- 28 | Kambing Hitam

1.2K 248 76
                                    

HAII CALL ME ANINN🦊

FOLLOW SEBELUM MEMBACA

MAAF APABILA ADA KESAMAAN ALUR, TEMPAT, NAMA, TOKOH, KARAKTER, ATAUPUN PERISTIWA DENGAN CERITA LAIN.

RAMEIN CERITA INI YUK DENGAN CARA VOTE - KOMEN - DAN JANGAN LUPA

RACUNIN TEMEN TEMEN KALIAN

MAKASIH❣️

***

Elviano dan Fiorenza sudah ada di depan pintu rumah Lareina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elviano dan Fiorenza sudah ada di depan pintu rumah Lareina. Menunggu pemilik rumah membukakan pintu. Sosok bersurai hitam legam tersenyum lebar menyambut kedatangan keduanya. "Haii, ayo masuk," ujar Lareina lembut.

"Gak usah."

Lareina menautkan alis, "Kenapa?"

"Lo yang udah bunuh Elora?" ucap Elvi tanpa basa basi, mata laki laki itu menatap tajam Lareina.

"Gue gak ngerti, maksud lo apa?" balas Lareina masih bisa tersenyum kecil.

"Kurang jelas dia ngomong? Lo kan yang dorong Elora!" bentak Fiorenza murka.

Lareina menggeleng, "Bukan gue," alibinya.

Fiorenza tersenyum sarkas, "Watados Rei, harusnya orang kaya elo udah di penjara sekarang."

Alfa Wolmand baru saja datang dengan 3 polisi yang ada di belakang mereka. Lareina yang melihat itu sudah panas dingin di tempat.

"N—ngapain polisi kesini?" terbata gadis itu panik.

"Nangkep lo lah, bego." Edsel menyeringai puas.

Reynard dan Melvin bertepuk tangan, "Udah kebaca sih dari tingkah lo ke Elvi."

Dua polisi mendekat kearah Lareina, kemudian memborgol kedua tangan gadis itu. Lareina memberontak ia tidak ingin sengsara dipenjara.

"Lepasin. Gue gak salah," pekiknya marah.

"Anda bisa jelaskan nanti di kantor polisi," sahut salah satu polisi menuntun Lareina untuk masuk ke dalam mobil.

"Tunggu!" ucap Elvi buka suara.

Lareina tersenyum lebar, "El ... gue gak salah El."

"Elvi lu jangan coba coba bebasin dia ya," wanti Regan menggoyangkan jari telunjuk kekanan – kiri.

"Gue butuh penjelasan. Kenapa lo bunuh Elora? Dia salah apa sama lo? Kenapa lo hancurin kebahagiaan gue!!" teriak Elviano membuat urat lehernya tampak terlihat jelas.

Perempuan dengan kedua tangan yang diborgol itu menunduk—tidak berani menatap mata Elviano, "G—Gue iri sama dia," jujur Lareina mengaku.

Fiorenza menutup mulutnya dengan satu tangan, air mata yang sedari tadi ditahannya lolos jatuh mengenai pipi, "Lo jatuhin dia gara gara iri? Kurang baik apa dia sama lo."

WOLMANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang