SEMBILAN

370K 39.7K 4.5K
                                    

Zara menuruni anak tangga dengan perlahan, membuat seluruh pasang mata menatap penasaran kearah tangga, termasuk Abyan.

Zara berdiri didepan mereka semua, ia memberikan senyum manisnya, "maaf nunggu lama."

Kepala Zara tertunduk karena semua orang yang berada dihadapannya kini menatap dirinya.

"Sini, Nak," ucap Maya yang menyadari kecanggungan Zara.

Zara segera mendekat pada Maya, duduk disebelah Maya dan Ahmad.

"Langsung aja dimulai," ucap Ahmad

Zaid mengangguk, ia mempersilakan seorang pengurus Pondok Pesantren yang sengaja ia ajak untuk menjadi saksi khitbah antara Abyan dan Zara.

"Monggo, Jib," ucap Zaid.

"Assalamualaimum warahmatullahi wabarakatuh."

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."

"Sebelumnya perkenalkan Saya Najib, seorang pengurus Pesantren Darussalam yang sudah dipercayai Kyai Zaid selama 10 tahun belakangan ini."

"Saya disini sebagai saksi dan juga wakil dari keluarga Gus Abyan untuk mengkhitbah Dik Zara, anak dari Pak Ahmad dan Bu Maya."

Najib memberikan senyum terbaiknya, "selebihnya saya serahkan kepada Gus Abyan untuk langsung mengkhitbah Dik Zara."

Abyan menarik napas, sebelum memulai berbicara.

"Bismillahirahmanirahim," gumamnya.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Saya Abyan Khayri Atharrazka memiliki niat baik untuk menyatukan tali persaudaraan antara keluarga Saya dan juga keluarga Zara."

"Mohon maaf sebelumnya jika perkataan Saya kurang berkenan, tetapi saya benar-benar memiliki niat untuk mempersunting Zara Nindiatama atau yang biasa dipanggil Zara. Saya ingin menjaga, mengasihi dan membimbing Zara untuk menjadi istri Saya di dunia dan di akhirat."

"Maka dari itu, Saya Abyan ingin meminta persetujuan dan restu Abah Ahmad dan Bunda Maya untuk mengkhitbah putri sulungnya yang bernama Zara Nindiatama."

Jantung Zara berdegup kencang, baru kali ini ia mendengar Abyan berbicara panjang lebar dan sangat serius seperti ini.

"Apakah Nak Abyan akan benar-benar membuat Zara bahagia tanpa ada satu tetes air mata kesedihan yang jatuh dari matanya?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Ahmad

Abyan mengangguk mantap, "Saya tidak bisa berjanji untuk membuat Zara tidak menangis, tetapi Saya akan berusaha semaksimal mungkin agar Zara selalu bahagia bersama Saya."

"Apa Abyan tidak akan menyakiti hati Zara dan merasa cukup dengan adanya Zara?"

Abyan tahu apa maksud dari perkataan Maya, secara tidak langsung Maya bertanya apakah Abyan akan berpoligami atau tidak.

Abyan tersenyum kecil, "Saya menikah satu kali seumur hidup, jika saya menikahi Zara, maka hanya Zara yang akan menjadi wanita Saya satu-satunya."

Senyum lega terukir di bibir Maya, ia mengusap bahu Zara.

"Saya, sebagai wanita yang melahirkan putri saya Zara, merestukan Abyan untuk meminang putri saya," ucapnya.

"Jika memang Abyan tidak keberatan untuk membimbing dan menuntun Zara, maka saya serahkan putri sulung saya kepada Abyan," ucap Ahmad

Abyan tersenyum lega mendengarnya, ia beralih menatap Zara yang hanya menunduk.

"Zara, gimana?" Tanya Maya dengan mengusap bahu Zara.

Zara mendongak, menatap mata Abyan yang kini juga menatapnya.

"Ada beberapa pertanyaan," ucap Zara.

Semuanya mengernyit bingung, apa yang akan Zara tanyakan?

A dan ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang