TUJUHBELAS

363K 39.5K 3K
                                    


A

byan melepaskan jabatan tangan dengan klien, ia tersenyum sangat ramah pada kliennya itu.

"Terima kasih, Gus. Insya Allah kerja sama kita berjalan lancar tanpa kendala."

"Terima kasih juga, Pak. Aamiin insya Allah."

"Apa tidak keberatan jika Gus Abyan makan siang bareng Saya? Kebetulan Saya tau Cafe yang enak di daerah sini."

Abyan melirik jam tangannya yang melingkar di lengan kirinya, pukul satu siang. Tigapuluh menit lagi Zara akan pulang.

"Mohon maaf, Pak. Sebenarnya Saya ingin sekali makan siang dengan Bapak, tetapi Saya harus menjemput istri Saya."

"Ya sudah tidak apa-apa, Gus. Istri Gus Abyan bekerja atau apa?"

"Kuliah, Pak."

"Oh, masih kuliah? Fakultasnya apa, Gus?"

Abyan mencoba untuk tetap tersenyum ramah, "fakultas kedokteran, Pak."

"Wah, hebat. Saya yakin istri Gus Abyan akan menjadi Dokter yang hebat."

"Aamiin, Pak."

"Ya sudah Pak, kalau begitu Saya permisi lebih dulu. Sekali lagi terima kasih karena Pak Bambang sudah bersedia menjadi arsitek dari lapangan yang akan dibuat di Pesantren Darussalam."

Pak Bambang mengangguk, "Saya juga berterima kasih dengan Gus Abyan."

Mereka berpisah, Abyan segera menuju mobilnya. Ia sempat menelepon Zara terlebih dahulu untuk memberitahu jika dirinya akan menjemput Zara, tetapi ponsel Zara tak bisa dihubungi.

Akhirnya, Abyan langsung pergi menuju Kampus Zara.

****

Zara menghela napas berat, setelah berjam-jam lamanya ia mendengarkan seluruh materi pembelajaran hari ini, akhirnya ia bisa pulang dan beristirahat.

Zara tak lelah, ia hanya mengantuk dan bosan mendengarkan sang Dosen yang terus berbicara.

Zara keluar dari kelasnya, sebelum pulang ia ingin mencuci wajah terlebih dahulu agar kantuknya hilang.

"Makin lama kok penampilan gue kayak Fara ya?" Gumam Zara dengan menatap dirinya di pantulan cermin.

"Kangen pake jeans, hoodie ngecrop, jilbab lilit dan semuanya yang dulu gue pake."

"Byan, semuanya gara-gara Abyan."

Zara menghembuskan napasnya, ia segera keluar dari toilet, berjalan di koridor dengan gontai sampai akhirnya ia tiba didepan kampus.

Zara mengambil ponselnya yang berada di totebag, ponsel yang sengaja ia matikan agar tidak mengganggunya selama proses pembelajaran berlangsung.

Baru saja Zara menyalakan ponsel, seseorang sudah memanggil namanya dan berlari kearahnya.

"Siapa ya?" Zara memang tak mengenali pria dihadapannya ini.

"Saya Irsyad, ketua OSPEK kamu, lupa?"

Zara mencoba untuk mengingat, "maaf, saya lupa, Kak."

Irsyad tersenyum kecil, "gak apa-apa, yaudah kita kenalan secara resmi ya, Saya Irsyad," Tangannya terulur untuk berkenalan.

Zara hanya menatap singkat tangan tersebut dan tersenyum kecil, "Zara."

A dan ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang