TIGAPULUH DUA

386K 39.3K 6.9K
                                    

Abyan terbangun karena merasakan tak ada Zara disebelahnya, ia melirik jam dinding yang menunjukan pukul 3 pagi. Kemana istri kecilnya itu?

Abyan segera beranjak mencari Zara, di kamar mandi, di dapur, di ruang tamu dan di kamar tamu tak ada.

Apakah Zara ada diruang shalat?

Segera saja Abyan menuju ruang shalat, ia terkejut ketika mendapati Zara yang tengah menangis seraya memanjatkan doa.

"Ya Allah, Zara minta maaf karena selama ini Zara udah jauh dari Engkau. Zara udah menjadi anak yang durhaka, Zara sering nyakitin hati Bunda dan Abah, sekarang Zara udah punya suami tapi Zara masih sering melakukan kesalahan."

"Ya Allah, ampuni Zara, Zara pernah ngatain Abyan Om-Om mesum, Om-Om aneh, Om-Om ngeselin. Tapi sekarang Zara udah cinta kok sama Abyan, Zara mau jadi istri yang baik, Ya Allah."

"Ya Allah, dulu Zara pernah pegangan tangan sama Hans, dulu Zara pernah pelukan sama Hans, dulu juga Hans pernah cium Zara, tapi Zara gak boong kalo Hans cuma cium pipi Zara, bukan bibir Zara. Kan Abyan yang pertama kali nyium bibir Zara, bener kok Ya Allah, Zara gak boong."

Zara kembali menangis sesegukan.

"Ya Allah, dulu Zara sering bolos pelajaran, Zara sering jailin guru-guru Zara supaya guru Zara gak masuk ke kelas, Zara juga pernah betak gorengan Bu Jum di kantin. Tapi bener Ya Allah, Zara laper, uang yang dikasih Abah udah abis buat beli skin mobile legend."

"Ya Allah, umur Zara baru 19 tahun, tapi dosa Zara udah banyak banget. Kata Abyan, sebanyak apapun dosa seorang Hamba, Engkau akan memaafkan. Zara di maafin kan, Ya Allah?"

"Zara takut masuk neraka, kata Abyan 1 hari di akhirat sama dengan 1000 tahun di dunia. Zara gak mau Ya Allah, nanti kalo Zara masih di neraka dan Abyan udah di Surga, Zara gak bisa pantau Abyan, nanti Abyan di godain bidadari Surga."

"Jangan kasih bidadari Surga untuk Abyan Ya Allah, cukup Zara aja. Zara akan memantaskan diri untuk menjadi istri Abyan di dunia dan di akhirat."

Zara menangis, menangis disertai rengekan, seperti anak kecil yang tidak dibelikan permen oleh Ibunya.

Abyan ingin sekali tertawa mendengar semua penuturan Zara yang menurutnya sangat menggemaskan. Masa berbicara dengan Tuhan seperti berbicara dengan teman?

Tapi Abyan berusaha menahan tawanya, ia tak ingin Zara mengetahui jika Abyan mendengar semua keluhan Zara saat ini.

"Ya Allah, Zara mohon ampunin Zara dan kabulin doa Zara ya, Aamiin."

Setelah melihat Zara sudah selesai, Abyan segera kembali ke kamar. Duduk ditepi ranjang menunggu Zara yang kembali ke kamar.

Saat Zara kembali, Zara terkejut mendapati Abyan yang sudah bangun dan menatapnya. Zara berusaha menahan sesegukannya, ia menutup wajahnya dan berjalan menuju ranjang.

"Abis dari mana, Zar?" Tanya Abyan dengan suara parau, seperti orang yang baru bangun tidur.

"Emm.. emm.. ngikk."

Abyan tak bisa menahan untuk tidak tertawa, ia segera menarik Zara kedalam pelukannya dan tertawa tanpa di ketahui oleh Zara.

"Sstt.. kenapa nangis?" Tanya Abyan yang berusaha menormalkan suaranya karena menahan tawa.

"Huaaa.."

Bukannya menjawab, Zara malah kembali menangis. Ia memeluk tubuh Abyan dengan erat, menangis sekencang-kencangnya dipelukan Abyan.

"Hey, kenapa?" Tanya Abyan.

Zara masih tak menjawab, ia sibuk menangis sesegukan.

"Yaudah yaudah, selesaiin dulu nangisnya, kalau udah tenang baru cerita ya?"

A dan ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang