CHAPTER 26 - Happiness

1.3K 108 0
                                    

Liam menggandeng tangan Airell sampai ke depan supermarket. Kebetulan di depan Supermarket ada dua bangku dan meja yang tersedia.

"Lo duduk aja dulu di situ. Gue mau beli minuman. Lo mau apa?"

"Susu strawberry kesukaan gue."

Liam mengembangkan senyumnya,"Oke."

Setelah beberapa menit, Liam datang dengan membawa sekotak susu strawberry pesanan Airell dan sekaleng soda untuknya.

"Habis ini gue mau ajak lo ke suatu tempat."

Airell mengalihkan pandangannya dari kotak susu ke Liam,"Kemana?"

"Tempat bermain masa kecil kita."

Seperti perkataan Liam, kini mobil Liam sampai di tempat tujuan. Jungle park. Tempat bermain masa kecil Liam dan Airell. Airell terperangah tak percaya, matanya menelusuri sekeliling Junge Park. Tempat ini masih sama, hanya ada beberapa wahana baru di dalamnya.

Liam mengulurkan sebelah tangannya di depan Airell.

"Ayo, kita masuk."

Airell mengangguk, menerima uluran tangan Liam. Mereka berjalan bersisian dengan tangan senantiasa berpaut erat.

"Kak, gue mau ke sana." Jari telunjuk Airell mengarah ke bianglala raksasa di seberang sana.

"Lo mau naik bianglala? Lo kan takut ketinggian."

"Ah, iya. Kalo gitu, kita naik rollercoaster! Ayo!"

Airell antusias sekali kali ini. Liam senang melihat Airell mulai ceria lagi. Airell menarik tangan Liam tergesa agar segera sampai di wahana.

"Pak, tiket 2 orang, ya."

Selesai mendapatkan tiket, Airell dan Liam bergegas masuk ke dalam kereta gantung tersebut. Memasang sabuk pengaman masing-masing sebelum permainan dimulai.

"Kak, lo takut?" tanya Airell saat menoleh ke Liam.

Liam menggelengkan kepalanya.

"Engga. Lo lupa gue siapa?"

Airell terkekeh pelan. Rollercoaster akan segera bergerak melaju, tangan Airell meraih sebelah tangan Liam untuk digenggam.

"Gue deg-degan."

Kereta mulai bergerak, pertama-tama lajunya masih dalam kecepatan sedang. Namun, begitu menempuh perjalanan semakin jauh, kereta bergerak semakin cepat. Di sinilah sensasinya, tantangan penuh mendebarkan. Airell berteriak histeris berkali-kali seperti pengunjung lainnya. Liam tergelak melihat ekspresi kocak yang Airell tunjukan selama permainan. Tangannya bahkan digenggam begitu kuat oleh Airell.

Seusai rollercoaster mendarat sempurna pada lintas semula, Airell keluar sambil memegangi dadanya. Liam masih saja tertawa memperhatikan ekspresi menyedihkan Airell.

"Siapa yang minta naik ini? Tau sendiri akibatnya, kan," ledek Liam.

Airell menatap Liam sengit. Perutnya benar-benar dikocok seperti adonan roti. Tenggorokan Airell juga kering akibat berteriak sepanjang permainan barusan.

"Kak, gue haus," rengek Airell sambil memegangi tenggorokannya.

Liam membeli sebotol air mineral untuk Airell. Dahaga Airell terpenuhi setelah meneguk minuman tersebut. Airell kembali menarik tangan Liam agar mengikutinya.

"Mau kemana lagi, sih?"

"Dapetin boneka buat gue."

Tibalah mereka di sini, wahana lempar bola. Siapa yang berhasil melemparkan sepuluh bola ke dalam gelas dari jarak 10 meter, berhak memilih satu boneka untuk dibawa pulang. Liam mengambil ancang-ancang, memperhitungkan jarak lemparannya. Tentu saja berhasil, Liam sukses memasukkan 9 bola ke dalam gelas secara sempurna. Ini hal mudah bagi seorang Liam. Airell berdecak kagum melihat Liam berkali-kali berhasil.

HI ANTAGONIST!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang