CHAPTER 32-Warm Hug

1.5K 115 8
                                    

"Rell, ini Papa."

"Masuk aja," sahut Airell dari dalam.

Haidar tampak membuka pintu kamar Airell. Netranya menemukan sosok Airell sedang terduduk di atas kasur sambil memainkan ponsel nya. Dengan posisi kaki Airell lurus di atas kasur, Haidar dapat melihat jelas perban yang masih terlihat memerah.

"Kaki kamu kenapa?" Haidar mendekati kasur Airell.

Airell mendongak menatap Haidar. "Oh, ini. Kena pecahan gelas waktu main ke Apartemen Liam kemarin," balas Airell apa adanya.

Haidar mengangguk mengiyakan saja. Airell tertawa dalam hati, jangan mengharapkan apapun dari Ayahnya ini. Haidar bertanya bukan berarti dia peduli. Mungkin hanya ingin tau saja.

"Sebaiknya kamu ganti baju kamu sekarang. Ada Om Felix mau datang ke sini nanti."

"Om Felix? Papanya Arsen?"

"Iya, Arsen yang satu sekolah sama kamu dan Alice."

Airell menimbang-nimbang perkataan Haidar. Haruskah dia turun untuk menemui Arsen? Sakit hatinya masih sangat membekas sampai sekarang. Luka di kedua kakinya pun cukup menjadi bukti, bahwa luka Airell masih basah. Lantas, apa dia harus menemui seseorang yang telah terang-terangan menyakitinya?

"Papa tunggu kamu di bawah. Kedatangan Om Felix dan Arsen akan menjadi tamu spesial kita malam ini. Siapkan diri kamu dengan baik."

Airell tetap diam sampai Haidar menghilang dari kamarnya. Dia sibuk berperang dengan hatinya sendiri.

"Gue harus turun buat ketemu Arsen? Buat apa?"

***
Di ruang tamu sudah ada Meyrose, Haidar dan juga Alice yang bersiap menunggu kehadiran Felix beserta putranya. Alice belum tau, jika Arsen adalah anak dari teman Haidar yang akan datang malam ini. Alice terlihat cantik mengenakan gaun merah muda, menambah kesan manisnya.

"Itu dia tamu kita!"

Mendengar seruan Haidar, sontak Alice ikut bangkit dari posisinya. Kaget bukan main, Alice menatap horor begitu melihat siapa yang datang. Tatapan Alice bertemu dengan mata Arsen. Mereka saling berpandangan satu sama lain.

"Akhirnya, kita bertemu lagi." Haidar memeluk akrab Felix.

"Pastilah. Aku baru saja pulang dari proyek Kalimantan, jadi bisa langsung ke sini."

"Silahkan duduk dulu," sambut Meyrose hangat.

Alice belum kembali dari keterkejutannya. Sampai Meyrose menepuk pelan pundaknya, barulah Alice sadar.

"Sayang, kok melamun?"

"Maaf, Ma."

Mereka semua duduk berjejeran di sofa ruang tamu. Arsen tak henti-hentinya memandang Alice. Jujur saja, Arsen pun tak kalah terkejut saat melihat Alice di rumah Haidar yang notabenenya adalah Ayah Airell. Arsen semakin yakin ada yang disembunyikan Alice darinya.

"Loh, ini siapa?"

Haidar merangkul bahu Alice sebagai perkenalannya pada Felix.

"Ini Alice, putri bungsuku dari Istri yang sekarang."

Alice tersenyum canggung.

"Saya Alice, Om."

Felix manggut-manggut mengerti. "Alice ini adiknya Airell berarti, ya? Apa dia satu sekolah juga sama Arsen?"

"Betul. Alice dan Airell memang satu sekolah, bareng dengan kakaknya, si Liam. Alice masih kelas 10, baru masuk High Star School di taun ajaran baru."

HI ANTAGONIST!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang