CHAPTER 31 - Perhatian Kecil

1.4K 95 5
                                    

Liam menurunkan tubuh Airell dari motornya. Membantu melepaskan helm yang terpasang di kepala Airell. Kedua kaki Airell masih terbalut perban akibat luka semalam, karena itulah Liam meminta Airell untuk menginap di Apartementnya.

"Lo bisa jalan?"

"Bisa. Paling baru selangkah gue jalan udah jatoh duluan, sih," balas Airell ketus.

Liam terkekeh mendengar nada ketus Airell. Lantas dia mengangkat tubuh Airell dalam gendongannya. Kedua tangan Airell refleks melingkar pada leher Liam.

"Untung lo adek gue."

Balutan perban di telapak kaki Airell terekspos saat mereka mulai berjalan memasuki koridor sekolah. Airell tidak memakai sepatu, kakinya telanjang tanpa penutup apapun. Bersyukur Airell berangkat dengan Liam. Siapa yang berani membicarakan dirinya?

Liam mengantar Airell sampai ke dalam kelas gadis itu. Mendudukkan tubuh Airell di kursi dalam posisi senyaman mungkin. Setelah meletakkan tas Airell di atas meja, Liam menatap wajah Airell serius sambil menopang kedua tangannya di atas meja.

"Pulang sekolah pulang sama gue. Usahain jangan keluar dari kelas kalo nggak mau susah payah jalan."

"Oke."

"Chat gue kalo butuh apa-apa."

"Oke."

Sebelum pergi, Liam mengusap pelan puncak kepala Airell.

"Belajar yang bener. Gue ke kelas dulu."

Kebetulan Liam berpapasan dengan ketiga teman Airell di depan kelas. Liam langsung menghentikan langkah mereka yang hendak masuk.

"Ada apa, Kak?" tanya Freya.

"Gue boleh minta tolong sama kalian?"

"Soal?" sahut Carissa.

"Airell. Gue minta tolong, mulai sekarang jangan biarin Airell ketemu sama Arsen selama di sekolah. Kalo kalian papasan sama Arsen di jalan terus ada Airell di situ, alihin perhatian dia. Intinya jangan biarin Airell ngeliat Arsen."

"Kalo boleh tau, kenapa? Apa ada masalah?" tanya Freya penasaran.

Liam menghembuskan nafasnya kasar. Dia mengangguk sebagai jawaban.

"Gue nggak mau liat Airell menderita lagi karena Arsen. Sebagai sahabat Airell kalian pasti tau kan gimana Airell ngejar-ngejar Arsen selama dua tahun ini?"

Sharon mengangguk,"Kita semua tau. Tapi, bukannya Airell sama Arsen udah pacaran?"

Freya menyahuti ucapan Sharon,"Gue rasa mereka gak bener-bener pacaran. Entah apa yang terjadi sama mereka berdua sampe Airell ngomong kalo dia pacaran sama Arsen. Terlalu janggal."

Sharon dan Carissa mengangguk setuju. Sebenarnya mereka juga berpikiran sama seperti Freya, tapi tidak terlalu ditampakkan. Takut Airell merasa tersinggung.

"Itu aja yang mau gue sampaikan ke kalian. Tolong, gue titip Airell selama gue nggak ada di dekat dia."

"Pasti, Kak. Lo tenang aja. Kita sebagai teman Airell akan selalu menjaga dia dengan sebaik mungkin."

Liam tersenyum lega.

"Thanks. Kalo gitu gue cabut ke kelas dulu."

***
Tristan mengarahkan kepalanya ke samping, memperhatikan Airell selama pelajaran berlangsung. Hingga bel istirahat pertama berbunyi dia masih mempertahankan posisinya.

Sampai tepukan di bahu berhasil membuat Tristan tersadar. "Lo ngeliatin Airell mulu. Naksir, ya?"

Tristan terkekeh mendengar ledekan David.

HI ANTAGONIST!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang