TIGAPULUH EMPAT

370K 38K 5.5K
                                    

Hari Sabtu, Abyan dan Zara libur. Keduanya memutuskan untuk menghabiskan waktu dirumah saja, karena matahari sedang terik, membuat Zara enggan keluar rumah.

Zara lebih memilih dirumah menyelesaikan laporan akhirnya karena tak sampai 3 minggu lagi ia akan naik semester 2.

Sejak tadi, Abyan ikut membantu Zara. Hanya mendeteksi jikalau ada typo pada laporan Zara, karena memang Abyan tak terlalu mengerti tentang Kedokteran.

"Aaaaa pusing," keluh Zara.

Abyan menoleh, melihat Zara yang sedang menyembunyikan wajahnya dilipatan tangannya. Abyan menghela napas, melepaskan tetikus yang ia pegang, beralih mengusap Zara.

"Sini, sayang."

Abyan menarik Zara, membawa Zara agar duduk di pangkuannya, ia mengusap kepala Zara dengan lembut, membuat Zara semakin meringkuk dipangkuan Abyan.

"Baru mau naik semester 2, aku udah pusing. Boleh berhenti aja terus masuk ke kampus kamu dan prodi kamu gak, By?"

"Hey, kok gitu?"

"Pusing banget, By. Kayaknya aku gagal jadi Dokter deh."

"Bukannya Zara anak pintar? Nilai Biologi, Kimia, Fisika dan Matematika nya selalu bagus, kan? Cocok banget dong jadi Dokter," ucap Abyan.

"Tapi.."

"Inget, Zara. Allah gak akan memberikan ujian kepada hamba-Nya melebihi batas kemampuan hamba tersebut."

"Anggap aja sekarang kamu lagi menerima ujian dari Allah, dan Allah yakin kalau kamu mampu."

Zara semakin menelusupkan wajahnya di ceruk leher Abyan.

"Iya, Aby, terima kasih. Aku ngantuk, boleh bobo gak?

Abyan terkekeh, ia semakin mengusap-ngusap punggung Zara, "boleh sayang, kamu bobo, biar aku cek laporannya."

Zara mengecup pipi Abyan, setelah itu memejamkan mata, tertidur dipangkuan Abyan. Sedangkan Abyan kembali melanjutkan mengecek laporan Zara.

****

Zara terbangun dan mendapati dirinya sudah berbaring di ranjang, pasti Abyan yang memindahkannya. Tetapi kemana suaminya itu?

Zara bangkit, keluar kamar mencari Abyan. Ia tak menemukan Abyan dimanapun, membuat hatinya mendadak sedih.

Dengan cepat Zara berlari ke kamarnya, mengambil ponsel untuk menelepon Abyan.

"Kamu dimana?" Semprot Zara ketika Abyan baru saja mengangkat sambungan telepon.

"Maaf, Zar. Tadi Mas Najib nelpon, aku harus ke Pondok, kamu lagi tidur, jadinya aku gak tega mau bangunin."

Zara mengerucutkan bibirnya, "jahat, aku ditinggal," ucap Zara serak.

"Jangan nangis, sebentar lagi aku pulang kok."

"Pulang.." lirih Zara.

"Iya, aku pulang. Kamu mau nitip apa, sayang?"

"Pulang!"

"Iya, iya, udah ya jangan nangis. Aku pulang sekarang."

Zara memutuskan sambungan teleponnya, menghapus sisa air mata di pipinya. Zara melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 4, ia belum shalat Ashar.

A dan ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang