CHAPTER 23-Terciduk

1.4K 109 2
                                    


Haiii semua! Kangen Airell nggak? Maaf banget kalo kalian harus nunggu lama buat cerita ini. Hope you like this, guys!❤️

Satu jam sudah Airell habiskan untuk menangis dengan Tristan yang menjadi teman setianya. Kemeja Tristan bahkan sudah basah dibuatnya. Apalagi kalau bukan karena bulir bening Airell?

"Udah selese nangisnya? Gue capek pengin pulang," gerutu Tristan jengah.

Masih sesenggukan, Airell mengeluarkan desisannya,"Pulang aja kalo mau! Gue juga nggak maksa lo terus di sini."

Hembusan nafas kasar keluar dari bibir Tristan. Sebelah tangannya Ia ulurkan di hadapan Airell.

"Ayo pulang. Udah malem, tengah malem malahan. Lo mau jadi Kunti di sini?"

"Sialan, lo."

Airell bangkit tanpa menghiraukan uluran tangan Tristan. Kaki telanjangnya berjalan lebih dulu meninggalkan taman Lotus. Airell berhenti saat dirinya sudah berada luar taman, jalanan nampak sepi. Maklum saja, ini sudah jam dua belas lewat. Badannya berbalik mencari keberadaan Tristan.

"Tristan!"

Nihil. Tristan tidak ada di belakangnya. Dimana lelaki itu? Apa jangan-jangan dia benar-benar sudah pulang lebih dulu? Meninggalkan Airell begitu? Seketika panik melanda Airell.

"Tristan! Jangan bercanda, deh. Lo dimana? Tristan!"

Airell berjalan ke sana kemari sambil menyincing gaun panjangnya demi mencari Tristan.

"Tristan, lo dimana," panggil Airell sedikit merengek.

Ah, malam ini dia cengeng sekali. Airell terlalu panik sampai-sampai tidak mengetahui jika Tristan sengaja bersembunyi untuk mengerjainya. Dengan langkah mengendap-endap, Tristan mendekati Airell dari arah belakang.

"Peek a boo!" seru Tristan mengagetkan Airell.

Airell terkesiap. Sebelum berbalik badan, dia sudah siap memukuli siapapun yang mengagetkannya.

"Dasar sinting!" Airell terus melayangkan pukulan pada tubuh Tristan tanpa ampun.

"Aw.. aw.." Tristan meringis sambil menutupi tubuh serta wajahnya yang menjadi sasaran empuk Airell.

Tak menunggu lama, kini kedua tangan Airell sudah berada dalam genggaman Tristan. Pandangan mereka beradu. Raut kesal masih terpasang jelas di wajah Airell.

"Lo pukulin gue lagi, gue pastiin lo nyesel," peringat Tristan disertai seringainya.

Airell mendelik tak terima. Dia hendak melayangkan pukulan kembali setelah berhasil melepaskan cekalan tangannya dari Tristan. Di luar dugaan, Tristan justru mendorong tubuh Airell kebelakang hingga membentur body mobil di belakang punggungnya. Kedua mata Airell membelalak. Sudut bibir Tristan sudah tersungging melihat ekspresi kaget Airell.

"Lo beneran nantangin gue, ya?"

"Minggir ngga. Modus banget lo mojok-mojokkin gue! Gue teriak nih!"

Tristan terkekeh geli,"Siapa yang mau denger teriakan lo? Ngga liat kalo jalanan sepi gini? Atau, mau berharap ditolongin Tante Kun?"

Hati Airell mencelos mengingat jika saat ini memang tidak ada siapapun. Berdua di tempat sepi bersama Tristan bukanlah hal yang baik. Airell memberanikan diri ingin menghajar Tristan, lagi-lagi tangan Tristan lebih tanggap ternyata. Kedua tangannya disatukan dalam genggaman Tristan menjadi satu, lalu diletakkan di atas kepala Airell.

"Lepasin gue!"

Tristan memajukan langkah ke depan, mempersempit jarak di antara mereka. Kini wajah keduanya hampir tak berjarak ketika Tristan memajukan wajahnya mendekati Airell. Airell merasa seperti, dejavu. Dia ingat kejadian ini, kejadian dimana Tristan mengambil first kiss nya!

HI ANTAGONIST!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang