi, Pa," sapa Airell sumringah.

Sapaan Airell bahkan diberikan kepada Meyrose yang tengah duduk di hadapannya. "Pagi Tante."

Haidar memandang wajah cerah Airell pagi ini. "Kamu kenapa, Rell? Lagi dapet bintang jatuh apa sampe-sampe senyum ke semua orang?"

Airell mulai menyendokkan sesuap nasi ke dalam mulutnya.

"Lagi bahagia aja," sahut Airell melahap sarapannya.

Muncul Alice dari arah belakang. Alice menarik kursi sebelah Meyrose, mendudukkan dirinya di sana.

"Bahagia karena apa?" cecar Haidar ingin tau.

"Papa kenapa jadi kepo banget sih."

Haidar terkekeh pelan. Melihat kondisi bahagia Airell sekarang, Haidar terbawa suasana. Sebagai Ayahnya, Haidar tentu ikut bahagia mendapati raut wajah bahagia Airell.

"Senyumnya jangan hari ini aja kalo bisa. Setiap hari kamu harus banyak-banyak senyum, kan jadi makin cantik."

Airell tersipu malu mendengar pujian Haidar. "Gak janji."

Selesai dengan sarapannya, Airell sontak bangkit dari kursi sembari meraih tasnya.

"Pa, aku mau langsung berangkat. Sarapanku udah selesai." Airell menyalimi tangan Haidar terlebih dahulu.

"Naik apa?"

Senyum lebar semakin terukir di bibir Airell ketika Haidar melontarkan pertanyaan barusan.

"Dijemput Arsen," jawab Airell menyembunyikan kegugupannya.

Kedua mata Haidar sedikit melebar, ikut tersenyum mendengar jawaban putrinya.

"Benarkah? Sejak kapan kamu deket sama Arsen? Kok Papa baru tau?"

Airell terkekeh pelan sambil melanjutkan langkahnya meninggalkan ruang makan. "Papa kepo!"

Haidar geleng-geleng kepala melihat kepergian Airell.

Di sisi lain, Alice memandang interaksi Airell dan Haidar sejak tadi. Wajah bahagia Airell, nada riangnya, senyum malu-malu ketika mengucapkan nama Arsen. Dan Alice mengerti itu semua. Dalam hati dia tertawa miris.

"Selalu seperti itu. Dia tertawa bahagia di atas kesedihanku."

***
Begitu sampai di halaman rumah, mobil Arsen sudah terparkir sempurna di sana.

Sebelum menghampiri Arsen, Airell mencoba menahan desiran hebat di tubuhnya saat melihat wajah tampan itu. Wajah yang selalu membuatnya hampir gila hanya karena mengejar cinta pria itu.

HI ANTAGONIST!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang