CHAPTER 45 - Murka Liam

2K 133 42
                                    

Dulu, aku selalu menutup mata untuk setiap perbuatanmu yang menyakitiku. Alasannya cukup klise, karena aku mencintaimu. Sampai aku rela menjadikan diriku sebagai objek kejahatanmu. Tetapi sekali lagi, itu hanya sebatas dulu. Karena sekarang, ketika aku melihat kejahatanmu melalui mataku sendiri, percayalah, aku sudah terlanjur muak.



"Airell!"

Tadinya, Liam berniat keluar dari rumah setelah mengetahui dari Bik Ina jika Airell ternyata belum juga sampai. Tetapi, ketika melihat Airell turun dari mobil pria yang tidak dia sukai, Liam langsung menarik Airell ke belakang tubuhnya.

"Kenapa Airell bisa pulang sama lo?" tunjuk Liam tanpa basa-basi pada Tristan.

Melihat Airell masih menatap dirinya dengan pandangan kosong, Tristan berkata, "seharusnya lo liat kondisi adik lo sebelum ngintrogasi gue kaya maling."

Pandangan Liam langsung beralih ke Airell yang berdiri di belakangnya. Saat melihat wajah Airell pucat pasi, kedua Liam memegangi pundak Airell panik. "Rell, lo kenapa?" Sungguh, Liam tidak menyadari raut pucat Airell tadi. Dia terlanjur kesal karena mengetahui Airell justru meninggalkannya dan malah pulang bersama Tristan.

Airell tak membalas pertanyaan Liam. Mendapati perubahan Airell saat ini, mau tak mau Liam harus cepat mengangkat tubuh Airell ke dalam gendongannya. Liam curiga, ada sesuatu tidak beres yang terjadi kepada Airell sampai membuat adiknya pucat begini. Sebelum berjalan, Liam menoleh ke Tristan sekilas. "Lo, ikut gue ke dalem," perintah Liam pada Tristan di belakangnya.

Tristan menurut, mengikuti langkah Liam dari belakang lalu memasuki Mansion. Sesampainya di kamar Airell, Liam meletakkan tubuhnya ke atas ranjang, menyelimuti hingga separuh tubuh Airell.

"Sekarang lo tidur, ya? Nanti gue balik lagi ke sini," ujar Liam, kemudian memberi kecupan singkat di atas kening Airell.

Liam menggiring Tristan ke arah balkon yang terletak di lantai dua. Mereka berdiri di hadapan palang pembatas balkon, sembari menyesap rokok masing-masing.

"Kasih tau gue sekarang. Apa yang terjadi sama Airell." Liam menghembuskan asap rokok dari bibirnya.

Sejenak, Tristan merasakan sensasi menyenangkan saat asap tembakau tersebut menyapa indra perasanya. "Gue tebak, lo pasti gak tau kalo Airell pacaran sama Arsen."

Liam menoleh kaget, "apa? Airell pacaran sama Arsen? Sejak kapan? Kok gue nggak tau?" cecarnya berbondong-bondong.

Tristan terkekeh di sela hisapan rokoknya. "Gak becus lo jadi kakaknya. Masa adek sendiri pacaran aja gak tau," ujar Tristan seraya menyindir.

"Gue sama sekali ngga tahu. Gila, kapan mereka pacaran?" tanya Liam masih tak dapat menyembunyikan keterkejutannya.

"Mereka baru pacaran beberapa minggu kayanya. Tapi lo tenang aja, sekarang mereka udah putus," balas Tristan.

"Hah? Putus?" balas Liam tak kalah kagetnya. "Mereka baru pacaran beberapa minggu dan sekarang udah putus? Lelucon macam apa yang lo bilang barusan, sialan."

Tristan mematikan putung rokoknya, lalu membuangnya ke tempat sampah. "Bro, lo kakak satu-satunya Airell kan? Gue harap, lo bisa bales perbuatan yang Arsen lakuin sama Airell," ucap Tristan sungguh-sungguh.

Alis Liam menukik tajam, raut wajahnya seketika berubah murka. "Jadi ini semua ada sangkut pautnya sama Arsen?"

Tristan menganggukkan kepala. "Dia mainin Airell. Arsen cuma main-main sama Airell. Dia gak bener-bener suka sama Airell. Dan yang bikin gue makin gak paham sama semua ini, dia ternyata udah punya pacar di belakang Airell."

HI ANTAGONIST!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang