34.

6.6K 432 51
                                    

>Typo itu manusiawi<

.

.

.

~Meskipun aku telah mengerti..
Aku tidak bisa berhenti
Tidak , tidak , tidak~

.

.

.

Happy Reading

Pun , sudah demikian . Ini seperti sesuatu yang terlanjur menjadi kebiasaan tetapi tidak berguna pada akhirnya . Ujung dari sebuah kepalsuan tidaklah akan manis . Sekalipun prosesnya memang terasa sangat menyenangkan . Namun siapa yang tahu seperti apa pada akhirnya ? Ia sendiripun masih membiarkannya berada dalam awang samar . Enggan menerka , juga tidak ingin berharap lebih terlebih dirinya bukanlah seseorang yang pantas untuk di beri lebih . Hanya sosok bayangan yang tak ubah dari seorang pemain cerita . Tidak ada yang bisa di harapkan darinya . Dan ia sendiripun tidak berharap untuk diharapkan oleh seseorang . Karena dirinya adalah bayangan .

Menggeliat pelan , saat merasakan sesuatu yang terasa memberat pada bagian pinggang miliknya . Mengernyit sebelum pada akhirnya mengeriyip untuk membiasakan cahaya yang mulai menyisip pada retinanya . Ini membingungkan terlebih saat sebuah hamparan bidang yang tersaji di hadapannya . Bukankah ia barusaja bangun dari tidurnya ? Lalu yang di hadapannya ini apa ? Otak linglung khas orang yang barusaja mengumpulkan nyawa miliknya jelas belum bisa memahami . Namun saat merasakan perih pada setiap kerjapan matanya , hampir saja ia mengumpat .

Mendongak , dan benar saja . Saat sosok manusia namun berwajah tak manusiawi jelas terlelap dengan damainya . Bukan masalah sebenarnya . Tetapi yang membuatnya memerah adalah karena posisi Namja itu . Ah ani , maksudnya posisi keduanya . Si tampan itu dengan dirinya . Jelas ia langsung menyingkirkan lengan yang masih setia bertengger pada bagian tubuhnya itu dengan perlahan . Lantas bergerak untuk bangkit dan menyender , lalu dengan cepat mencoba untuk menetralkan deru nafasnya yang memburu .

Ia mengusap kedua kelopak matanya sendiri yang terasa sedikit membengkak . Kemudian beralih menatap satu satunya sosok yang masih terlelap disampingnya , lalu tanpa di minta tangannya sudah membentuk sebuah kepalan erat . Dalam hatinya spontan merutuk . Mata yang tiba tiba menghunus tajam , dengan tatapan yang seolah hendak menghancurkan . Jika ia sendirian , tentunya tidak akan segan lagi untuk memporak porandakan ruangan .

'Brengsek ! Kau idiot Jeon !'

Ini adalah akibat jika ia tidak menggunakan benda itu . Yang sialnya selalu ia lupakan karena sekalipun tidak pernah berfikiran akan mengalami hal secara tiba tiba seperti ini . Seharusnya ia menjadi lebih berhati hati sekarang . Tidak mudah terlarut lalu berakhir dengan kebodohan seperti ini . Menginap di tempat orang lain ? Bukan sesuatu yang buruk jika saja ia tidak lupa membawa obat tidur .

Lalu sekarang apa ? Ia bahkan tidak mengetahui kemungkinan apa saja yang ia lakukan saat berada pada alam bawah sadarnya . Apakah ia melakukannya lagi ? Sembab pada bagian wajahnya jelas sudah menjelaskan semuanya bukan ? Bahwa ia , telah menjadi begitu menyedihkan di hadapan orang lain . Meracau gila dengan kalimat kalimat yang begitu menjijikkan keluar dari mulutnya begitu saja . Ia benci dirinya sendiri . Terlebih pada jiwanya yang tak pernah bisa berhenti menangisi sesuatu yang bahkan sangat ia benci . Munafik sekali bukan ? Memang iya dan sialnya itu adalah dirinya . Si Jeon idiot

Cute BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang