ENAMPULUH EMPAT

299K 31.6K 5.4K
                                    

Aku gak memaksa kalian untuk baca ceritaku, yang mau stop baca, silakan. Gapapa kok.

Jangan benci sama cerita A dan Z ya, kalau mau benci atau kesel ke akunya aja. Terima kasih semuanya, sekali lagi mohon maaf ya!❤️

*
*

Zara mengerjapkan mata ketika mendengar tangisan Arshaka.

Zara menghampiri tempat tidur Arshaka dengan mata yang masih mengerjap-ngerjap. Ia mengucek kedua matanya sebelum mengangkat tubuh Arshaka dari tempat tidur anak itu.

"Cup, cup.. sayang anak Umma, kenapa nangis? Ndak pipis atau pup kok, haus ya?"

Zara menaruh jari telunjuknya di bibir Arshaka, biasanya jika anak itu mengecap-ngecap artinya haus, dan ternyata Arshaka tidak mengecap-ngecap, masih menangis.

"Hey sayang, jangan nangis, Umma disini."

Zara berusaha untuk menenangkan Arshaka, ia menepuk-nepuk pelan tubuh Arshaka dengan menimang-nimangnya. Mata Zara tertuju pada jam dinding yang menunjukan pukul 2 dini hari.

"Caka, Abba baru bobo loh, jangan nangis ya sayang, nanti Abba terganggu, ada Umma disini."

"Timang-timang, Caka ku sayang, jangan menangis, Umma disini," Zara menyanyikan sepenggal lirik lagu.

Tetapi Arshaka tetap menangis, membuat Abyan yang baru saja tertidur satu jam, harus membuka matanya kembali. Ia memgerjapkan mata dan melihat Zara yang tengah menenangkan Arshaka.

"Sayang.." gumam Abyan dengan suara parau.

Zara menoleh, ia menghela napas bersalah, "By, maaf ya kamu kebangun, Caka gak mau berhenti nangis."

Abyan beranjak dari ranjang untuk mendekati Zara yang masih menimang-nimang Arshaka. Ia mengambil alih Arshaka dari gendongan Zara.

"Loh?"

"Anak Abba, kenapa sayang?"

Abyan menggendong tubuh Arshaka, menimang-nimang dan menepuk-nepuk pelan paha Arshaka.

"Ya Nabi salam alayka, ya Rasul salam alayka, ya habib salam alayka, sholawatullah alayka.. sholli ala Nabi witabassam, Allahumma sholli alaih.. Ya Habibi ya Muhammad, ya arusal khofiqoini, Ya mu-ayyad ya mumajjad, ya imamal qiblataini. Shallallahu alaa Muhammad, shallallahu alaihi wassalam, shallallahu alaa Muhammad, shallallahu alaihi wassalam."

Seketika tangisan Arshaka terhenti, bayi berusia 6 bulan itu kembali tertidur lelap setelah ditimang dan dibacakan shalawat oleh suara lembut Abyan.

Zara tak bisa menahan senyumnya, ia memeluk tubuh Abyan dari samping, menyandarkan pipinya di bahu Abyan.

"Suamiku.."

Abyan tersenyum kecil, ia mengecup pucuk kepala Zara, "Umma bobo lagi gih, pasti Umma capek kan?"

"Mau tunggu suamiku."

"Aby," panggil Zara.

"Apa, sayang?"

"Terima kasih dan maaf," ucap Zara

"Untuk apa?" Bingung Abyan.

"Terima kasih karena kamu selalu mengerti aku, dan maaf aku belum bisa menjadi istri dan ibu yang baik."

Abyan mengernyit tak suka, "kok gitu ngomongnya?"

"Buktinya, Caka langsung nyenyak ditimang kamu daripada ditimang aku. Artinya, Caka lebih nyaman sama Abba, bukan Umma."

"Sayang, gak boleh ngomong gitu."

Abyan kembali mengecup pucuk kepala Zara, "Shaka rewel karena memang kangen sama aku, seharian ini kan aku gak ajak Shaka main."

A dan ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang