CHAPTER 48 - Manusia Menjijikkan

1.8K 109 106
                                    

Tugas manusia selama hidup di dunia memang tak lepas dari menyakiti dan mencaci, tapi sebagai sesama manusia, bukankah wajar jika kita membalaskan rasa sakit itu dengan setimpal? Tak peduli siapa yang lebih dulu memulai, sebab segala perbuatan baik maupun jahat harus mendapatkan balasannya.
-antagonist girl


*****

Siluet oranye dari sinar matahari tenggelam semakin terlihat di area perbukitan di saat semua anak-anak High Star School tengah sibuk menyusun dan menata tenda agar berdiri di atas tanah perkemahan. Begitu juga Airell, dibantu ketiga temannya dia mencoba mendirikan tenda berwarna merah itu. Karena berkali-kali tak berhasil dan berujung membuat tenda kembali ambruk, seseorang pun datang menghampiri.

"Kalo lagi kesusahan itu harusnya minta tolong. Jangan diem aja," kekeh Tristan sembari melangkah mendekati Airell. Pria itu dengan sigap membantu Airell untuk mendirikan tenda tersebut.

Airell bergeser, membiarkan Tristan mengambil alih tugasnya. Dia memperhatikan gerakan pria itu, beberapa kali Airell juga mencuri pandang wajah Tristan dari samping.

"Kenapa liatin gue? Ganteng ya?" celetuk Tristan ketika menyadari jika ada sepasang mata yang sedang memperhatikannya.

Begitu kepergok Airell langsung berbalik dan membuang muka. "Pede lo. Gue mau cari angin dulu lah." Tak sanggup harus memperlihatkan rona merah di wajahnya, Airell memilih pergi seorang diri hanya untuk menghindari ledekan Tristan.

Tristan geleng-geleng kepala melihat kepergian Airell. "Gemes banget sih cacar gue."

Freya yang sedang ikut membantu Tristan membangun tenda mereka, sontak mengernyit usai mendengar kata-kata absurd dari bibir Tristan. "Apa tuh cacar?"

Wajah Tristan lalu menoleh sambil menunjukkan senyum tengilnya di depan Freya. "Calon pacar."

Seketika Freya menyesal bertanya. Dalam hati dia mengumpati sikap ambigu Tristan kepada temannya itu.

Sedangkan di sisi lain, Carissa dan Sharon, kedua wanita tak tahu diri itu justru sibuk bergabung dengan gerombolan Arsen. Tentu saja kalian tahu apa penyebabnya. Ya, benar, karena Sharon sudah resmi menjadi pacar Ian beberapa hari yang lalu dia jadi sibuk menempel pada Ian. Dan Carissa, gadis itu terpaksa harus menemani Sharon saat hendak menemui kekasihnya. Menyebalkan memang. Apalagi saat Edwin diam-diam terus mengerlingkan mata kepada Carissa. Buaya Afrika itu tidak ada kapok-kapoknya menggoda Carissa yang notabenenya adalah musuh bebuyutan Edwin.

"Lo nggak mau kaya Sharon juga, Ris? Mesra-mesraan gitu sama gue."

Kedua mata Carissa langsung bereaksi begitu mendengar celetukan Edwin. Dia melotot garang. "Nggak! Ngapain juga gue ngikut bucin kaya mereka. Apalagi sama lo. Ewh, jijik."

Ian yang mendengar pun hanya tertawa sambil memainkan rambut Sharon. "Sekarang bilangnya jijik, nanti pas jadian sama Edwin juga lo bakal ngerasain jadi bucin tolol kaya Sharon, Ris. Ati-ati makan air liur sendiri lo."

Carissa merengut kesal karena terus menerus diledek oleh para pria kurang belaian itu. "Amit-amit jabang bayi." Dia lalu menatap Sharon sekilas. "Gue cabut, She. Terserah lo mau sama si Ian sinting sampe kapan. Yang penting gue mau balik. Bye!"

"Eh mau kemana beb!"

Carissa sempat menatap Edwin penuh permusuhan sebelum kembali berjalan meninggalkan mereka. "Kemana aja asal nggak ada lo!"

HI ANTAGONIST!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang